EVALUASI
PEMBELAJARAN
Drs. Zainal Arifin, M.Pd
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA
2012
Judul Buku : Evaluasi
Pembelajaran
Penulis : Drs. Zainal Arifin, M.Pd.
Reviewer : -
Tata Letak & Desain Cover : Wajaj Bahaunar Shidiq.
Hak cipta dan hak moral pada penulis
Hak penerbitan atau hak ekonomi pada Direktorat Jenderal
Pendidikan
Islam Kementerian Agama RI
Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruhnya
dari isi buku ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa seijin tertulis
dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.
Cetakan Ke-1, Desember 2009
Cetakan ke-2, Juli 2012 (Edisi Revisi)
ISBN : 978-602-7774-33-9
Ilustrasi Cover :
http://www.darteam.co.in/Market%20Research%20Reports/data_research.jpg
Pengelola Program Kualifikasi S-1 Melalui DMS
Pengarah : Direktur Jenderal Pendidikan Islam
Penanggung Jawab : Direktur Pendidikan Tinggi Islam
Task Force : Prof. Dr. H. Azis Fahrurrozi, M.A.
Prof. Ahmad Tafsir
Prof. Dr. H. Maksum Muchtar, M.A.
Prof. Dr. H. Achmad Hufad, M.Ed.
Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd.
Drs. Rudi Susilana, M.Si.
Alamat Kontak:
Subdit Kelembagaan Direktorat Pendidikan Tinggi Islam
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI
Lantai 8 Jl. Lapangan Banteng Barat No. 3-4 Jakarta Pusat 10701
Tlp. 021-3853449 Psw. 326 Fax. 021-34833981
http://www.pendis.kemenag.go.id / www.diktis.kemenag.go.id
email:
kasubditlembagadiktis@kemenag.go.id/kasi-bin-lbg-ptai@pendis.kemenag.go.id
Kata
Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim
Aassalamu’alaikum wr. wb
Program Peningkatan Kualifikasi Sarjana (S1)
bagi Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada
Sekolah melalui Dual Mode System—selanjutnya ditulis Program DMS—merupakan
ikhtiar Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI dalam
meningkatkan kualifikasi akademik guru-guru dalam jabatan di bawah binaannya.
Program ini diselenggarakan sejak tahun 2009 dan masih berlangsung hingga tahun
ini, dengan sasaran 10.000 orang guru yang berlatar belakang guru kelas di
Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah.
Program DMS dilatari oleh banyaknya guru-guru
di bawah binaan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam yang belum berkualifikasi
sarjana (S1), baik di daerah perkotaan, terlebih di daerah pelosok pedesaan.
Sementara pada saat yang bersamaan, konstitusi pendidikan nasional (UU No. 20
Tahun 2003, UU No. 14 Tahun 2007, dan PP No. 74 Tahun 2008) menetapkan agar
sampai tahun 2014 seluruh guru di semua jenjang pendidikan dasar dan menengah
harus sudah berkualifikasi minimal sarjana (S1).
Program peningkatan kualifikasi guru termasuk
ke dalam agenda prioritas yang harus segera ditangani, seiring dengan program
sertifikasi guru yang memprasyaratkan kualifikasi S1. Namun dalam kenyataannya,
keberadaan guru-guru tersebut dengan tugas dan tanggungjawabnya tidak mudah
untuk meningkatkan kualifikasi akademik secara individual melalui perkuliahan
regular. Selain karena faktor biaya mandiri yang relatif membebani guru, juga
ada konsekuensi meninggalkan tanggungjawabnya dalam menjalankan proses
pembelajaran di kelas.
Dalam situasi demikian, Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam berupaya melakukan terobosan dalam bentuk Program DMS—sebuah
program akselerasi (crash program) di jenjang pendidikan tinggi yang
memungkinkan guru-guru sebagai peserta program dapat meningkatkan kualifikasi
akademiknya melalui dua sistem pembelajaran, yaitu pembelajaran tatap muka (TM)
dan pembelajaran mandiri (BM). Untuk BM inilah proses pembelajaran memanfaatkan
media modular dan perangkat pembelajaran online (e-learning).
Buku yang ada di hadapan Saudara merupakan
modul bahan pembelajaran untuk mensupport program DMS ini. Jumlah total
keseluruhan modul ini adalah 53 judul. Modul edisi tahun 2012 adalah modul
edisi revisi atas modul yang diterbitkan pada tahun 2009. Revisi dilakukan atas
dasar hasil evaluasi dan masukan dari beberapa
LPTK yang mengeluhkan
kondisi modul yang ada, baik dari sisi content maupun fisik. Proses
revisi dilakukan dengan melibatkan para pakar/ahli yang tersebar di LPTK
se-Indonesia, dan selanjutya hasil review diserahkan kepada penulis untuk
selanjutnya dilakukan perbaikan. Dengan keberadaan modul ini, para pendidik
yang saat ini sedang menjadi mahasiswa agar membaca dan mempelajarinya, begitu
pula bagi para dosen yang mengampunya.
Pendek kata, kami mengharapkan agar buku ini
mampu memberikan informasi yang dibutuhkan secara lengkap. Kami tentu
menyadari, sebagai sebuah modul, buku ini masih membutuhkan penyempurnaan dan
pendalaman lebih lanjut. Untuk itulah, masukan dan kritik konstruktif dari para
pembaca sangat kami harapkan.
Semoga upaya yang telah dilakukan ini mampu
menambah makna bagi peningkatan mutu pendidikan Islam di Indonesia, dan
tercatat sebagai amal saleh di hadapan Allah swt. Akhirnya, hanya kepada-Nya
kita semua memohon petunjuk dan pertolongan agar upaya-upaya kecil kita
bernilai guna bagi pembangunan sumberdaya manusia secara nasional dan
peningkatan mutu umat Islam di Indonesia. Amin
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Jakarta, Juli 2012
Direktur Pendidikan Tinggi Islam
Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA
Daftar Isi
| v
Evaluasi Pembelajaran
Daftar Isi
Kata Pengantar
......................................................................................................
iii
Daftar Isi ................................................................................................................
v
MODUL I :
KONSEP EVALUASI PEMBELAJARAN
Pendahuluan
..........................................................................................................
3
Kegiatan
Belajar 1 : Pengertian Dan Kedudukan Evaluasi Dalam Pembelajaran ...... 5
Latihan
..............................................................................
16
Rangkuman
....................................................................... 17
Tes Formatif 1
................................................................... 18
Kegiatan Belajar 2: Tujuan, Fungsi Dan Prinsip Evaluasi
Pembelajaran ..... 21
Latihan
..............................................................................
35
Rangkuman
....................................................................... 35
Tes Formatif 2
................................................................... 36
Daftar Pustaka
......................................................................................................
41
MODUL II :
RUANG LINGKUP, KARAKTERISTIK
DAN PENDEKATAN EVALUASI PEMBELAJARAN
Pendahuluan
..........................................................................................................
45
Kegiatan Belajar 1 : Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran
.......................... 47
Latihan
..............................................................................
59
Rangkuman
....................................................................... 59
Tes Formatif 1
................................................................... 60
Kegiatan Belajar 2: Karakteristik, Model Dan Pendekatan Evaluasi
Pembelajaran .. 63
Latihan
..............................................................................
77
Rangkuman
....................................................................... 78
Tes Formatif 2
................................................................... 78
Daftar Pustaka
......................................................................................................
81
Daftar Isi
vi |
Evaluasi
Pembelajaran
MODUL III :
PROSEDUR PENGEMBANGAN EVALUASI
PEMBELAJARAN
Pendahuluan
..........................................................................................................
85
Kegiatan Belajar 1 : Perencanaan Dan Pelaksanaan Evaluasi
Pembelajaran ... 87
Latihan ..............................................................................
105
Rangkuman
....................................................................... 105
Tes Formatif 1
................................................................... 106
Kegiatan Belajar 2: Pengolahan Dan Pelaporan Hasil
Evaluasi Pembelajaran .... 109
Latihan
..............................................................................
118
Rangkuman
....................................................................... 118
Tes Formatif 2 ...................................................................
119
Daftar Pustaka
......................................................................................................
123
MODUL IV :
PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI JENIS TES
Pendahuluan ..........................................................................................................
127
Kegiatan Belajar 1 : Pengembangan Tes Bentuk Uraian
................................. 129
Latihan
..............................................................................
148
Rangkuman
....................................................................... 148
Tes Formatif 1
................................................................... 149
Kegiatan Belajar 2: Pengembangan Tes Objektif, Lisan Dan Tindakan
........ 153
Latihan
..............................................................................
169
Rangkuman
....................................................................... 169
Tes Formatif 2 ...................................................................
170
Daftar Pustaka
......................................................................................................
175
MODUL V :
PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI JENIS NON TES
Pendahuluan
..........................................................................................................
179
Kegiatan Belajar 1 : Observasi, Wawancara Dan Skala Sikap
........................ 181
Latihan ..............................................................................
194
Rangkuman
....................................................................... 194
Tes Formatif 1
................................................................... 196
Kegiatan Belajar 2: Teknik Non-Tes Dan Pemberian Penghargaan
.............. 199
Latihan
..............................................................................
214
Rangkuman
....................................................................... 215
Tes Formatif 2 ...................................................................
216
Daftar Pustaka
......................................................................................................
219| vii Evaluasi
Pembelajaran Daftar Isi
MODUL VI :
MODEL PENILAIAN PORTOFOLIO
Pendahuluan
..........................................................................................................
223
Kegiatan Belajar 1 : Konsep, Prinsip Dan Karakteristik Penilaian
Portofolio ..... 227
Latihan ..............................................................................
239
Rangkuman
....................................................................... 240
Tes Formatif 1
................................................................... 242
Kegiatan Belajar 2: Jenis Dan Tahapan Penilaian Portofolio
......................... 245
Latihan
..............................................................................
256
Rangkuman
....................................................................... 256
Tes Formatif 2 ...................................................................
257
Daftar Pustaka
......................................................................................................
257
MODUL VII :
TEKNIK PENGOLAHAN HASIL EVALUASI
Pendahuluan ..........................................................................................................
265
Kegiatan Belajar 1 : Teknik
Penskoran.............................................................. 267
Latihan
..............................................................................
283
Rangkuman
....................................................................... 284
Tes Formatif 1
................................................................... 285
Kegiatan Belajar 2: Pengolahan Data Hasil Tes Dengan PAP Dan
PAN......... 289
Latihan
..............................................................................
302
Rangkuman
....................................................................... 303
Tes Formatif 2
................................................................... 304
Daftar Pustaka
......................................................................................................
307
MODUL VIII :
ANALISIS KUALITAS TES DAN BUTIR SOAL
Pendahuluan
..........................................................................................................
311
Kegiatan Belajar 1 : Menganalisis Kualitas Tes
............................................... 313
Latihan ..............................................................................
334
Rangkuman
....................................................................... 335
Tes Formatif 1
................................................................... 336
Kegiatan Belajar 2: Menganalisis Kualitas Butir Soal
.................................... 341
Latihan
..............................................................................
362
Rangkuman
....................................................................... 362
Tes Formatif 2
................................................................... 363
Daftar Pustaka
......................................................................................................
367viii | Evaluasi
Pembelajaran Daftar Isi
MODUL IX :
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI DAN REFLEKSI
PELAKSANAAN EVALUASI
Pendahuluan
..........................................................................................................
371
Kegiatan Belajar 1 : Pemanfaatan Hasil Evaluasi
........................................... 373
Latihan
..............................................................................
382
Rangkuman
....................................................................... 382
Tes Formatif 1
................................................................... 383
Kegiatan Belajar 2: Refleksi Pelaksanaan Evaluasi
........................................ 387
Latihan ..............................................................................
403
Rangkuman
....................................................................... 403
Tes Formatif 2
................................................................... 404
Daftar Pustaka ......................................................................................................
409
GLOSARIUM
Glosarium Modul 1
............................................................................................
413
Glosarium Modul 2 ............................................................................................
413
Glosarium Modul 3
............................................................................................
414 Glosarium Modul 4 ............................................................................................
414
Glosarium Modul 5
............................................................................................
414
Glosarium Modul 6
............................................................................................
415 Glosarium Modul 7
............................................................................................
416
Glosarium Modul 8
............................................................................................
416
Glosarium Modul 9
............................................................................................
417
KUNCI JAWABAN
Kunci Jawaban Modul 1
........................................................................................
421 Kunci Jawaban Modul 2
........................................................................................
421 Kunci Jawaban Modul 3
........................................................................................
422
Kunci Jawaban Modul 4 ........................................................................................
422
Kunci Jawaban Modul 5
........................................................................................
423 Kunci Jawaban Modul 6 ........................................................................................
423
Kunci Jawaban Modul 7
........................................................................................
424 Kunci Jawaban Modul 8
........................................................................................
424 Kunci Jawaban Modul 9
........................................................................................
425| ix Evaluasi
Pembelajaran Daftar Isi
MODUL 1
KONSEP EVALUASI PEMBELAJARAN
| 3
Evaluasi Pembelajaran
Modul 1
KONSEP EVALUASI PEMBELAJARAN
Pendahuluan
Salah satu kompetensi yang harus Anda kuasai adalah evaluasi
pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab Anda
sebagai guru dalam pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajaran termasuk di dalamnya
melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar. Kompetensi tersebut sejalan
pula dengan instrumen penilaian kemampuan guru, dimana salah satu indikatornya
adalah melakukan evaluasi pembelajaran. Masih banyak lagi model yang
menggambarkan kompetensi dasar yang harus Anda kuasai. Hal ini menunjukkan
bahwa pada semua model kompetensi guru (teacher competency) selalu
menggambarkan dan mensyaratkan adanya kemampuan guru dalam mengevaluasi
pembelajaran, sebab kemampuan melakukan evaluasi pembelajaran merupakan
kemampuan dasar yang mutlak harus dimiliki guru atau calon guru. Oleh sebab itu
pula, pada setiap program studi di lingkungan Lembaga Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan (LPTK) seperti, UPI, IKIP, FKIP, STKIP, dan Fakultas Tarbiyah,
para mahasiswa wajib menempuh matakuliah evaluasi pembelajaran dengan bobot
antara 2 – 4 SKS.
Mengingat begitu pentingnya materi evaluasi
pembelajaran, maka dalam modul ini akan dibahas tentang pengertian, tujuan,
fungsi, prinsip, jenis dan karakteristik evaluasi pembelajaran.
Kompetensi yang harus Anda kuasai setelah mempelajari
modul ini adalah mengetahui dan memahami konsep dasar evaluasi. Untuk menguasai
kompetensi tersebut, Anda harus mempelajari dua kegiatan belajar, yaitu
Kegiatan Belajar 1 membahas tentang pengertian evaluasi, penilaian, pengukuran
dan tes. Kegiatan Belajar 2 membahas tentang ruang lingkup evaluasi
pembelajaran.
Anda harus mempelajari modul ini secara seksama sesuai
dengan petunjuk pengerjaan modul, sehingga Anda betul-betul dapat memahami dan
mengaplikasikannya dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari di Madrasah. Anda
juga harus sering melakukan evaluasi pembelajaran, sehingga Anda dapat
menguasai istilah dan pengertiannya, tujuan, fungsi dan prinsip-prinsip
evaluasi pembelajaran, baik teori maupun praktik. Ada beberapa alasan penting
mengapa Anda perlu mempelajari modul ini, yaitu :
1. Sebagai guru, Anda tentu akan melaksanakan
evaluasi pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas. Untuk itu, Anda
harus mengetahui dan memahami konsep dasar evaluasi pembelajaran.
Modul 1
4 |
Evaluasi
Pembelajaran
2. Kualitas proses dan hasil evaluasi
pembelajaran perlu terus ditingkatkan, sehingga dapat dipertanggungjawabkan ke
berbagai pihak, seperti ke pemerintah, orang tua peserta didik, komite Madrasah
dan Kepala Madrasah. Peningkatan kualitas tersebut dapat Anda lakukan melalui
peningkatan kualitas pemahaman konsep evaluasi pembelajaran.
Untuk mempelajari modul ini, sebaiknya Anda ikuti
petunjuk berikut ini :
1. Berdo’alah sebelum mulai belajar, kemudian
bacalah modul ini dengan teliti, teratur, dan tidak meloncat-loncat agar Anda
memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang utuh.
2. Catatlah kata-kata atau kalimat yang
kurang dimengerti atau berikan “tanda khusus” dengan menggunakan stabilo.
Selanjutnya, kata atau kalimat tersebut Anda diskusikan dengan teman atau
langsung ditanyakan kepada tutor.
3. Setelah setiap penggal kegiatan belajar
selesai dibaca, usahakan Anda membuat rangkuman sendiri yang ditulis tangan.
Hal ini dimaksudkan untuk menambah ingatan dari apa yang sudah Anda baca.
4. Kerjakanlah latihan dan tes formatif yang
ada pada bagian akhir setiap kegiatan belajar.
5. Untuk menambah wawasan Anda tentang konsep
evaluasi pembelajaran, bacalah beberapa buku sumber yang tercantum dalam daftar
pustaka.
Semoga Anda berhasil menyelesaikan modul 1
ini dengan baik !
| 5
Evaluasi Pembelajaran
PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN EVALUASI
DALAM PEMBELAJARAN
Pengantar
Mungkin Anda pernah atau bahkan sering membaca buku-buku tentang
evaluasi pembelajaran yang didalamnya menjelaskan arti dari beberapa istilah
yang hampir sama tetapi berbeda, seperti evaluasi, penilaian, pengukuran, dan
tes. Atau mungkin bisa jadi Anda kebingungan, apakah perbedaan antara evaluasi
pembelajaran dengan penilaian proses dan hasil belajar ? apakah pengukuran dan
tes itu sama ? Tentu saja istilah-istilah tersebut berbeda satu dengan lainnya,
baik ruang lingkup maupun fokus/objek yang dinilai. Evaluasi lebih luas ruang
lingkupnya dari penilaian, sedangkan penilaian lebih terfokus kepada komponen
atau aspek tertentu saja yang merupakan bagian dari ruang lingkup evaluasi
tersebut. Jika hal yang Anda dinilai adalah pembelajaran, maka ruang lingkupnya
adalah semua komponen pembelajaran (sistem pembelajaran), dan istilah yang
tepat untuk menilai pembelajaran adalah evaluasi. Jika hal yang ingin Anda
nilai satu atau beberapa bagian/komponen pembelajaran, misalanya proses dan
hasil belajar, maka istilah yang tepat digunakan adalah penilaian. Ada juga
istilah pengukuran. Kalau evaluasi dan penilaian bersifat kualitatif, maka
pengukuran bersifat kuantitatif (skor/angka) dan tentunya menggunakan suatu
alat ukur yang standar (baku). Dalam konteks proses dan hasil belajar, alat
ukur tersebut dapat berbentuk tes atau non-tes.
Setelah mempelajari kegiatan belajar 1 ini,
Anda diharapkan dapat :
1. Menyebutkan pengertian tes
2. Menjelaskan pengertian pengukuran
3. Menjelaskan arti alat ukur standar
4. Menyebutkan pengertian penilaian
5. Menjelaskan pengertian evaluasi
6. Menyebutkan persamaan antara evaluasi
dengan penilaian
7. Menjelaskan arti pengukuran
8. Menjelaskan pengertian pembelajaran
9. Membedakan antara dampak pengajaran dengan
dampak pengiring
10.Menjelaskan pengertian prestasi belajar
Kegiatan Belajar 16 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 1
A. Pengertian Evaluasi
Dalam sistem pembelajaran (maksudnya pembelajaran sebagai suatu
sistem), evaluasi merupakan salah komponen penting dan tahap yang harus
ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. Hasil yang
diperoleh dapat dijadikan balikan (feed-back) bagi guru dalam
memperbaiki dan menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran. Di sekolah,
Anda sering mendengar bahwa guru sering memberikan ulangan harian, ujian akhir
semester, ujian blok, tagihan, tes tertulis, tes lisan, tes tindakan, dan
sebagainya. Istilah-istilah ini pada dasarnya merupakan bagian dari sistem
evaluasi itu sendiri. Coba Anda simak beberapa pengertian istilah berikut ini !
Apa itu tes ?
Istilah tes berasal dari bahasa latin “testum” yang berarti
sebuah piring atau jambangan dari tanah liat. Istilah tes ini kemudian
dipergunakan dalam lapangan psikologi dan selanjutnya hanya dibatasi sampai
metode psikologi, yaitu suatu cara untuk menyelidiki seseorang. Penyelidikan
tersebut dilakukan mulai dari pemberian suatu tugas kepada seseorang atau untuk
menyelesaikan suatu masalah tertentu. Sebagaimana dikemukakan Sax (1980 : 13)
bahwa “a test may be defined as a task or series of task used to obtain
systematic observations presumed to be representative of educational or
psychological traits or attributes”. (tes dapat didefinisikan sebagai tugas
atau serangkaian tugas yang digunakan untuk memperoleh pengamatan-pengamatan
sistematis, yang dianggap mewakili ciri atau aribut pendidikan atau
psikologis). Istilah tugas dapat berbentuk soal atau perintah/suruhan lain yang
harus dikerjakan oleh peserta didik. Hasil kuantitatif ataupun kualitatif dari
pelaksanaan tugas itu digunakan untuk menarik simpulan-simpulan tertentu
terhadap peserta didik.
Sementara itu, S. Hamid Hasan (1988 : 7) menjelaskan “tes adalah
alat pengumpulan data yang dirancang secara khusus. Kekhususan tes dapat
terlihat dari konstruksi butir (soal) yang dipergunakan”. Rumusan ini lebih
terfokus kepada tes sebagai alat pengumpul data. Memang pengumpulan data bukan
hanya ada dalam prosedur penelitian, tetapi juga ada dalam prosedur evaluasi.
Dengan kata lain, untuk mengumpulkan data evaluasi, guru memerlukan suatu alat,
antara lain tes. Tes dapat berupa pertanyaan. Oleh sebab itu, jenis pertanyaan,
rumusan pertanyaan, dan pola jawaban yang disediakan harus memenuhi suatu
perangkat kriteria yang ketat. Demikian pula waktu yang disediakan untuk
menjawab soal-soal serta administrasi penyelenggaraan tes diatur secara khusus
pula. Persyaratan-persyaratan ini berbeda dengan alat pengumpul data lainnya.
Dengan demikian, tes pada hakikatnya adalah suatu alat yang berisi
serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh
peserta didik untuk mengukur suatu aspek perilaku tertentu. Artinya, fungsi tes
adalah
Konsep Evaluasi Pembelajaran
| 7
Evaluasi Pembelajaran
sebagai alat ukur. Dalam tes prestasi belajar, aspek perilaku yang
hendak diukur adalah tingkat kemampuan peserta didik dalam menguasai materi
pelajaran yang telah disampaikan.
Apa itu pengukuran ?
Ahmann dan Glock dalam S.Hamid Hasan (1988 : 9) menjelaskan ‘in
the last analysis measurement is only a part, although a very substansial part
of evaluation. It provides information upon which an evaluation can be based…
Educational measurement is the process that attempt to obtain a quantified
representation of the degree to which a trait is possessed by a pupil’.
(dalam analisis terakhir, pengukuran hanya merupakan bagian, yaitu bagian yang
sangat substansial dari evaluasi. Pengukuran menyediakan informasi, di mana
evaluasi dapat didasarkan ... Pengukuran pendidikan adalah proses yang berusaha
untuk mendapatkan representasi secara kuantitatif tentang sejauh mana suatu
ciri yang dimiliki oleh peserta didik). Pendapat yang sama dikemukakan oleh
Wiersma dan Jurs (1985), bahwa “technically, measurement is the assignment
of numerals to objects or events according to rules that give numeral
quantitative meaning”. (secara teknis, pengukuran adalah pengalihan dari
angka ke objek atau peristiwa sesuai dengan aturan yang memberikan makna angka
secara kuantitatif).
Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa pengukuran adalah suatu
proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas daripada sesuatu. Kata
“sesuatu” bisa berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, white
board, dan sebagainya. Dalam proses pengukuran, tentu guru harus
menggunakan alat ukur (tes atau non-tes). Alat ukur tersebut harus standar,
yaitu memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Dalam bidang
pendidikan, psikologi, maupun variabel-variabel sosial lainnya, kegiatan
pengukuran biasanya menggunakan tes. Dalam sejarah perkembangannya, aturan
mengenai pemberian angka ini didasarkan pada teori pengukuran psikologi yang
dinamakan psychometric. Namun demikian, boleh saja suatu kegiatan evaluasi
dilakukan tanpa melalui proses pengukuran.
Apa itu penilaian ?
Istilah penilaian merupakan alih bahasa dari istilah assessment,
bukan dari istilah evaluation. Dalam proses pembelajaran, penilaian
sering dilakukan guru untuk memberikan berbagai informasi secara
berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai
peserta didik. Artinya, penilaian tidak hanya ditujukan pada penguasaan salah
satu bidang tertentu saja, tetapi bersifat menyeluruh yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Sementara itu, Anthony
J.Nitko (1996 : 4) menjelaskan “assessment is a broad term defined as a
process for obtaining information that is used for making decisions about
students, curricula and programs, and 8 | Evaluasi Pembelajaran Modul 1
educational policy”. (penilaian adalah suatu proses untuk
memperoleh informasi yang digunakan untuk membuat keputusan tentang peserta
didik, kurikulum, program, dan kebijakan pendidikan).
Dalam hubungannya dengan proses dan hasil belajar, penilaian dapat
didefinisikan sebagai suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar
peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan
pertimbangan tertentu. Jika dilihat dalam konteks yang lebih luas, keputusan
tersebut dapat menyangkut keputusan tentang peserta didik, keputusan tentang
kurikulum dan program atau juga keputusan tentang kebijakan pendidikan.
Keputusan tentang peserta didik meliputi pengelolaan pembelajaran,
penempatan peserta didik sesuai dengan jenjang atau jenis program pendidikan,
bimbingan dan konseling, dan menyeleksi peserta didik untuk pendidikan lebih
lanjut. Keputusan tentang kurikulum dan program meliputi keefektifan (summative
evaluation) dan bagaimana cara memperbaikinya (formative evaluation).
Keputusan tentang kebijakan pendidikan dapat dibuat pada tingkat lokal/daerah
(kabupaten/kota), regional (provinsi), dan tingkat nasional.
Keputusan penilaian terhadap suatu hasil belajar sangat bermanfaat
untuk membantu peserta didik merefleksikan apa yang mereka ketahui, bagaimana
mereka belajar, dan mendorong tanggung jawab dalam belajar. Keputusan penilaian
dapat dibuat oleh guru, sesama peserta didik (peer) atau oleh dirinya
sendiri (self-assessment). Pengambilan keputusan perlu menggunakan
pertimbangan yang berbeda-beda dan membandingkan hasil penilaian. Pengambilan
keputusan harus dapat membimbing peserta didik untuk melakukan perbaikan hasil
belajar.
Apa itu evaluasi ?
Guba dan Lincoln (1985 : 35), mendefinisikan evaluasi sebagai “a
process for describing an evaluand and judging its merit and worth”. (suatu
proses untuk menggambarkan evaluan (orang yang dievaluasi) dan menimbang makna
dan nilainya). Sax (1980 : 18) juga berpendapat “evaluation is a process
through which a value judgement or decision is made from a variety of
observations and from the background and training of the evaluator”.
(evaluasi adalah suatu proses dimana pertimbangan atau keputusan suatu nilai
dibuat dari berbagai pengamatan, latar belakang serta pelatihan dari
evaluator). Dari dua rumusan tentang evaluasi ini, dapat kita peroleh gambaran
bahwa evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
menentukan kualitas (nilai dan arti) daripada sesuatu, berdasarkan pertimbangan
dan kriteria tertentu untuk membuat suatu keputusan. Berdasarkan pengertian
ini, ada beberapa hal yang perlu kita pahami lebih lanjut, yaitu : | 9 Evaluasi
Pembelajaran Konsep Evaluasi Pembelajaran
1. Evaluasi adalah suatu
proses bukan suatu hasil (produk).
Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah kualitas
daripada sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai maupun arti. Sedangkan
kegiatan untuk sampai kepada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi. Jika
Anda melakukan kajian tentang evaluasi, maka yang Anda lakukan adalah
mempelajari bagaimana proses pemberian pertimbangan mengenai kualitas daripada
sesuatu. Gambaran kualitas yang dimaksud merupakan konsekuensi logis dari
proses evaluasi yang dilakukan. Proses tersebut tentu dilakukan secara sistematis
dan berkelanjutan, dalam arti terencana, sesuai dengan prosedur dan aturan, dan
terus menerus.
2. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan
kualitas daripada sesuatu, terutama yang berkenaan dengan nilai dan arti.
S. Hamid Hasan (1988 : 14-15) secara tegas membedakan kedua
istilah tersebut sebagai berikut :
Pemberian nilai dilakukan apabila seorang evaluator memberikan
pertimbangannya mengenai evaluan tanpa menghubungkannya dengan sesuatu yang
bersifat dari luar. Jadi pertimbangan yang diberikan sepenuhnya berdasarkan apa
evaluan itu sendiri………………………
Sedangkan arti, berhubungan dengan posisi dan peranan evaluan
dalam suatu konteks tertentu…. Tentu saja kegiatan evaluasi yang komprehensif
adalah yang meliputi baik proses pemberian keputusan tentang nilai dan proses
keputusan tentang arti, tetapi hal ini tidak berarti bahwa suatu kegiatan
evaluasi harus selalu meliputi keduanya.
Pemberian nilai dan arti ini dalam bahasa yang dipergunakan
Scriven (1967) adalah formatif dan sumatif. Jika formatif dan sumatif merupakan
fungsi evaluasi, maka nilai dan arti adalah hasil kegiatan yang dilakukan oleh
evaluasi.
3. Dalam proses evaluasi harus ada pemberian
pertimbangan (judgement).
Pemberian pertimbangan ini pada dasarnya merupakan konsep dasar
evaluasi. Melalui pertimbangan inilah ditentukan nilai dan arti (worth and
merit) dari sesuatu yang sedang dievaluasi. Tanpa pemberian pertimbangan,
suatu kegiatan bukanlah termasuk kategori kegiatan evaluasi.
4. Pemberian pertimbangan tentang nilai dan
arti haruslah berdasarkan kriteria tertentu.
Tanpa kriteria yang jelas, pertimbangan nilai dan arti yang
diberikan bukanlah suatu proses yang dapat diklasifikasikan sebagai evaluasi.
Kriteria yang digunakan dapat saja berasal dari apa yang dievaluasi itu sendiri
(internal), tetapi bisa juga berasal dari luar apa yang dievaluasi (eksternal),
10 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 1
baik yang bersifat kuantitatif maupun
kualitatif. Jika yang dievaluasi itu adalah proses pembelajaran, maka kriteria
yang dimaksud bisa saja dikembangkan dari karakteristik proses pembelajaran itu
sendiri, tetapi dapat pula dikembangkan kriteria umum tentang proses
pembelajaran. Kriteria ini penting dibuat oleh evaluator dengan pertimbangan
(a) hasil evaluasi dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (b) evaluator
lebih percaya diri (c) menghindari adanya unsur subjektifitas (d) memungkinkan
hasil evaluasi akan sama sekalipun dilakukan pada waktu dan orang yang berbeda,
dan (e) memberikan kemudahan bagi evaluator dalam melakukan penafsiran hasil evaluasi.
Kriteria sangat diperlukan untuk menentukan pencapaian indikator
hasil belajar peserta didik yang sedang diukur. Dalam pengembangan kriteria
untuk menentukan kualitas jawaban peserta didik, ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan, antara lain (a) kriteria harus meluas tetapi tidak memakan
waktu, sehingga sulit dilaksanakan (b) dapat dipahami dengan jelas oleh peserta
didik, orang tua dan guru (c) mencerminkan keadilan, dan (d) tidak
merefleksikan variabel yang bias, latar belakang budaya, sosial-ekonomi, ras
dan jender.
Berdasarkan rumusan pengertian tentang tes, pengukuran, penilaian
dan evaluasi yang telah penulis kemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada jenis evaluasi atau penilaian yang mempergunakan tes secara intensif
sebagai alat pengumpulan data, seperti penilaian hasil belajar. Walaupun dalam
perkembangan terakhir tentang jenis evaluasi atau penilaian seperti ini
menunjukkan bahwa tes bukan satu-satunya alat pengumpul data. Namun demikian
harus diakui pula, bahwa tes merupakan alat pengumpul data evaluasi dan
penilaian yang paling tua dan penting. Tes bukanlah evaluasi, bahkan bukan pula
pengukuran. Tes lebih sempit ruang lingkupnya dibandingkan pengukuran, dan
pengukuran lebih sempit dibandingkan evaluasi.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa tes dibangun
berdasarkan teori pengukuran tertentu. Tanpa bantuan teori pengukuran, maka
pembuatan tes dapat dikatakan tidak mungkin. Bagaimana Anda harus membuat
pertanyaan-pertanyaan dalam suatu tes, bagaimana Anda ingin mengukur derajat
validitas dan reliabilitas tes berdasarkan teori psychometric,
mencerminkan peranan teori pengukuran yang sangat besar dan penting. Pengukuran
dalam psikometrik tidak lagi merupakan bagian integral ataupun suatu langkah
yang selalu harus ditempuh dalam kegiatan evaluasi. Pengukuran hanya merupakan
salah satu langkah yang mungkin dipergunakan dalam kegiatan evaluasi.| 11 Evaluasi
Pembelajaran Konsep Evaluasi Pembelajaran
Persamaan dan Perbedaan Evaluasi dengan
Penilaian.
Persamaannya adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau
menentukan nilai sesuatu. Di samping itu, alat yang digunakan untuk
mengumpulkan datanya juga sama. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang
lingkup (scope) dan pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian lebih sempit
dan biasanya hanya terbatas pada salah satu komponen atau aspek saja, seperti
prestasi belajar peserta didik. Pelaksanaan penilaian biasanya dilakukan dalam
konteks internal, yakni orang-orang yang menjadi bagian atau terlibat dalam
sistem pembelajaran yang bersangkutan. Misalnya, guru menilai prestasi belajar
peserta didik, supervisor menilai kinerja guru, dan sebagainya. Ruang lingkup
evaluasi lebih luas, mencakup semua komponen dalam suatu sistem (sistem
pendidikan, sistem kurikulum, sistem pembelajaran) dan dapat dilakukan tidak
hanya pihak internal (evaluasi internal) tetapi juga pihak eksternal (evaluasi
eksternal), seperti konsultan mengevaluasi suatu program.
Evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi
pengukuran, sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrument) pengukuran.
Pengukuran lebih membatasi kepada gambaran yang bersifat kuantitatif
(angka-angka) tentang kemajuan belajar peserta didik (learning progress),
sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Di samping itu,
evaluasi dan penilaian pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat keputusan
tentang nilai suatu objek. Keputusan penilaian (value judgement) tidak
hanya didasarkan kepada hasil pengukuran (quantitative description),
tetapi dapat pula didasarkan kepada hasil pengamatan dan wawancara (qualitative
description). Untuk lebih jelasnya, Anda dapat memperhatikan gambar berikut
ini.
Evaluasi
Penilaian Pengukuran Tes & Non-tes
Gambar 1.1
Hubungan Evaluasi-Penilaian-Pengukuran dan Tes12 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 1
Untuk memahami lebih jauh tentang
istilah-istilah dalam evaluasi, coba Anda perhatikan juga ilustrasi berikut
ini.
Ibu Euis ingin mengetahui apakah peserta didiknya sudah menguasai
kompetensi dasar dalam mata pelajaran Aqidah-Akhlak. Untuk itu, Ibu Euis
memberikan tes tertulis dalam bentuk objektif pilihan-ganda sebanyak 50 soal
kepada peserta didiknya (artinya Bu Euis sudah menggunakan tes). Selanjutnya,
Ibu Euis memeriksa lembar jawaban peserta didik sesuai dengan kunci jawaban,
kemudian sesuai dengan rumus tertentu dihitung skor mentahnya. Ternyata, skor
mentah yang diperoleh peserta didik sangat bervariasi, ada yang memperoleh skor
25, 36, 44, 47, dan seterusnya (sampai disini sudah terjadi pengukuran). Angka
atau skor-skor tersebut tentu belum mempunyai nilai/makna dan arti. Untuk
memperoleh nilai dan arti dari setiap skor tersebut, Ibu Euis melakukan
pengolahan skor dengan pendekatan PAP. Hasil pengolahan dan penafsiran dalam
skala 0 – 10 menunjukkan bahwa skor 25 memperoleh nilai 5 (berarti tidak
menguasai), skor 36 memperoleh nilai 6 (berarti cukup menguasai), skor 44
memperoleh nilai 8 (berarti menguasai), dan skor 47 memperoleh nilai 9 (berarti
sangat menguasai). Sampai disini sudah terjadi proses penilaian. Ini contoh
dalam ruang lingkup hasil belajar. Jika Ibu Euis ingin menilai seluruh komponen
pembelajaran (ketercapaian tujuan, keefektifan metode dan media, kinerja guru,
dan lain-lain), barulah terjadi kegiatan evaluasi pembelajaran.
Dengan demikian, pengertian evaluasi pembelajaran adalah suatu
proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka
pengendalian, penjaminan dan penetapan kualitas (nilai dan arti) pembelajaran
terhadap berbagai komponen pembelajaran, berdasarkan pertimbangan dan kriteria
tertentu, sebagai bentuk pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Sedangkan penilaian hasil belajar adalah suatu proses atau
kegiatan yang sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka pengumpulan
dan pengolahan informasi untuk menilai pencapaian proses dan hasil belajar
peserta didik.
B. Kedudukan Evaluasi Dalam Pembelajaran
Kata dasar “pembelajaran” adalah belajar. Dalam arti sempat
pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan agar
seseorang dapat melakukan kegiatan belajar. Sedangkan belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu dengan lingkungan dan
pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut bukan karena pengaruh obat-obatan
atau zat kimia lainnya dan cenderung bersifat permanen. Istilah “pembelajaran”
(instruction) berbeda dengan istilah “pengajaran” (teaching).
Kata “pengajaran” lebih bersifat formal dan hanya ada di dalam konteks guru
dengan peserta didik | 13 Evaluasi
Pembelajaran Konsep Evaluasi Pembelajaran
di kelas/madrasah, sedangkan kata
“pembelajaran” tidak hanya ada dalam konteks guru dengan peserta didik di kelas
secara formal, tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan belajar peserta didik di
luar kelas yang mungkin saja tidak dihadiri oleh guru secara fisik.
Kata “pembelajaran” lebih menekankan pada kegiatan belajar peserta
didik (child-centered) secara sungguh-sungguh yang melibatkan aspek
intelektual, emosional, dan sosial, sedangkan kata “pengajaran” lebih cenderung
pada kegiatan mengajar guru (teacher-centered) di kelas. Dengan
demikian, kata “pembelajaran” ruang lingkupnya lebih luas daripada kata
“pengajaran”. Dalam arti luas, pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan
yang sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara
pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk
menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta
didik, baik di kelas maupun di luar kelas, dihadiri guru secara fisik atau
tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan.
Apa implikasi pengertian pembelajaran ini
bagi Anda sebagai guru ?
1. Pembelajaran adalah suatu program. Ciri
suatu program adalah sistematik, sistemik, dan terencana. Sistematik artinya
keteraturan. Anda harus dapat membuat program pembelajaran dengan urutan
langkah-langkah tertentu, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
evaluasi. Setiap langkah harus bersyarat, dimana langkah pertama merupakan
syarat untuk masuk langkah kedua, dan seterusnya. Sistemik menunjukkan adanya
suatu sistem. Anda harus memahami pembelajaran sebagai suatu sistem yang
terdapat berbagai komponen, antara lain tujuan, materi, metoda, media, sumber
belajar, evaluasi, peserta didik, lingkungan dan guru yang saling berhubungan
dan ketergantungan satu sama lain serta berlangsung secara terencana. Anda juga
harus dapat membuat rencana program pembelajaran dengan baik, artinya disusun
melalui proses pemikiran yang matang. Hal ini penting, karena perencanaan
program merupakan pedoman bagi guru dalam melaksanakannya pada situasi nyata.
2. Setelah pembelajaran berproses, tentu Anda
perlu mengetahui keefektifan dan efisiensi semua komponen yang ada dalam proses
pembelajaran. Untuk itu, Anda harus melakukan evaluasi pembelajaran. Begitu
juga ketika peserta didik selesai mengikuti proses pembelajaran, tentu mereka
ingin mengetahui sejauhmana hasil yang dicapai. Untuk itu, Anda harus melakukan
penilaian hasil belajar. Dalam pembelajaran terdapat proses sebab-akibat. Guru
yang mengajar merupakan penyebab utama atas terjadinya tindakan belajar peserta
didik, meskipun tidak setiap tindakan belajar peserta didik merupakan akibat
guru mengajar. Oleh karena itu, Anda sebagai “figur sentral”, harus mampu 14 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 1
menetapkan strategi
pembelajaran yang tepat, sehingga dapat mendorong tindakan belajar peserta
didik yang aktif, kreatif, efektif, produktif, efisien, dan menyenangkan.
3. Pembelajaran bersifat interaktif dan
komunikatif. Interaktif artinya kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang
bersifat multi arah dan saling mempengaruhi. Artinya, Anda harus berinterakasi
dengan semua komponen pembelajaran, jangan didominasi oleh satu komponen saja.
Nana Sy.Sukmadinata (2007 : 14) menekankan “interaksi ini bukan hanya pada tingkat
apa dan bagaimana, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu pada tingkat mengapa,
tingkat mencari makna, baik makna sosial (socially conscious) maupun
makna pribadi (self-conscious)”. Sedangkan komunikatif dimaksudkan bahwa
sifat komunikasi antara peserta didik dengan guru atau sebaliknya, sesama
peserta didik, dan sesama guru harus dapat saling memberi dan menerima serta
memahami. Anda dengan peserta didik harus dapat menggunakan bahasa yang baik
dan benar, dalam arti menggunakan kosa kata yang sederhana, kalimat yang jelas
dan efektif, intonasi yang baik, irama dan tempo bicara yang enak didengar.
Anda juga harus menggunakan bahasa yang runtut, atraktif, mudah dipahami, dan
dapat mengundang antusiasme peserta didik untuk menyimak materi
pelajaran.
4. Dalam proses pembelajaran, Anda harus
dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar
peserta didik. Kondisi-kondisi yang dimaksud antara lain : memberi tugas,
melakukan diskusi, tanya-jawab, mendorong siswa untuk berani mengemukakan
pendapat, termasuk melakukan evaluasi. Hal inilah yang dimaksudkan Stigging
dalam Furqon (2001) bahwa “assessment as instruction”. Maksudnya, “assessment
and teaching can be one and the same”. Anda juga harus banyak memberikan
rangsangan (stimulus) kepada peserta didik, sehingga terjadi kegiatan
belajar pada diri peserta didik.
5. Proses pembelajaran dimaksudkan agar guru
dapat mencapai tujuan pembelajaran dan peserta didik dapat menguasai kompetensi
yang telah ditetapkan. Tujuan atau kompetensi tersebut biasanya sudah dirancang
dalam perencanaan pembelajaran yang berbentuk tujuan pembelajaran, standar
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator. Untuk mengetahui hinggamana peserta
didik mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu, maka
Anda harus melakukan tindakan evaluasi.
Dalam proses pembelajaran, Anda akan mengatur seluruh rangkaian
kegiatan pembelajaran, mulai dari membuat disain pembelajaran, melaksanakan
kegiatan pembelajaran, bertindak mengajar atau membelajarkan, melakukan
evaluasi pembelajaran termasuk proses dan hasil belajar yang berupa “dampak
pengajaran”. Peran peserta didik adalah bertindak belajar, yaitu | 15 Evaluasi
Pembelajaran Konsep Evaluasi Pembelajaran
mengalami proses belajar, mencapai hasil
belajar, dan menggunakan hasil belajar yang digolongkan sebagai “dampak
pengiring”. Melalui belajar, diharapkan kemampuan mental peserta didik
semakin meningkat sesuai dengan perkembangan peserta didik yang beremansipasi
diri, sehingga ia menjadi utuh dan mandiri.
Prestasi belajar
Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.
Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”.
Istilah “prestasi belajar” (achievment) berbeda dengan “hasil belajar” (learning
outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan,
sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Kata
prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam
kesenian, olah raga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran.
Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial
dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia
selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi
belajar (achievement) semakin terasa penting untuk dibahas, karena
mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain :
1. Prestasi belajar sebagai indikator
kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan
hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai
“tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum
manusia”.
3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi
dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan
pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
4. Prestasi belajar sebagai indikator interen
dan ekteren dari suatu institusi pendidikan. Indikator interen dalam arti bahwa
prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu
institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan
kebutuhan masyarakat dan peserta didik. Indikator eksteren dalam arti bahwa
tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan
peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan
dengan kebutuhan masyarakat.
5. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator
terhadap daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran,
peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta
didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran16 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 1
Jika dilihat dari beberapa fungsi prestasi
belajar di atas, maka betapa pentingnya Anda harus mengetahui dan memahami
prestasi belajar peserta didik, baik secara perorangan maupun secara kelompok,
sebab fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam
mata pelajaran tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi
pendidikan (Madrasah). Di samping itu, prestasi belajar juga bermanfaat sebagai
umpan balik bagi Anda dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga dapat
menentukan apakah perlu melakukan diagnosis, penempatan, atau bimbingan
terhadap peserta didik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Cronbach (1970 : 31),
bahwa kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain “sebagai umpan
balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk keperluan
bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan
atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan kebijakan
sekolah”.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa pembelajaran sebagai
suatu sistem memiliki berbagai komponen yang saling berinteraksi, berinterelasi
dan berinterdependensi. Salah satu komponen pembelajaran adalah evaluasi.
Begitu juga dalam prosedur pembelajaran, dimana salah satu langkah yang harus
ditempuh guru adalah evaluasi. Dengan demikian, dilihat dari berbagai konteks
pembelajaran, evaluasi mempunyai kedudukan yang sangat penting dan strategis
karena evaluasi merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran
itu sendiri.
LATIHAN
1. Coba Anda jelaskan apa yang dimaksud
dengan evaluasi. Berikan contohnya.
2. Bandingkan antara evaluasi dengan
penilaian dilihat dari segi :
a. Ruang lingkup
b. Persamaan dan perbedaan
3. Bagaimana hubungan antara tes, pengukuran
dan penilaian ? Coba Anda buat ilustrasi sendiri.
4. Mengapa evaluasi mempunyai kedudukan yang
sangat vital dan strategis dalam pembelajaran ? Jelaskan dengan singkat !
5. Apa perbedaan antara pengajaran dengan
pembelajaran ? Coba jelaskan dan berikan contohnya !
6. Menurut Anda, apakah hasil belajar dengan
prestasi belajar berbeda ? Jika ya, dalam hal apa perbedaannya ? Coba jelaskan
!
7. Apa fungsi utama prestasi belajar ?
Uraikan dengan singkat !| 17 Evaluasi
Pembelajaran Konsep Evaluasi Pembelajaran
RANGKUMAN
Pada hakikatnya tes adalah serangkaian tugas
yang harus dilakukan atau soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik untuk
mengukur suatu aspek perilaku tertentu. Pengukuran adalah suatu proses atau
kegiatan untuk menentukan kuantitas daripada sesuatu. Dalam proses pengukuran
tentu harus menggunakan alat ukur. Alat ukur tersebut harus standar, yaitu
memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Penilaian adalah suatu
proses atau kegiatan yang berkesinambungan untuk pengumpulan informasi tentang
proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan
berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Evaluasi adalah suatu proses
yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti)
daripada sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka
mengambil suatu keputusan.
Antara penilaian dan evaluasi sebenarnya
memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah keduanya mempunyai
pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu. Di samping itu, alat yang
digunakan untuk mengumpulkan datanya juga sama. Sedangkan perbedaannya terletak
pada ruang lingkup (scope) dan pelaksanaannya. Evaluasi dan penilaian
lebih bersifat komprehensif yang meliputi pengukuran, sedangkan tes merupakan
salah satu alat (instrument) pengukuran. Pengukuran lebih membatasi
kepada gambaran yang bersifat kuantitatif (angka-angka) tentang kemajuan
belajar peserta didik (learning progress), sedangkan evaluasi dan
penilaian lebih bersifat kualitatif.
Pembelajaran adalah suatu proses atau
kegiatan yang sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif
antara pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan
untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta
didik, baik di kelas maupun di luar kelas, dihadiri guru secara fisik atau
tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan. Dalam proses
pembelajaran, guru akan mengatur seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran,
termasuk proses dan hasil belajar yang berupa “dampak pengajaran”. Peran
peserta didik adalah bertindak belajar, yaitu mengalami proses belajar,
mencapai hasil belajar, dan menggunakan hasil belajar yang digolongkan sebagai
“dampak pengiring”.
Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama,
antara lain sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah
dikuasai peserta didik, sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu, sebagai
bahan informasi dalam inovasi pendidikan, sebagai indikator intern dan ektern
dari suatu institusi pendidikan, dan sebagai indikator daya serap (kecerdasan)
peserta didik. 18 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 1
TES FORMATIF 1
Pilihlah salah satu jawaban berikut ini
dengan cara memberikan tanda silang (X) pada salah satu huruf a, b, c, atau d
yang dianggap paling tepat.
1. Serangkaian tugas atau soal yang harus
dikerjakan peserta didik untuk mengukur suatu aspek perilaku tertentu disebut :
a. Evaluasi
b. Pengukuran
c. Penilaian
d. Tes
2. Pengukuran adalah suatu proses atau
kegiatan untuk menentukan :
a. Hasil belajar
b. Nilai dan arti
c. Kualitas
d. Kuantitas
3. Alat ukur standar adalah alat ukur yang
memiliki :
a. Derajat validitas yang tinggi
b. Derajat reliabilitas yang tinggi
c. Derajat validitas dan reliabilitas yang
tinggi
d. Daya pembeda soal yang tinggi
4. Suatu proses atau kegiatan yang
berkesinambungan untuk pengumpulan informasi tentang proses dan hasil belajar
peserta didik disebut :
a. Pengukuran
b. Penilaian
c. Evaluasi
d. Tes
5. Evaluasi adalah suatu proses atau kegiatan
yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan :
a. Nilai dan arti
b. Kuantitas
c. Prestasi belajar
d. Tingkat penguasaan| 19 Evaluasi
Pembelajaran Konsep Evaluasi Pembelajaran
6. Berikut ini merupakan
persamaan antara evaluasi dan penilaian, kecuali :
a. Alat yang digunakan sama
b. Proses yang sistematis
c. Ruang lingkup
d. Sama-sama menilai
7. Pengukuran merupakan gambaran kuantitatif
tentang :
a. Hasil belajar
b. Kemajuan belajar
c. Proses belajar
d. Kegiatan belajar
8. Pada hakikatnya pembelajaran merupakan
suatu proses komunikasi timbal balik antara guru dengan peserta didik sehingga
menimbulkan :
a. Tindakan mengajar guru
b. Tindakan belajar peserta didik
c. Hasil belajar
d. Prestasi belajar
9. Dalam proses pembelajaran, guru akan
mengatur seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran, termasuk proses dan hasil
belajar yang berupa :
a. Dampak mengajar
b. Dampak belajar
c. Dampak pengiring
d. Dampak pengajaran
10.Kemampuan yang diperoleh peserta didik
dalam mata pelajaran disebut :
a. Prestasi belajar
b. Hasil belajar
c. Motivasi belajar
d. Kinerja belajar20 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 1
UMPAN BALIK DAN TINDAK
LANJUT
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban
Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini dan hitunglah jumlah
jawaban yang benar. Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 1, gunakanlah rumus sebagai berikut :
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = ————————————————— x 100 %
10
Kriteria tingkat penguasaan :
90 – 100 % = Baik Sekali
80 – 89 % = Baik
70 – 79 % = Cukup
< 69 % = Kurang
Jika tingkat penguasaan Anda 80 % atau lebih,
berarti Anda berhasil. BAGUS! Untuk itu, Anda dapat meneruskan dengan
Kegiatan Belajar 2. Jika masih di bawah 80 %, Anda harus mengulang materi
Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.| 21 Evaluasi
Pembelajaran
TUJUAN, FUNGSI DAN
PRINSIP EVALUASI PEMBELAJARAN
Pengantar
Dalam setiap kegiatan evaluasi, langkah pertama yang harus Anda
perhatikan adalah tujuan evaluasi. Penentuan tujuan evaluasi sangat bergantung
dengan jenis evaluasi yang digunakan. Tujuan evaluasi ada yang bersifat umum
dan ada yang bersifat khusus. Jika Anda merumuskan tujuan evaluasi masih
bersifat umum, maka Anda harus merinci tujuan umum tersebut menjadi tujuan
khusus, sehingga dapat menuntun Anda dalam menyusun soal atau mengembangkan
instrumen evaluasi lainnya. Ada dua cara yang dapat Anda tempuh untuk
merumuskan tujuan evaluasi yang bersifat khusus. Pertama, melakukan
perincian ruang lingkup evaluasi. Kedua, melakukan perincian proses
mental yang akan dievaluasi. Cara pertama berhubungan dengan luas pengetahuan
sesuai dengan silabus mata pelajaran dan cara kedua berhubungan dengan jenjang
pengetahuan, seperti yang dikembangkan Bloom dkk.
Di samping tujuan evaluasi, Anda juga harus
memahami fungsi evaluasi. Fungsi evaluasi memang cukup luas, tetapi paling
tidak Anda dapat meninjaunya dari jenis evaluasi yang digunakan, seperti
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Hal lainnya yang dianggap penting
adalah prinsip evaluasi. Evaluasi yang baik adalah evaluasi yang berpegang teguh
pada prinsip-prinsip evaluasi, baik yang berisfat umum maupun yang bersifat
khusus.
Setelah mempelajari kegiatan belajar 2 ini,
Anda diharapkan dapat :
1. Menyebutkan tujuan evaluasi pembelajaran.
2. Menjelaskan tujuan evaluasi dalam kegiatan seleksi.
3. Menjelaskan finding-out sebagai tujuan evaluasi.
4. Menyebutkan tujuan penilaian hasil belajar.
5. Menjelaskan fungsi penilaian sumatif.
6. Menyebutkan tiga kategori fungsi tes.
7. Menjelaskan fungsi evaluasi pembelajaran.
8. Menjelaskan fungsi penilaian hasil belajar.
9. Menjelaskan prinsip komprehensif dalam evaluasi.
10.Menjelaskan pengertian evaluasi monitoring.
Kegiatan Belajar 222 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 1
A. Tujuan Evaluasi
Pembelajaran
Jika kita ingin melakukan kegiatan evaluasi, terlepas dari jenis
evaluasi apa yang digunakan, maka guru harus mengetahui dan memahami terlebih
dahulu tentang tujuan dan fungsi evaluasi. Bila tidak, maka guru akan mengalami
kesulitan merencanakan dan melaksanakan evaluasi. Hampir setiap orang yang
membahas evaluasi membahas pula tentang tujuan dan fungsi evaluasi. Tujuan
evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem
pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, media,
sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri. Sedangkan
tujuan khusus evaluasi pembelajaran disesuaikan dengan jenis evaluasi
pembelajaran itu sendiri, seperti evaluasi perencanaan dan pengembangan,
evaluasi monitoring, evaluasi dampak, evaluasi efisiensi-ekonomis, dan evaluasi
program komprehensif.
Dalam konteks yang lebih luas lagi, Sax (1980 : 28) mengemukakan
tujuan evaluasi dan pengukuran adalah untuk “selection, placement, diagnosis
and remediation, feedback : norm-referenced and criterion-referenced
interpretation, motivation and guidance of learning, program and curriculum
improvement : formative and summative evaluations, and theory development”. (seleksi, penempatan, diagnosis dan remediasi, umpan balik :
penafsiran acuran-norma dan acuan-patokan, motivasi dan bimbingan belajar,
perbaikan program dan kurikulum : evaluasi formatif dan sumatif, dan
pengembangan teori).
Perlu Anda ketahui bahwa evaluasi banyak digunakan dalam berbagai
bidang dan kegiatan, antara lain bimbingan dan penyuluhan, supervisi, seleksi,
dan pembelajaran. Setiap bidang atau kegiatan tersebut mempunyai tujuan yang
berbeda. Dalam kegiatan bimbingan, tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh
informasi secara menyeluruh mengenai karakteristik peserta didik, sehingga
dapat diberikan bimbingan dengan sebaik-baiknya. Begitu juga dalam kegiatan
supervisi, tujuan evaluasi adalah untuk menentukan keadaan suatu situasi
pendidikan atau pembelajaran, sehingga dapat diusahakan langkah-langkah
perbaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di madrasah. Dalam kegiatan
seleksi, tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai peserta didik untuk jenis pekerjaan,
jabatan atau pendidikan tertentu.
Menurut Kellough dan Kellough dalam Swearingen (2006) tujuan
penilaian adalah untuk membantu belajar peserta didik, mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan peserta didik, menilai efektifitas strategi
pembelajaran, menilai dan meningkatkan efektifitas program kurikulum, menilai dan
meningkatkan efektifitas pembelajaran, menyediakan data yang membantu dalam
membuat keputusan, komunikasi dan melibatkan orang tua peserta didik. Sementara
itu, | 23 Evaluasi
Pembelajaran Konsep Evaluasi Pembelajaran
Chittenden (1994) mengemukakan tujuan
penilaian (assessment purpose) adalah “keeping track, checking-up,
finding-out, and summing-up”.
1. Keeping track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses
belajar peserta didik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Untuk itu, guru harus mengumpulkan data dan informasi dalam kurun
waktu tertentu melalui berbagai jenis dan teknik penilaian untuk memperoleh
gambaran tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik.
2. Checking-up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta
didik dalam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta didik selama
mengikuti proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru perlu melakukan penilaian
untuk mengetahui bagian mana dari materi yang sudah dikuasai peserta didik dan
bagian mana dari materi yang belum dikuasai.
3. Finding-out, yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi
kekurangan kesalahan atau kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran,
sehingga guru dapat dengan cepat mencari alternatif solusinya.
4. Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta
didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil penyimpulan ini dapat
digunakan guru untuk menyusun laporan kemajuan belajar ke berbagai pihak yang
berkepentingan.
Adapun tujuan penilaian hasil belajar adalah :
1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik
terhadap materi yang telah diberikan.
2. Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat,
dan sikap peserta didik terhadap program pembelajaran.
3. Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian
hasil belajar peserta didik dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
telah ditetapkan.
4. Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta
didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keunggulan peserta didik dapat
dijadikan dasar bagi guru untuk memberikan pembinaan dan pengembangan lebih
lanjut, sedangkan kelemahannya dapat dijadikan acuan untuk memberikan bantuan
atau bimbingan.
5. Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta
didik yang sesuai dengan jenis pendidikan tertentu.
6. Untuk menentukan kenaikan kelas.
7. Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan
potensi yang dimilikinya.24 | Evaluasi Pembelajaran Modul 1
Anda juga perlu mengetahui tingkat kemajuan peserta
didik, sebab pengetahuan mengenai kemajuan peserta didik mempunyai
bermacam-macam kegunaan.
Pertama, Anda dapat mengetahui kedudukan peserta didik dalam
kelompoknya. Anda dapat memprakirakan apakah seorang peserta didik dalam
kelompoknya dapat dimasukkan ke dalam golongan anak yang biasa atau yang luar
bisa dalam arti supergenius atau lambat majunya. Anda juga dapat membuat
perencanaan yang realistis mengenai masa depan anak. Hal ini penting, karena
keberhasilan peserta didik sebagai anggota masyarakat dikelak kemudian hari
akan ditentukan oleh ada tidaknya perencanaan masa depan yang realistis ini.
Kedua, apabila pengetahuan tentang kemajuan peserta didik
tadi digabungkan dengan pengetahuan tentang kapasitas (kemampuan dasar) peserta
didik, maka ia dapat dipergunakan sebagai petunjuk mengenai kesungguhan usaha
anak dalam menempuh program pendidikannya. Melalui petunjuk ini pula kita dapat
membantu peserta didik sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
Tujuan manapun yang akan dicapai, Anda tetap harus melakukan
evaluasi terhadap kemampuan peserta didik dan komponen-komponen pembelajaran
lainnya.
B. Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Cronbach (1963 : 236) menjelaskan “evaluation used to improved
the course while it is still fluid contributes more to improvement of education
than evaluation used to appraise a product already on the market”. Cronbach
nampaknya lebih menekankan fungsi evaluasi untuk perbaikan, sedangkan Scriven
(1967) membedakan fungsi evaluasi menjadi dua macam, yaitu fungsi formatif dan
fungsi sumatif. Fungsi formatif dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh dari
kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau sebagian
besar bagian kurikulum yang sedang dikembangkan. Sedangkan fungsi sumatif
dihubungkan dengan penyimpulan mengenai kebaikan dari sistem secara
keseluruhan. Fungsi ini baru dapat dilaksanakan jika pengembangan program
pembelajaran telah dianggap selesai.
Fungsi evaluasi memang cukup luas, bergantung kepada dari sudut
mana Anda melihatnya. Bila kita lihat secara menyeluruh, fungsi evaluasi adalah
:
1. Secara psikologis, peserta didik selalu
butuh untuk mengetahui hinggamana kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai. Peserta didik adalah manusia yang belum dewasa.
Mereka masih mempunyai sikap dan moral yang heteronom, membutuhkan pendapat
orang-orang dewasa (seperti orang tua dan guru) sebagai pedoman baginya untuk
mengadakan orientasi pada situasi tertentu. Dalam menentukan sikap dan tingkah
lakunya, mereka pada umumnya tidak berpegang kepada pedoman yang | 25 Evaluasi
Pembelajaran Konsep Evaluasi Pembelajaran
berasal dari dalam
dirinya, melainkan mengacu kepada norma-norma yang berasal dari luar dirinya.
Dalam pembelajaran, mereka perlu mengetahui prestasi belajarnya, sehingga ia
merasakan kepuasan dan ketenangan.
2. Secara sosiologis, evaluasi berfungsi
untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu untuk terjun ke
masyarakat. Mampu dalam arti peserta didik dapat berkomunikasi dan beradaptasi
terhadap seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya. Lebih jauh
dari itu, peserta didik diharapkan dapat membina dan mengembangkan semua
potensi yang ada dalam masyarakat. Hal ini penting, karena mampu-tidaknya
peserta didik terjun ke masyarakat akan memberikan ukuran tersendiri terhadap
institusi pendidikan yang bersangkutan. Untuk itu, materi pembelajaran harus
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3. Secara didaktis-metodis, evaluasi
berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada kelompok
tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing serta membantu
guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajarannya.
4. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui
kedudukan peserta didik dalam kelompok, apakah ia termasuk anak yang pandai,
sedang atau kurang pandai. Hal ini berhubungan dengan sikap dan tanggung jawab
orang tua sebagai pendidik pertama dan utama di lingkungan keluarga. Anda dan
orang tua perlu mengetahui kemajuan peserta didik untuk menentukan langkah-langkah
selanjutnya.
5. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf
kesiapan peserta didik dalam menempuh program pendidikannya. Jika peserta didik
sudah dianggap siap (fisik dan non-fisik), maka program pendidikan dapat
dilaksanakan. Sebaliknya, jika peserta didik belum siap, maka hendaknya program
pendidikan tersebut jangan dulu diberikan, karena akan mengakibatkan hasil yang
kurang memuaskan.
6. Evaluasi berfungsi membantu guru dalam
memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis
pendidikan, jurusan, maupun kenaikan kelas. Melalui evaluasi, Anda dapat
mengetahui potensi peserta didik, sehingga dapat memberikan bimbingan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Begitu juga tentang kenaikan kelas. Jika peserta
didik belum menguasai kompetensi yang ditentukan, maka peserta didik tersebut
jangan dinaikkan ke kelas berikutnya atau yang lebih tinggi. Kegagalan ini
merupakan hasil keputusan evaluasi, karena itu Anda perlu mengadakan bimbingan
yang lebih profesional.
7. Secara administratif, evaluasi berfungsi
untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik kepada orang tua,
pejabat pemerintah yang 26 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 1
berwenang, kepala
sekolah, guru-guru dan peserta didik itu sendiri. Hasil evaluasi dapat
memberikan gambaran secara umum tentang semua hasil usaha yang dilakukan oleh
institusi pendidikan.
Sementara itu, Stanley dalam Oemar Hamalik (1989 : 6) mengemukakan
secara spesifik tentang fungsi tes dalam pembelajaran yang dikategorikan ke
dalam tiga fungsi yang saling berinterelasi, yakni “fungsi instruksional,
fungsi administratif, dan fungsi bimbingan”.
1. Fungsi intruksional
a. Proses konstruksi suatu tes merangsang
Anda untuk menjelaskan dan merumuskan kembali tujuan-tujuan pembelajaran
(kompetensi dasar) yang bermakna. Jika Anda terlibat secara aktif dalam
perumusan tujuan pembelajaran (kompetensi dasar dan indikator), maka Anda akan
terdorong untuk memperbaiki program pengalaman belajar bagi peserta didik, di
samping akan memperbaiki alat evaluasi itu sendiri. Anda juga akan merasakan
bahwa kompetensi dasar dan indikator yang telah dirumuskan itu akan bermakna
bagi Anda dan peserta didik, sehingga akan memperkaya berbagai pengalaman
belajar.
b. Suatu tes akan memberikan umpan balik
kepada guru. Umpan balik yang bersumber dari hasil tes akan membantu Anda untuk
memberikan bimbingan belajar yang lebih bermakna bagi peserta didik. Tes yang
dirancang dengan baik dapat dijadikan alat untuk mendiagnosis diri peserta
didik, yakni untuk meneliti kelemahan-kelemahan yang dirasakannya sendiri.
c. Tes-tes yang dikonstruksi secara cermat
dapat memotivasi peserta didik melakukan kegiatan belajar. Pada umumnya setiap
peserta didik ingin berhasil dengan baik dalam setiap tes yang ditempuhnya,
bahkan ingin lebih baik dari teman-teman sekelasnya. Keinginan ini akan
mendorongnya belajar lebih baik dan teliti. Artinya, ia akan bertarung dengan waktu
guna menguasai materi pelajaran yang akan dievaluasi itu.
d. Ulangan adalah alat yang bermakna dalam
rangka penguasaan atau pemantapan belajar (overlearning). Ulangan ini
dilaksanakan dalam bentuk review, latihan, pengembangan keterampilan dan
konsep-konsep. Pemantapan, penguasaan dan pengembangan ingatan (retention) akan
lebih baik jika dilakukan ulangan secara periodik dan kontinu. Kendatipun
peserta didik dapat menjawab semua pertanyaan dalam tes, tetapi ulangan ini
tetap besar manfaatnya, karena penguasaan materi pelajaran akan bertambah
mantap.| 27 Evaluasi
Pembelajaran Konsep Evaluasi Pembelajaran
2. Fungsi administratif
a. Tes merupakan suatu mekanisme untuk
mengontrol kualitas suatu sekolah atau suatu sistem sekolah. Norma-norma lokal
maupun norma-norma nasional menjadi dasar untuk melihat untuk menilai keampuhan
dan kelemahan kurikuler sekolah, apalagi jika daerah setempat tidak memiliki
alat yang dapat dipergunakan untuk melaksanakan evaluasi secara periodik.
b. Tes berguna untuk mengevaluasi program dan
melakukan penelitian. Keberhasilan suatu program inovasi dapat dilihat setelah
diadakan pengukuran terhadap hasil program sesuai dengan tujuan khusus yang
telah ditetapkan. Percobaan metode mengajar untuk menemukan cara belajar
efektif dan efisien bagi para peserta didik, baru dapat dilaksanakan setelah
diadakan serangkaian kegiatan eksperimen, selanjutnya dapat diukur
keberhasilannya dengan tes.
c. Tes dapat meningkatkan kualitas hasil
seleksi. Seleksi sering dilakukan untuk menentukan bakat peserta didik dan
kemungkinan berhasil dalam studinya pada suatu lembaga pendidikan. Apakah
seorang calon memilih keterampilan dalam mengemban tugas tertentu, apakah
peserta didik tergolong anak terbelakang, dan sebagainya. Hasil seleksi sering
digunakan untuk menempatkan dan mengklasifikasikan peserta didik dalam rangka
program bimbingan. Anda juga dapat menggunakan hasil tes untuk menentukan
apakah peserta didik perlu dibimbing, dilatih, diobati, dan diajari.
d. Tes berguna sebagai alat untuk melakukan
akreditasi, penguasaan (mastery), dan sertifikasi. Tes dapat
dipergunakan untuk mengukur kompetensi seorang lulusan. Misalnya, seorang calon
guru sudah dapat dikatakan memiliki kompetensi yang diharapkan setelah dia
mampu mendemonstrasikan kemampuannya di dalam kelas. Untuk mengetahui tingkat
penguasaan kompetensi, kemudian memberikan sertifikat, diperlukan pengukuran
dengan alat tertentu, yaitu tes.
3. Fungsi bimbingan
Tes sangat penting untuk mendiagnosis bakat-bakat khusus dan
kemampuan (ability) peserta didik. Bakat skolastik, prestasi, minat,
kepribadian, merupakan aspek-aspek penting yang harus mendapat perhatian dalam
proses bimbingan. Informasi dari hasil tes standar (standarized test) dapat
membantu kegiatan bimbingan dan seleksi ke sekolah yang lebih tinggi, memilih
jurusan/program studi, mengetahui kemampuan, dan sebagainya. Untuk memperoleh
informasi yang lengkap sesuai dengan kebutuhan bimbingan, maka diperlukan alat
ukur yang memadai, seperti tes. 28 | Evaluasi Pembelajaran Modul 1
Berdasarkan penjelasan di atas, maka fungsi evaluasi
pembelajaran adalah :
Pertama, untuk perbaikan dan
pengembangan sistem pembelajaran. Sebagaimana Anda ketahui bahwa pembelajaran
sebagai suatu sistem memiliki berbagai komponen, seperti tujuan, materi,
metoda, media, sumber belajar, lingkungan, guru dan peserta. Dengan demikian,
perbaikan dan pengembangan pembelajaran harus diarahkan kepada semua komponen
pembelajaran tersebut.
Kedua, untuk akreditasi.
Dalam UU.No.20/2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat 22 dijelaskan bahwa “akreditasi adalah
kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan”. Salah satu komponen akreditasi adalah
pembelajaran. Artinya, fungsi akreditasi dapat dilaksanakan jika hasil evaluasi
pembelajaran digunakan sebagai dasar akreditasi lembaga pendidikan.
Sedangkan fungsi penilaian hasil belajar adalah :
1. Fungsi formatif, yaitu untuk memberikan
umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki
proses pembelajaran dan mengadakan program remedial bagi peserta didik.
2. Fungsi sumatif, yaitu untuk menentukan
nilai (angka) kemajuan/hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran
tertentu, sebagai bahan untuk memberikan laporan kepada berbagai pihak,
penentuan kenaikan kelas dan penentuan lulus-tidaknya peserta didik.
3. Fungsi diagnostik, yaitu untuk memahami
latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungan) peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar, dimana hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam
memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.
4. Fungsi penempatan, yaitu untuk menempatkan
peserta didik dalam situasi pembelajaran yang tepat (misalnya dalam penentuan
program spesialisasi) sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik.
Gambar 1.1
Fungsi Penilaian| 29 Evaluasi
Pembelajaran Konsep Evaluasi Pembelajaran
C. Prinsip-prinsip Umum
Evaluasi
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, Anda harus
memperhatikan prinsip-prinsip umum evaluasi sebagai berikut :
1. Kontinuitas
Evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental, karena
pembelajaran itu sendiri adalah suatu proses yang kontinu. Oleh sebab itu, Anda
harus melakukan evaluasi secara kontinu. Hasil evaluasi yang diperoleh pada
suatu waktu harus senantiasa dihubungkan dengan hasil-hasil pada waktu
sebelumnya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas dan berarti tentang
perkembangan peserta didik. Perkembangan belajar peserta didik tidak dapat
dilihat dari dimensi produk saja tetapi juga dimensi proses bahkan dari dimensi
input.
2. Komprehensif
Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, Anda harus
mengambil seluruh objek itu sebagai bahan evaluasi. Misalnya, jika objek
evaluasi itu adalah peserta didik, maka seluruh aspek kepribadian peserta didik
itu harus dievaluasi, baik yang menyangkut kognitif, afektif maupun psikomotor.
Begitu juga dengan objek-objek evaluasi yang lain.
3. Adil dan objektif
Dalam melaksanakan evaluasi, Anda harus berlaku adil tanpa pilih
kasih. Semua peserta didik harus diperlakukan sama tanpa “pandang bulu”. Anda
juga hendaknya bertindak secara objektif, apa adanya sesuai dengan kemampuan
peserta didik. Sikap like and dislike, perasaan, keinginan, dan
prasangka yang bersifat negatif harus dijauhkan. Evaluasi harus didasarkan atas
kenyataan (data dan fakta) yang sebenarnya, bukan hasil manipulasi atau
rekayasa.
4. Kooperatif
Dalam kegiatan evaluasi, Anda hendaknya bekerjasama dengan semua
pihak, seperti orang tua peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, termasuk
dengan peserta didik itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar semua pihak merasa
puas dengan hasil evaluasi, dan pihak-pihak tersebut merasa dihargai.
5. Praktis
Praktis mengandung arti mudah digunakan, baik bagi Anda sendiri
yang menyusun alat evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat
tersebut. Untuk itu, Anda harus memperhatikan bahasa dan petunjuk mengerjakan
soal.30 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 1
Gambar 1.2
Prinsip-prinsip Umum Evaluasi
Dalam konteks hasil belajar, Depdiknas (2003 : 7) mengemukakan
prinsip-prinsip umum penilaian adalah mengukur hasil-hasil belajar yang telah
ditentukan dengan jelas dan sesuai dengan kompetensi serta tujuan pembelajaran;
mengukur sampel tingkah laku yang representatif dari hasil belajar dan
bahan-bahan yang tercakup dalam pengajaran; mencakup jenis-jenis instrumen
penilaian yang paling sesuai untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan;
direncanakan sedemikian rupa agar hasilnya sesuai dengan yang digunakan secara
khusus; dibuat dengan reliabilitas yang sebesar-besarnya dan harus ditafsirkan
secara hati-hati; dan dipakai untuk memperbaiki proses dan hasil belajar.
Dalam penilaian hasil belajar, Anda harus memperhatikan pula
hal-hal sebagai berikut :
1. Penilaian hendaknya dirancang sedemikian
rupa, sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi yang akan dinilai,
alat penilaian dan interpretasi hasil | 31 Evaluasi Pembelajaran Konsep Evaluasi Pembelajaran
penilaian.
2. Penilaian harus menjadi bagian integral
dalam proses pembelajaran.
3. Untuk memperoleh hasil yang objektif,
penilaian harus menggunakan berbagai alat (instrumen), baik yang berbentuk tes
maupun non-tes.
4. Pemilihan alat penilaian harus sesuai
dengan kompetensi yang ditetapkan.
5. Alat penilaian harus mendorong kemampuan
penalaran dan kreatifitas peserta didik, seperti : tes tertulis esai, tes
kinerja, hasil karya peserta didik, proyek, dan portofolio.
6. Objek penilaian harus mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai.
7. Penilaian harus mengacu kepada prinsip
diferensiasi, yaitu memberikan peluang kepada peserta didik untuk menunjukkan
apa yang diketahui, apa yang dipahami dan apa yang dapat dilakukan.
8. Penilaian tidak bersifat diskriminatif.
Artinya, guru harus bersikap adil dan jujur kepada semua peserta didik, serta
bertanggung jawab kepada semua pihak.
9. Penilaian harus diikuti dengan tindak
lanjut.
10.Penilaian harus berorientasi kepada
kecakapan hidup dan bersifat mendidik.
D. Jenis Evaluasi Pembelajaran
Dilihat dari pengertian, tujuan, fungsi, prosedur dan sistem
pembelajaran, maka pada hakikatnya pembelajaran adalah suatu program. Artinya,
evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran adalah evaluasi program, bukan
penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar hanya merupakan bagian dari
evaluasi pembelajaran. Sebagai suatu program, evaluasi pembelajaran dibagi
menjadi lima jenis, yaitu :
1. Evaluasi perencanaan dan pengembangan. Hasil
evaluasi ini sangat diperlukan untuk mendisain program pembelajaran. Sasaran
utamanya adalah memberikan bantuan tahap awal dalam penyusunan program
pembelajaran. Persoalan yang disoroti menyangkut tentang kelayakan dan
kebutuhan. Hasil evaluasi ini dapat meramalkan kemungkinan implementasi program
dan tercapainya keberhasilan program pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi
dilakukan sebelum program sebenarnya disusun dan dikembangkan.
2. Evaluasi monitoring, yaitu untuk memeriksa apakah
program pembelajaran mencapai sasaran secara efektif dan apakah program
pembelajaran terlaksana sebagaimana mestinya. Hasil evaluasi ini sangat baik
untuk mengetahui 32 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 1
kemungkinan pemborosan
sumber-sumber dan waktu pelaksanaan pembelajaran, sehingga dapat dihindarkan.
3. Evaluasi dampak, yaitu untuk mengetahui dampak yang
ditimbulkan oleh suatu program pembelajaran. Dampak ini dapat diukur
berdasarkan kriteria keberhasilan sebagai indikator ketercapaian tujuan program
pembelajaran.
4. Evaluasi efisiensi-ekonomis, yaitu untuk menilai
tingkat efisiensi program pembelajaran. Untuk itu, diperlukan perbandingan
antara jumlah biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan dalam program
pembelajaran dengan program lainnya yang memiliki tujuan yang sama.
5. Evaluasi program komprehensif, yaitu untuk menilai
program pembelajaran secara menyeluruh, seperti pelaksanaan program, dampak
program, tingkat keefektifan dan efisiensi.
Sedangkan penilaian proses dan hasil belajar, dapat dibagi menjadi
empat jenis, yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik,
dan penilaian penempatan.
1. Penilaian Formatif (formative assessment)
Penilaian formatif dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar
peserta didik selama proses belajar berlangsung, untuk memberikan balikan (feedback)
bagi penyempurnaan program pembelajaran, serta untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan, sehingga hasil belajar peserta
didik dan proses pembelajaran guru menjadi lebih baik. Soal-soal penilaian
formatif ada yang mudah dan ada pula yang sukar, bergantung kepada tugas-tugas
belajar (learning tasks) dalam program pembelajaran yang akan dinilai.
Tujuan utama penilaian formatif adalah untuk memperbaiki proses
pembelajaran, bukan untuk menentukan tingkat kemampuan peserta didik. Penilaian
formatif sesungguhnya merupakan penilaian acuan patokan (criterion-referenced
assessment). Apa yang dimaksudkan dengan penilaian formatif seperti yang
diberikan pada akhir satuan pelajaran sesungguhnya bukan sebagai penilaian
formatif lagi, sebab data-data yang diperoleh akhirnya digunakan untuk
menentukan tingkat hasil belajar peserta didik. Kiranya lebih tepat jika
penilaian pada akhir satuan pelajaran itu dipandang sebagai penilaian
sub-sumatif. Jika dimaksudkan untuk perbaikan proses pembelajaran, maka maksud
itu baru terlaksana pada jangka panjang, yaitu pada saat penyusunan program
tahun berikutnya.
Hasil penilaian formatif bermanfaat bagi guru dan peserta didik,
yaitu :
a. Manfaat bagi guru
1) Guru akan mengetahui hinggamana bahan
pelajaran dikuasai oleh | 33 Evaluasi
Pembelajaran Konsep Evaluasi Pembelajaran
peserta didik. Jika guru
mengetahui tingkat keberhasilan kelompok peserta didik dalam menguasai materi
pelajaran, maka guru dapat membuat keputusan, apakah suatu materi pelajaran itu
perlu diulang atau tidak. Jika harus diulang, guru juga harus memikirkan
bagaimana strategi pembelajaran yang akan ditempuh, apakah pembelajaran
kelompok/kelas, individual atau keduanya.
2) Guru dapat memperkirakan hasil penilaian sumatif.
Penilaian formatif merupakan penilaian hasil belajar dari kesatuan-kesatuan
kecil materi pelajaran, sedangkan penilaian sumatif merupakan penilaian hasil
belajar dari keseluruhan materi yang sudah disampaikan. Dengan demikian,
beberapa hasil penilaian formatif dapat dipergunakan sebagai bahan untuk
memperkirakan penilaian sumatif.
b. Manfaat bagi peserta didik
1) Dalam belajar berkelanjutan, peserta didik harus
mengetahui susunan tingkat bahan-bahan pelajaran. Penilaian formatif
dimaksudkan agar peserta didik dapat mengetahui apakah mereka sudah mengetahui
susunan tingkat bahan pelajaran tersebut atau belum.
2) Melalui penilaian formatif peserta didik akan
mengetahui butir-butir soal mana yang sudah betul-betul dikuasai dan
butir-butir soal mana yang belum dikuasai. Hal ini merupakan balikan (feed-back)
yang sangat berguna bagi peserta didik, sehingga dapat diketahui
bagian-bagian mana yang harus dipelajari kembali secara individual.
2. Penilaian Sumatif (summative assessment)
Istilah “sumatif” berasal dari kata “sum” yang berarti “total
obtained by adding together items, numbers or amounts”. Penilaian sumatif
berarti penilaian yang dilakukan jika satuan pengalaman belajar atau seluruh
materi pelajaran dianggap telah selesai. Contohnya adalah ujian akhir semester
dan ujian nasional. Penilaian sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui
apakah peserta didik sudah dapat menguasai standar kompetensi yang telah
ditetapkan atau belum. Tujuan penilaian sumatif adalah untuk menentukan nilai
(angka) berdasarkan tingkatan hasil belajar peserta didik yang selanjutnya
dipakai sebagai angka rapor. Hasil penilaian sumatif juga dapat dimanfaatkan
untuk perbaikan proses pembelajaran secara keseluruhan. Sejak diberlakukannya
Kurikulum 2004 dan sekarang KTSP, penilaian sumatif termasuk penilaian acuan
patokan/PAP (criterion-referenced assessment), dimana kemampuan peserta
didik dibandingkan dengan sebuah kriteria, dalam hal ini kompetensi. Cakupan
materinya lebih luas dan soal-soalnya meliputi tingkat mudah, sedang, dan
sulit.
Adapun fungsi utama penilaian sumatif adalah (a) untuk menentukan nilai
34 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 1
akhir peserta didik dalam periode tertentu. Misalnya,
akhir catur wulan, akhir semester, akhir tahun, atau akhir suatu sekolah. Nilai
tersebut biasanya dilaporkan dalam buku laporan pendidikan atau Surat Tanda
Tamat Belajar (STTB). Dengan demikian, guru akan mengetahui kedudukan seorang
peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain dalam hal prestasi
belajarnya, (b) untuk memberikan informasi tentang kecakapan atau keterampilan
peserta didik dalam periode tertentu, dan (c) untuk memprakirakan berhasil
tidaknya peserta didik dalam pelajaran berikutnya yang lebih tinggi.
Agar fungsi memprakirakan ini dapat berjalan dengan baik, maka Anda
perlu memperhatikan hal-hal berikut. Pertama, pelajaran berikutnya harus
mempunyai hubungan dengan pelajaran yang sudah ditempuhnya. Kedua, pelajaran
berikutnya masih berhubungan dengan karakteristik peserta didik. Ketiga,
dapat dipergunakan untuk menentukan bahan pelajaran berikutnya. Keempat,
sebagai bahan pertimbangan untuk menyempurnakan urutan (sequence) dan
ruang lingkup (scope) materi pelajaran, termasuk metode, media dan
sumber belajar yang dipergunakan dalam serangkaian kegiatan pembelajaran.
3. Penilaian Penempatan (placement assessment)
Pada umumnya penilaian penempatan dibuat sebagai prates (pretest).
Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu program
pembelajaran dan hinggamana peserta didik telah menguasi kompetensi dasar
sebagaimana yang tercantum dalam silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Tujuan yang pertama masalahnya berkaitan dengan kesiapan peserta didik
menghadapi program baru, sedangkan tujuan yang kedua berkaitan dengan
kesesuaian program pembelajaran dengan kemampuan peserta didik.
Luas bahan prates lebih terbatas dan tingkat kesukaran soalnya relatif
rendah. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa prates digunakan untuk menentukan
apakah peserta didik telah memiliki kemampuan-kemampuan minimal untuk
mempelajari suatu unit materi pelajaran atau belum sama sekali. Prates seperti
ini adalah criterion-referenced assessment yang fungsi utamanya adalah
untuk mengidentifikasi ada-tidaknya prerequisite skills. Prates dibuat
untuk menentukan hinggamana peserta didik telah menguasi materi pelajaran atau
memperoleh pengalaman belajar seperti tercantum dalam program pembelajaran, dan
sebenarnya tidak berbeda dengan tes hasil belajar. Dalam hal seperti itu prates
dibuat sebagai norm-referenced assessment.| 35 Evaluasi
Pembelajaran Konsep Evaluasi Pembelajaran
4. Penilaian Diagnostik (diagnostic
assessment)
Penilaian diagnostik dianggap penting agar Anda dapat mengetahui
kesulitan belajar peserta didik berdasarkan hasil penilaian formatif
sebelumnya. Untuk itu, Anda memerlukan sejumlah soal untuk satu bidang yang
diperkirakan merupakan kesulitan bagi peserta didik. Soal-soal tersebut
bervariasi dan difokuskan pada kesulitan. Penilaian diagnostik biasanya
dilaksanakan sebelum suatu pelajaran dimulai. Tujuannya adalah untuk menjajagi
pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai oleh peserta didik. Dengan
kata lain, apakah peserta didik sudah mempunyai pengetahuan dan keterampilan
tertentu untuk dapat mengikuti materi pelajaran lain. Penilaian diagnostik
semacam ini disebut juga test of entering behavior.
LATIHAN
1. Coba Anda bandingkan antara tujuan
evaluasi pembelajaran dengan tujuan penilaian proses dan hasil belajar ?
2. Apa perbedaan antara fungsi evaluasi
formatif dengan fungsi evaluasi sumatif ? Berikan masing-masing sebuah contoh !
3. Sebutkan prinsip-prinsip umum evaluasi
pembelajaran. Jelaskan dan apa implikasi dari setiap prinsip tersebut bagi guru
!
4. Dari beberapa jenis evaluasi pembelajaran,
jenis evaluasi mana yang mungkin diterapkan dan mudah digunakan guru dalam
pembelajaran ? Jelaskan dengan singkat !
5. Dalam hal apa penilaian penempatan dapat
digunakan guru dalam proses pembelajaran ? Apa alasaan Anda ?
RANGKUMAN
Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui
keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran. Sedangkan, tujuan umum penilaian
adalah keeping-track, checking-up, finding-out, and
summing-up. Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk mengetahui tingkat
penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diberikan; kecakapan,
motivasi, bakat, minat, dan sikap peserta didik terhadap program pembelajaran;
tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan; mendiagnosis keunggulan
dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; seleksi,
yaitu memilih peserta didik yang sesuai dengan jenis pendidikan tertentu;
menentukan kenaikan kelas; dan menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi
yang dimilikinya.36 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 1
Fungsi evaluasi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif. Secara
keseluruhan, fungsi evaluasi dapat dilihat dari : psikologis, sosiologis,
didaktis-metodis, kedudukan peserta didik dalam kelompok, taraf kesiapan
peserta, bimbingan dan seleksi, dan administratif. Adapun fungsi tes dalam
pembelajaran dapat dikategorikan ke dalam tiga fungsi yang saling
berinterelasi, yakni fungsi instruksional, fungsi administratif, dan fungsi
bimbingan. Fungsi evaluasi pembelajaran adalah untuk perbaikan dan pengembangan
sistem pembelajaran serta untuk akreditasi. Fungsi penilaian hasil belajar
dapat dibedakan menjadi fungsi formatif, fungsi sumatif, fungsi diagnostik, dan
fungsi penempatan.
Prinsip-prinsip umum evaluasi adalah kontinuitas,
komprehensif, adil dan objektif, dan kooperatif. Prinsip-prinsip penilaian
proses dan hasil belajar adalah mengukur hasil-hasil belajar yang telah
ditentukan dengan jelas sesuai dengan kompetensi; mengukur sampel tingkah laku
yang representatif dari hasil belajar dan materi pembelajaran; mencakup
jenis-jenis instrumen penilaian yang paling sesuai untuk mengukur hasil belajar
yang diinginkan; direncanakan sedemikian rupa agar hasilnya sesuai dengan yang
digunakan secara khusus; dibuat dengan reliabilitas yang sebesar-besarnya dan
harus ditafsirkan secara hati-hati; dan dipakai untuk memperbaiki proses dan
hasil belajar. Dilihat dari pembelajaran sebagai suatu program, maka evaluasi
pembelajaran dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu evaluasi perencanaan dan pengembangan,
evaluasi monitoring, evaluasi dampak, evaluasi efisiensi-ekonomis, dan evaluasi
program komprehensif. Sedangkan penilaian proses dan hasil belajar, dapat
dibagi menjadi empat jenis, yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif,
penilaian diagnostik, dan penilaian penempatan.
TES FORMATIF 2 :
Pilihlah salah satu jawaban berikut ini
dengan cara memberikan tanda silang (X) pada salah satu huruf a, b, c, atau d
yang dianggap paling tepat.
1. Jika Anda bermaksud mengetahui keefektifan
dan efisiensi sistem pembelajaran, maka hal tersebut pada dasarnya merupakan :
a. Tujuan penilaian hasil belajar
b. Fungsi penilaian hasil belajar
c. Tujuan evaluasi pembelajaran
d. Fungsi evaluasi pembelajaran
2. Jika Anda bermaksud mengetahui kompetensi
peserta didik pada jenis pekerjaan atau pendidikan tertentu, maka hal tersebut
merupakan tujuan evaluasi dalam kegiatan :
a. Seleksi
b. Supervisi| 37 Evaluasi Pembelajaran Konsep Evaluasi Pembelajaran
c. Bimbingan
d. Penyuluhan
3. Untuk mencari dan menemukan kekurangan
atau kesalahan peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal ini merupakan
tujuan evaluasi yang disebut dengan :
a. Keeping track
b. Finding-out
c. Summing-up
d. Checking-up
4. Berikut ini merupakan tujuan penilaian
hasil belajar, kecuali :
a. Tingkat penguasaan peserta didik
b. Kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap
peserta didik
c. Bimbingan belajar
d. Kemajuan dan kesesuaian hasil belajar
5. Penyimpulan mengenai kebaikan dari sistem secara
keseluruhan termasuk fungsi :
a. Diagnostik
b. Penempatan
c. Formatif
d. Sumatif
6. Berikut ini merupakan kategori fungsi tes dalam
pembelajaran, kecuali :
a. Instruksional
b. Administratif
c. Bimbingan
d. Diagnostik
7. Fungsi penilaian hasil belajar berbeda dengan
fungsi evaluasi pembelajaran. Fungsi evaluasi pembelajaran adalah untuk :
a. Efektifitas dan efisiensi pembelajaran
b. Perbaikan dan pengembangan sistem pembelajaran
serta akreditasi
c. Bimbingan dan penyuluhan
d. Diagnostik kesulitan belajar38 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 1
8. Berikut ini termasuk
fungsi penilaian hasil belajar, kecuali :
a. Penempatan
b. Formatif
c. Kesesuaian
d. Sumatif
9. Guru harus mengambil seluruh objek sebagai bahan
evaluasi. Hal ini termasuk prinsip :
a. Komprehensif
b. Berkelanjutan
c. Kooperatif
d. Relevansi
10.Evaluasi yang dimaksudkan untuk memeriksa atau
memantau apakah program pembelajaran mencapai sasaran secara efektif termasuk
jenis evaluasi :
a. Perencanaan dan pengembangan
b. Dampak
c. Monitoring
d. Program komprehensif
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban
Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini dan hitunglah jumlah
jawaban yang benar. Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 2, gunakanlah rumus sebagai berikut :
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = ————————————————— x 100 %
10
Kriteria tingkat penguasaan :
90 – 100 % = Baik Sekali
80 – 89 % = Baik| 39 Evaluasi
Pembelajaran Konsep Evaluasi Pembelajaran
70 – 79 % = Cukup
< 69 % = Kurang
Jika tingkat penguasaan Anda 80 % atau lebih,
berarti Anda berhasil. BAGUS ! Untuk itu, Anda dapat meneruskan ke modul
2. Jika masih di bawah 80 %, Anda harus mengulang materi Kegiatan Belajar 2,
terutama bagian yang belum dikuasai.40 | Evaluasi Pembelajaran Modul 1 | 41 Evaluasi
Pembelajaran Konsep Evaluasi Pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Cronbach, L.E., (1963) Course Improvement
Through Evaluation dalam Educational Evaluation : Theory and Practice (ed.Worthen,
B.R., dan Sanders, J.R.,) California, Belmont : Wadworth Publishing Co.
Depdiknas (2003) Materi Pelatihan
Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Penyusunan dan Penggunaan Alat Evaluasi Serta
Pengembangan Sistem Penghargaan Terhadap Siswa, Jakarta : Direktorat PLP –
Ditjen Dikdasmen.
Ebel, R.L. (1972) Essentials of
Educational Measurement, Engelwood Cliffs, New Guba, E.G. and Lincoln, Y.S.
(1985) Effective Evaluation, San Francisco : Jossey – Bass Pub.
Guba, E.G. and Lincoln, Y.S. (1985) Effective
Evaluation, San Francisco : Jossey – Bass Pub.
Hamalik, Oemar, (1989) Teknik Pengukuran
dan Evaluasi Pendidikan, Bandung : Mandar Maju.
Hasan, S.Hasan, (1988) Evaluasi Kurikulum,
Jakarta : P2LPTK-Ditjen Dikti- Depdikbud.
Nitko, A. J., (1996) Educational
Assessment of Students, Second Edition, New Jersey : Englewood Cliffs.
Sax, G., (1980) Principles of Educational
and Psychological Measurement and Evaluation, Belmont California : Wads
Worth Pub.Co.
Scriven, M., (1967) The Methodology of
Evaluation, dalam Perspective of Curriculum Evaluation, AERA I (ed.Tyler,
R., et.al.), Chicago : Rand McNally and Company.
Stamboel, C. S., (1986) Prinsip dan Teknik
Pengukuran dan Penilaian di Dalam Dunia Pendidikan, Cetakan Ke-2, Jakarta :
Mutiara Sumber Widya.
Sukmadinata, Nana Sy., (2007) Pengembangan
Kurikulum : Teori dan Praktik, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
Swearingen, R., (2006) A Primer :
Diagnostik, Formative & Summative Assessment, Diakses Tanggal 6 Maret
2006 dari http://www.mmrwsjr.com/ assessment.html.42 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 1
MODUL 2
RUANG LINGKUP, KARAKTERISTIK DAN
PENDEKATAN EVALUASI PEMBELAJARAN44 | Evaluasi Pembelajaran Modul 1 | 45 Evaluasi
Pembelajaran
RUANG LINGKUP,
KARAKTERISTIK
DAN PENDEKATAN EVALUASI PEMBELAJARAN
Pendahuluan
Setelah mempelajari tujuan, fungsi, prinsip dan jenis evaluasi
pembelajaran, selanjutnya Anda harus mempelajari ruang lingkup dan
karakteristik evaluasi pembelajaran. Ruang lingkup evaluasi berkaitan dengan
cakupan objek evaluasi itu sendiri. Jika objek evaluasi itu tentang
pembelajaran, maka semua hal yang berkaitan dengan pembelajaran menjadi ruang
lingkup evaluasi pembelajaran, seperti tujuan pembelajaran/kompetensi, program
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan hasil pembelajaran. Dalam praktiknya,
Anda tentu banyak menggunakan penilaian hasil belajar, maka dalam modul ini
akan dikemukakan juga ruang lingkup penilaian hasil belajar. Hal ini
dimaksudkan agar Anda betul-betul dapat membedakan antara evaluasi pembelajaran
dengan penilaian hasil belajar, sehingga tidak terjadi kekeliruan atau tumpang
tindih dalam penggunaannya. Anda juga harus mempelajari berbagai karakteristik
alat evaluasi, model evaluasi dan pendekatan penafsiran hasil evaluasi.
Kompetensi yang harus Anda kuasai setelah mempelajari
modul ini adalah mengetahui dan memahami ruang lingkup, karakteristik, model
dan pendekatan evaluasi pembelajaran. Untuk menguasai kompetensi tersebut, Anda
harus mempelajari dua kegiatan belajar, yaitu Kegiatan Belajar 1 membahas
tentang ruang lingkup evaluasi pembelajaran. Kegiatan Belajar 2 membahas
tentang karakteristik, model dan pendekatan evaluasi pembelajaran.
Anda harus mempelajari modul ini secara seksama sesuai
dengan petunjuk pengerjaan modul, sehingga Anda betul-betul dapat memahami dan
mengaplikasikannya dalam kegiatan evaluasi pembelajaran di Madrasah. Anda juga
harus sering latihan melakukan evaluasi pembelajaran, sehingga Anda dapat
menguasai ruang lingkup, karakteristik dan pendekatan evaluasi pembelajaran,
baik teori maupun praktik. Ada beberapa alasan penting mengapa Anda perlu
mempelajari modul ini, yaitu :
1. Sebagai guru, Anda tentu akan melaksanakan
evaluasi pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas. Untuk itu, Anda
harus mengetahui dan memahami ruang lingkup, karakteristik, model dan
pendekatan evaluasi pembelajaran.
2. Kualitas proses dan hasil evaluasi
pembelajaran perlu terus ditingkatkan, sehingga dapat dipertanggungjawabkan ke
berbagai pihak, seperti ke pemerintah, orang tua peserta didik, komite madrasah
dan Kepala Madrasah. Peningkatan
Modul 2
Modul 2
46 |
Evaluasi
Pembelajaran
kualitas tersebut dapat Anda lakukan melalui
peningkatan kualitas pemahaman ruang lingkup, karakteristik dan pendekatan
evaluasi pembelajaran.
Untuk mempelajari modul ini, sebaiknya Anda ikuti
petunjuk berikut ini :
1. Bacalah modul ini dengan baik, teratur, dan tidak
meloncat-loncat agar Anda memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang utuh.
2. Catatlah kata-kata atau kalimat yang kurang
dimengerti atau berikan tanda khusus dengan menggunakan stabilo. Selanjutnya,
kata atau kalimat tersebut Anda diskusikan dengan teman atau langsung
ditanyakan kepada tutor.
3. Setelah setiap penggal kegiatan belajar selesai
dibaca, usahakan Anda membuat rangkuman sendiri yang ditulis tangan. Hal ini
dimaksudkan untuk menambah ingatan dari apa yang sudah Anda baca. Jangan lupa,
kerjakanlah latihan dan tes formatif yang ada pada bagian akhir setiap kegiatan
belajar.
4. Untuk menambah wawasan Anda tentang ruang lingkup,
karakteristik dan pendekatan evaluasi pembelajaran, bacalah beberapa buku
sumber yang tercantum dalam daftar pustaka.
Semoga Anda berhasil menyelesaikan modul 2
ini dengan baik !Evaluasi
Pembelajaran
RUANG LINGKUP EVALUASI
PEMBELAJARAN
Pengantar
Idealnya, ruang lingkup evaluasi pembelajaran mencakup semua aspek
pembelajaran, baik dalam domain kognitif, afektif maupun psikomotor. Peserta
didik yang memiliki kemampuan kognitif yang baik belum tentu dapat
menerapkannya dengan baik dalam memecahkan permasalahan kehidupan. Untuk
memahami lebih jauh tentang klasifikasi domain hasil belajar, Anda dapat
mengikuti pendapat yang dikemukakan Benyamin S.Bloom, dkk., yang mengelompokkan
hasil belajar menjadi tiga bagian, yaitu domain kognitif, doman afektif, dan
domain psikomotor. Domain kognitif merupakan domain yang menekankan pada
pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual. Domain afektif adalah
domain yang berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai dan emosi,
sedangkan domain psikomotor berkaitan dengan kegiatan keterampilan motorik.
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran akan difokuskan juga kepada aspek-aspek
pembelajaran yang meliputi program pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan
hasil pembelajaran. Selanjutnya akan dikemukakan pula ruang lingkup penilaian
proses dan hasil belajar.
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1 ini,
Anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan jenjang kemampuan pemahaman.
2. Menyebutkan jenjang kemampuan dalam domain
afektif.
3. Menyebutkan tiga unsur pokok dalam isi
kurikulum.
4. Menyebutkan ruang lingkup evaluasi
pembelajaran, khususnya dalam proses pelaksanaan pembelajaran.
5. Menyebutkan salah satu aspek ruang lingkup
evaluasi pembelajaran dalam perspektif penilaian proses dan hasil belajar.
6. Menjelaskan pengertian kompetensi dasar
mata pelajaran.
7. Membedakan antara kompetensi tamatan
dengan kompetensi dasar mata pelajaran.
8. Menyebutkan salah satu contoh keterampilan
diri.
9. Menyebutkan salah satu contoh keterampilan
sosial.
10.Menyebutkan jenis keterampilan dalam
kecakapan hidup.
Kegiatan Belajar 1
| 47 48 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 2
A. Ruang Lingkup
Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Domain Hasil Belajar.
Menurut Benyamin S.Bloom, dkk (1956) hasil belajar dapat
dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang
sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai
dengan hal yang sukar, dan mulai dari hal yang konkrit sampai dengan hal yang
abstrak. Adapun rincian domain tersebut adalah sebagai berikut :
1. Domain kognitif (cognitive domain).
Domain ini memiliki enam jenjang kemampuan, yaitu :
a. Pengetahuan (knowledge), yaitu
jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau
mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau
dapat menggunakannya. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya :
mendefinisikan, memberikan, mengidentifikasi, memberi nama, menyusun daftar,
mencocokkan, menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan, dan memilih.
b. Pemahaman (comprehension), yaitu
jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti
tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa
harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi
menjadi tiga, yakni menterjemahkan, menafsirkan, dan mengekstrapolasi. Kata
kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah, mempertahankan,
membedakan, memprakirakan, menjelaskan, menyimpulkan, memberi contoh,
meramalkan, dan meningkatkan.
c. Penerapan (application), yaitu
jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum,
tata cara ataupun metode, prinsip dan teori-teori dalam situasi baru dan
konkrit. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah,
menghitung, mendemonstrasikan, mengungkapkan, mengerjakan dengan teliti,
menjalankan, memanipulasikan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan,
menggunakan.
d. Analisis (analysis), yaitu jenjang
kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau
keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan
analisis dikelompokkan menjadi tiga, yaitu analisis unsur, analisis hubungan,
dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata kerja operasional yang
dapat digunakan diantaranya : mengurai, membuat diagram,
Ruang Lingkup, Karakteristik dan Pendekatan Evaluasi
Pembelajaran
| 49
Evaluasi Pembelajaran
memisah-misahkan, menggambarkan kesimpulan,
membuat garis besar, menghubungkan, merinci.
e. Sintesis (synthesis), yaitu jenjang
kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru
dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa
tulisan, rencana atau mekanisme. Kata kerja operasional yang dapat digunakan
diantaranya : menggolongkan, menggabungkan, memodifikasi, menghimpun,
menciptakan, merencanakan, merekonstruksikan, menyusun, membangkitkan,
mengorganisir, merevisi, menyimpulkan, menceritakan.
f. Evaluasi (evaluation), yaitu
jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu
situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Hal
penting dalam evaluasi ini adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa, sehingga
peserta didik mampu mengembangkan kriteria atau patokan untuk mengevaluasi
sesuatu. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : menilai,
membandingkan, mempertentangkan, mengeritik, membeda-bedakan, mempertimbangkan
kebenaran, menyokong, menafsirkan, menduga.
2. Domain afektif (affective domain),
yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan
terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian
mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan
menentukan tingkah laku. Domain afektif terdiri atas beberapa jenjang
kemampuan, yaitu :
a. Kemauan menerima (receiving), yaitu
jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk peka terhadap eksistensi
fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran
kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata kerja operasional yang dapat
digunakan diantaranya : menanyakan, memilih, menggambarkan, mengikuti,
memberikan, berpegang teguh, menjawab, menggunakan.
b. Kemauan menanggapi/menjawab (responding),
yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk tidak hanya peka pada
suatu fenomena tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada
kemauan peserta didik untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan.
Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : menjawab, membantu,
memperbincangkan, memberi nama, menunjukkan, mempraktikkan, mengemukakan,
membaca, melaporkan, menuliskan, memberitahu, mendiskusikan.
c. Menilai (valuing), yaitu jenjang
kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menilai suatu objek, fenomena atau
tingkah laku tertentu secara konsisten. Kata kerja operasional yang digunakan
diantaranya : 50 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 2
melengkapi, menerangkan,
membentuk, mengusulkan, mengambil bagian, dan memilih.
d. Organisasi (organization), yaitu
jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai yang
berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai. Kata kerja
operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah, mengatur,
menggabungkan, membandingkan, mempertahankan, menggeneralisasikan,
memodifikasi.
3. Domain psikomotor (psychomotor domain),
yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau
bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang
kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu sekurang-kurangnya 30 menit.
Kata kerja operasional yang digunakan harus sesuai dengan kelompok keterampilan
masing-masing, yaitu :
a. Muscular or motor skill, yang meliputi : mempertontonkan gerak,
menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan, menampilkan.
b. Manipulations of materials or objects, yang meliputi : mereparasi, menyusun,
membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.
c. Neuromuscular coordination, yang meliputi : mengamati, menerapkan,
menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik dan
menggunakan.
Berdasarkan taksonomi Bloom di atas, maka kemampuan peserta didik
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tingkat tinggi dan tingkat rendah.
Kemampuan tingkat rendah terdiri atas pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi,
sedangkan kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis, sintesis, evaluasi, dan
kreatifitas. Dengan demikian, kegiatan peserta didik dalam menghafal termasuk
kemampuan tingkat rendah. Dilihat cara berpikir, maka kemampuan berpikir
tingkat tinggi dibagi menjadi dua, yaitu berpikir kritis dan berpikir kreatif.
Berpikir kreatif adalah kemampuan melakukan generalisasi dengan menggabungkan,
mengubah atau mengulang kembali keberadaan ide-ide tersebut. Sedangkan
kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan memberikan rasionalisasi terhadap
sesuatu dan mampu memberikan penilaian terhadap sesuatu tersebut. Rendahnya
kemampuan peserta didik dalam berpikir, bahkan hanya dapat menghafal, tidak
terlepas dari kebiasaan guru dalam melakukan evaluasi atau penilaian yang hanya
mengukur tingkat kemampuan yang rendah saja melalui paper and pencil test. Peserta
didik tidak akan mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi jika tidak
diberikan kesempatan untuk mengembangkannya dan tidak diarahkan untuk itu.| 51 Evaluasi
Pembelajaran Ruang Lingkup, Karakteristik dan
Pendekatan Evaluasi Pembelajaran
B. Ruang Lingkup
Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Sistem Pembelajaran.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa ruang lingkup
evaluasi pembelajaran hendaknya bertitik tolak dari tujuan evaluasi
pembelajaran itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar apa yang dievaluasi relevan
dengan apa yang diharapkan. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk
mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut
tentang tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan, guru dan
peserta didik serta sistem penilaian itu sendiri. Secara keseluruhan, ruang lingkup
evaluasi pembelajaran adalah :
1. Program pembelajaran, yang meliputi :
a. Tujuan pembelajaran umum atau kompetensi
dasar, yaitu target yang harus dikuasai peserta didik dalam setiap pokok
bahasan/topik. Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi tujuan pembelajaran
umum atau kompetensi dasar ini adalah keterkaitannya dengan tujuan kurikuler
atau standar kompetensi dari setiap bidang studi/mata pelajaran dan tujuan
kelembagaan, kejelasan rumusan kompetensi dasar, kesesuaiannya dengan tingkat
perkembangan peserta didik, pengembangannya dalam bentuk hasil belajar dan
indikator, penggunaan kata kerja operasional dalam indikator, dan unsur-unsur
penting dalam kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator.
b. Isi/materi pembelajaran, yaitu isi
kurikulum yang berupa topik/pokok bahasan dan sub topik/sub pokok bahasan
beserta rinciannya dalam setiap bidang studi atau mata pelajaran. Isi kurikulum
tersebut memiliki tiga unsur, yaitu logika (pengetahuan benar salah,
berdasarkan prosedur keilmuan), etika (baik-buruk), dan estetika (keindahan).
Materi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi enam jenis, yaitu fakta,
konsep/teori, prinsip, proses, nilai dan keterampilan. Kriteria yang digunakan,
antara lain : kesesuaiannya dengan kompetensi dasar dan hasil belajar, ruang
lingkup materi, urutan logis materi, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan peserta didik, waktu yang tersedia dan sebagainya.
c. Metode pembelajaran, yaitu cara guru
menyampaikan materi pelajaran, seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi,
pemecahan masalah, dan sebagainya. Kriteria yang digunakan, antara lain :
kesesuaiannya dengan kompetensi dasar dan hasil belajar, kesesuaiannya dengan
kondisi kelas/ sekolah, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta
didik, kemampuan guru dalam menggunakan metode, waktu, dan sebagainya.
d. Media pembelajaran, yaitu alat-alat yang
membantu untuk mempermudah guru dalam menyampaikan isi/materi pelajaran. Media
dapat dibagi tiga kelompok, yaitu media audio, media visual, dan media audio-visual.
Kriteria yang digunakan sama seperti komponen metode.52 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 2
e. Sumber belajar, yang
meliputi : pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar. Sumber belajar dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sumber belajar yang dirancang (resources
by design) dan sumber belajar yang digunakan (resources by utilization).
Kriteria yang digunakan sama seperti komponen metode.
f. Lingkungan, terutama lingkungan sekolah
dan lingkungan keluarga. Kriteria yang digunakan, antara lain : hubungan antara
peserta didik dengan teman sekelas/sekolah maupun di luar sekolah, guru dan
orang tua; kondisi keluarga dan sebagainya.
g. Penilaian proses dan hasil belajar, baik
yang menggunakan tes maupun non-tes. Kriteria yang digunakan, antara lain :
kesesuaiannya dengan kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator;
kesesuaiannya dengan tujuan dan fungsi penilaian, unsur-unusr penting dalam
penilaian, aspek-aspek yang dinilai, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan
peserta didik, jenis dan alat penilaian.
2. Proses pelaksanaan pembelajaran :
a. Kegiatan, yang meliputi : jenis kegiatan,
prosedur pelaksanaan setiap jenis kegiatan, sarana pendukung, efektifitas dan
efisiensi, dan sebagainya.
b. Guru, terutama dalam hal : menyampaikan
materi, kesulitan-kesulitan guru, menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif, menyiapkan alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan, membimbing peserta
didik, menggunakan teknik penilaian, menerapkan disiplin kelas, dan sebagainya.
c. Peserta didik, terutama dalam hal :
peranserta peserta didik dalam kegiatan belajar dan bimbingan, memahami jenis
kegiatan, mengerjakan tugas-tugas, perhatian, keaktifan, motivasi, sikap,
minat, umpan balik, kesempatan melaksanakan praktik dalam situasi yang nyata,
kesulitan belajar, waktu belajar, istirahat, dan sebagainya.
3. Hasil pembelajaran, baik untuk jangka
pendek (sesuai dengan pencapaian indikator), jangka menengah (sesuai dengan
target untuk setiap bidang studi/mata pelajaran), dan jangka panjang (setelah
peserta didik terjun ke masyarakat).
C. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam
Perspektif Penilaian Proses dan Hasil Belajar.
1. Sikap :
a. Apakah sikap peserta didik sudah sesuai
dengan apa yang diharapkan ?
b. Bagaimanakah sikap peserta didik terhadap
guru, mata pelajaran, orang tua, suasana madrasah, lingkungan, metoda dan media
pembelajaran ?| 53 Evaluasi
Pembelajaran Ruang Lingkup, Karakteristik dan
Pendekatan Evaluasi Pembelajaran
c. Bagaimana sikap dan
tanggung jawab peserta didik terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru di
madrasah ?
d. Bagaimana sikap peserta didik terhadap
tata tertib madrasah dan kepemimpinan kepala madrasah ?
2. Pengetahuan dan pemahaman peserta didik
terhadap bahan pelajaran :
a. Apakah peserta didik sudah mengetahui dan
memahami tugas-tugasnya sebagai warga negara, warga masyarakat, warga madrasah,
dan sebagainya ?
b. Apakah peserta didik sudah mengetahui dan
memahami tentang materi yang telah diajarkan ?
c. Apakah peserta didik telah mengetahui dan
mengerti hukum-hukum atau dalil-dalil dalam Al-Alquran dan Hadits ?
3. Kecerdasan peserta didik :
a. Apakah peserta didik sampai taraf tertentu
sudah dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, khususnya dalam pelajaran
?
b. Bagaimana upaya guru meningkatkan
kecerdasan peserta didik ?
4. Perkembangan jasmani/kesehatan :
a. Apakah jasmani peserta didik sudah
berkembang secara harmonis ?
b. Apakah peserta didik sudah mampu
menggunakan anggota-anggota badannya dengan cekatan ?
c. Apakah peserta didik sudah memiliki
kecakapan dasar dalam olahraga ?
d. Apakah prestasi peserta didik dalam
olahraga sudah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan ?
e. Apakah peserta didik sudah dapat
membiasakan diri hidup sehat ?
5. Keterampilan :
a. Apakah peserta didik sudah terampil
membaca Al-Quran, menulis dengan huruf Arab, dan berhitung ?
b. Apakah peserta didik sudah terampil
menggunakan tangannya untuk menggambar, olah raga, dan sebagainya ?
Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 terdapat empat komponen
pokok, yaitu kurikulum dan hasil belajar, penilaian berbasis kelas, kegiatan
belajar-mengajar, dan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah. Dalam komponen
kurikulum dan hasil belajar, setiap mata pelajaran terdapat tiga komponen
penting, yaitu kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator pencapaian hasil
belajar.54 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 2
Kompetensi dasar merupakan pernyataan minimal
atau memadai tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah peserta didik
menyelesaikan suatu pokok bahasan atau topik mata pelajaran tertentu.
Kompetensi menentukan apa yang harus dilakukan peserta didik untuk mengerti,
menggunakan, meramalkan, menjelaskan, mengapresiasi atau menghargai. Kompetensi
adalah gambaran umum tentang apa yang dapat dilakukan peserta didik. Bagaimana
cara menilai seorang peserta didik sudah meraih kompetensi tertentu secara
tidak langsung digambarkan di dalam pernyataan tentang kompetensi. Sedangkan
rincian tentang apa yang diharapkan dari peserta didik digambarkan dalam hasil
belajar dan indikator.
Dengan demikian, hasil belajar merupakan gambaran tentang apa yang
harus digali, dipahami, dan dikerjakan peserta didik. Hasil belajar ini
merefleksikan keluasan, kedalaman, dan kerumitan (secara bergradasi). Hasil
belajar harus digambarkan secar jelas dan dapat diukur dengan teknik-teknik
penilaian tertentu. Perbedaan antara kompetensi dengan hasil belajar terdapat
pada batasan dan patokan-patokan kinerja peserta didik yang dapat diukur.
Indikator hasil belajar dapat digunakan sebagai dasar penilaian
terhadap peserta didik dalam mencapai pembelajaran dan kinerja yang diharapkan.
Indikator hasil belajar merupakan uraian kemampuan yang harus dikuasai peserta
didik dalam berkomunikasi secara spesifik serta dapat dijadikan ukuran untuk
menilai ketercapaian hasil pembelajaran. Peserta didik diberi kesempatan untuk
menggunakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang sudah mereka
kembangkan selama pembelajaran dan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sudah
ditentukan. Selama proses ini, guru dapat menilai apakah peserta didik telah
mencapai suatu hasil belajar yang ditunjukkan dengan pencapaian beberapa
indikator dari hasil belajar tersebut. Apabila hasil belajar peserta didik
dapat direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak, berarti peserta
didik tersebut telah mencapai suatu kompetensi.
D. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam
Perspektif Penilaian Berbasis Kelas.
Sesuai dengan petunjuk pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2004), maka ruang lingkup
penilaian berbasis kelas adalah sebagai berikut :
1. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Kompetensi dasar pada hakikatnya adalah pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak
setelah peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata pelajaran | 55 Evaluasi
Pembelajaran Ruang Lingkup, Karakteristik dan
Pendekatan Evaluasi Pembelajaran
tertentu. Kompetensi dasar ini merupakan
standar kompetensi minimal mata pelajaran. Kompetensi dasar merupakan bagian
dari kompetensi tamatan. Untuk mencapai kompetensi dasar, perlu adanya materi
pembelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik. Bertitik tolak dari
materi pelajaran inilah dikembangkan alat penilaian.
2. Kompetensi Rumpun Pelajaran
Rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari mata pelajaran atau
disiplin ilmu yang lebih spesifik. Dengan demikian, kompetensi rumpun pelajaran
pada hakikatnya merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
direfeksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang seharusnya dicapai
oleh peserta didik setelah menyelesaikan rumpun pelajaran tersebut. Misalnya,
rumpun mata pelajaran Sains merupakan kumpulan dari disiplin ilmu Fisika, Kimia
dan Biologi. Penilaian kompetensi rumpun pelajaran dilakukan dengan mengukur
hasil belajar tamatan. Hasil belajar tamatan merupakan ukuran kompetensi rumpun
pelajaran.
Hasil belajar mencerminkan keluasan dan kedalaman serta kerumitan
kompetensi yang dirumuskan dalam pengetahuan, perilaku, keterampilan, sikap dan
nilai-nilai yang dapat diukur dengan menggunakan berbagai teknik penilaian.
Perbedaan hasil belajar dan kompetensi terletak pada batasan dan
patokan-patokan kinerja peserta didik yang dapat diukur. Setiap hasil belajar
memiliki seperangkat indicator. Anda harus menggunakan indikator sebagai acuan
penilaian terhadap peserta didik, apakah hasil pembelajaran sudah tercapai
sesuai dengan kinerja yang diharapkan. Setiap rumpun pelajaran menentukan hasil
belajar tamatan yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan alat penilaian
pada setiap kelas.
3. Kompetensi Lintas Kurikulum
Kompetensi lintas kurikulum merupakan kompetensi yang harus
dicapai melalui seluruh rumpun pelajaran dalam kurikulum. Kompetensi lintas
kurikulum pada hakikatnya merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak, baik
mencakup kecakapan belajar sepanjang hayat maupun kecakapan hidup yang harus
dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar secara berkesinambungan.
Penilaian ketercapaian kompetensi lintas kurikulum ini dilakukan terhadap hasil
belajar dari setiap rumpun pelajaran dalam kurikulum.
Kompetensi lintas kurikulum yang diharapkan dikuasai peserta didik
adalah :
a. Menjalankan hak dan kewajiban secara bertanggungjawab
terutama dalam menjamin perasaan aman dan menghargai sesama.56 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 2
b. Menggunakan bahasa
untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.
c. Memilih, memadukan dan menerapkan
konsep-konsep dan tekni-teknik numeric dan spasial, serta mencari dan menyusun
pola, struktur dan hubungan.
d. Menemukan pemecahan masalah-masalah baru
berupa prosedur maupun produk teknologi melalui penerapan dan penilaian
pengetahuan, konsep, prinsip dan prosedur yang telah dipelajari, serta memilih,
mengembangkan, memanfaatkan, mengevaluasi, dan mengelola teknologi komunikasi/
informasi.
e. Berpikir kritis dan bertindak secara
sistematis dalam setiap pengambilan keputusan berdasarkan pemahaman dan
penghargaan terhadap dunia fisik, makhluk hidup, dan teknologi.
f. Berwawasan kebangsaan dan global, terampil
serta aktif berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dilandasi
dengan pemahaman terhadap nilai-nilai dan konteks budaya, geografi dan sejarah.
g. Beradab, berbudaya, bersikap religius,
bercitarasa seni, susila, kreatif dengan menampilkan dan menghargai karya
artistik dan intelektual, serta meningkatkan kematangan pribadi.
h. Berpikir terarah/terfokus, berpikir
lateral, memperhitungkan peluang dan potensi, serta luwes untuk menghadapi
berbagai kemungkinan.
i. Percaya diri dan komitmen dalam bekerja,
baik secara mandiri maupun bekerjasama.
4. Kompetensi Tamatan
Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah
peserta didik menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu. Kompetensi tamatan ini
merupakan batas dan arah kompetensi yang harus dimiliki peserta didik setelah
mengikuti pembelajaran suatu pelajaran tertentu. Untuk meluluskan tamatan
diperlukan kompetensi lulusan. Kompetensi lulusan suatu jenjang madrasah dapat
dijabarkan dari visi dan misi yang ditetapkan madrasah. Acuan untuk merumuskan
kompetensi lulusan adalah struktur keilmuan mata pelajaran, perkembangan
psikologi peserta didik, dan persyaratan yang ditentukan oleh pengguna lulusan
(jenjang madrasah selanjutnya dan atau dunia kerja).
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, kompetensi yang
diharapkan dimiliki oleh lulusan atau tamatan madrasah dapat dirumuskan sebagai
berikut :
a. Berkenaan dengan aspek afektif, peserta
didik memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan ajaran agama | 57 Evaluasi
Pembelajaran Ruang Lingkup, Karakteristik dan
Pendekatan Evaluasi Pembelajaran
dan kepercayaan
masing-masing yang tercermin dalam perilaku sehari-hari, memiliki nilai-nilai
etika dan estetika, serta mampu mengamalkan dan mengekspresikannya dalam
kehidupan sehari-hari, memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan
humaniora, serta menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, baik dalam lingkup nasional maupun global.
b. Berkenaan dengan aspek kognitif, peserta
didik dapat menguasai ilmu, teknologi dan kemampuan akademik untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
c. Berkenaan dengan aspek psikomotorik,
peserta didik memiliki keterampilan berkomunikasi, keterampilan hidup, dan
mampu beradaptasi dengan perkembangan lingkungan sosial, budaya dan lingkungan
alam, baik lokal, regional, maupun global; memiliki kesehatan jasmani dan
rohani yang bermanfaat untuk melaksanakan tugas/kegiatan sehari-hari.
5. Pencapaian Keterampilan Hidup
Penguasaan berbagai kompetensi dasar, kompetensi lintas kurikulum,
kompetensi rumpun pelajaran dan kompetensi tamatan melalui berbagai pengalaman
belajar dapat memberikan efek positif (nurturan effects) dalam bentuk
kecakapan hidup (life skills). Kecakapan hidup yang dimiliki peserta
didik melalui berbagai pengalaman belajar ini, juga perlu Anda nilai sejauhmana
kesesuaiannya dengan kebutuhan mereka untuk dapat bertahan dan berkembang dalam
kehidupannya di lingkungan keluarga, madrasah dan masyarakat. Jenis-jenis
kecakapan hidup yang perlu Anda nilai antara lain :
a. Keterampilan diri (keterampilan personal)
yang meliputi : penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan YME, motivasi
berprestasi, komitmen, percaya diri, dan mandiri.
b. Keterampilan berpikir rasional, yang
meliputi : berpikir kritis dan logis, berpikir sistematis, terampil menyusun
rencana secara sistematis, dan terampil memecahkan masalah secara sistematis.
c. Keterampilan sosial, yang meliputi :
keterampilan berkomunikasi lisan dan tertulis; keterampilan bekerjasama,
kolaborasi, lobi; keterampilan berpartisipasi; keterampilan mengelola konflik;
dan keterampilan mempengaruhi orang lain.
d. Keterampilan akademik, yang meliputi :
keterampilan merancang, melaksanakan, dan melaporkan hasil penelitian ilmiah;
keterampilan membuat karya tulis ilmiah; keterampilan mentransfer dan
mengaplikasikan hasil-hasil penelitian untuk memecahkan masalah, baik berupa
proses maupun produk.58 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 2
e. Keterampilan
vokasional, yang meliputi : keterampilan menemukan algoritma, model, prosedur
untuk mengerjakan suatu tugas; keterampilan melaksanakan prosedur; dan
keterampilan mencipta produk dengan menggunakan konsep, prinsip, bahan dan alat
yang telah dipelajari.
Secara keseluruhan, Anda dapat melihat ruang lingkup evaluasi
pembelajaran pada gambar berikut ini :
Domain
Hasil Belajar Kognitif Afektif Psikomotor Sistem Pembelajaran Program
Pembelajaran Proses Pelaksanaan Pembelajaran Hasil Pembelajaran Proses dan
Hasil Belajar Sikap Pengetahuan dan Pemahaman Kecerdasan Perkembangan Jasmani
Keterampilan Penilaian Berbasis Kelas Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Kompetensi Rumpun Pelajaran Kompetensi Lintas Kurikulum Ruang Lingkup Evaluasi
Pembelajar-an Kompetensi Tamatan Keterampilan Hidup
Gambar 2.1 : Ruang Lingkup Evaluasi
Pembelajaran| 59 Evaluasi
Pembelajaran Ruang Lingkup, Karakteristik dan
Pendekatan Evaluasi Pembelajaran
LATIHAN
1. Rumuskan satu indikator hasil belajar
untuk setiap jenjang kemampuan dalam domain kognitif. Buatlah satu soal yang
sesuai dengan masing-masing indikator tersebut.
2. Sebutkan ruang lingkup evaluasi
pembelajaran dalam perspektif sistem pembelajaran. Jelaskan dengan singkat !
3. Hal-hal apa saja yang diukur dalam sikap
sebagai hasil belajar ? Berikan contohnya !
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan :
b. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
c. Kompetensi Rumpun Pelajaran
d. Kompetensi Lintas Kurikulum
e. Kompetensi Tamatan
f. Keterampilan Hidup (life skills)
5. Bandingkan keterampilan vokasional dengan
keterampilan akademik.
RANGKUMAN
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam
perspektif domain hasil belajar dapat mengikuti pengelompokkan dari Benyamin S.Bloom,
dkk (1956) yang membagi hasil belajar menjadi tiga domain, yaitu kognitif,
afektif dan psikomotor. Setiap domain dibagi lagi menjadi beberapa jenjang
kemampuan. Domain kognitif (cognitive domain) terdiri atas enam jenjang
kemampuan, yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),
penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis),
dan evaluasi (evaluation). Domain afektif (affective domain),
terdiri atas : kemauan menerima (receiving), kemauan menjawab (responding),
menilai (valuing), dan organisasi (organization). Domain
psikomotor (psychomotor domain), terdiri atas : muscular or motor
skill, manipulations of materials or objects, dan neuromuscular
coordination.
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam
perspektif sistem pembelajaran terdiri atas (1) program pembelajaran, yang
meliputi tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar, isi/materi
pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar,
lingkungan, dan penilaian (2) proses pelaksanaan pembelajaran, yang meliputi
kegiatan pembelajaran, guru, dan peserta didik (3) hasil pembelajaran, baik
untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Ruang lingkup
evaluasi pembelajaran dalam perspektif penilaian proses dan hasil belajar
terdiri atas sikap, pengetahuan dan pemahaman peserta didik 60 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 2
terhadap bahan
pelajaran, kecerdasan peserta didik, perkembangan jasmani/ kesehatan, dan
keterampilan.
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam
perspektif penilaian berbasis kelas terdiri atas kompetensi dasar mata
pelajaran, kompetensi rumpun pelajaran, kompetensi lintas kurikulum, dan
kompetensi tamatan. Penguasaan berbagai kompetensi ini dapat ditempuh melalui
berbagai pengalaman belajar yang juga memberikan efek positif (nurturan
effects) dalam bentuk kecakapan hidup (life skills). Jenis-jenis
kecakapan hidup yang perlu dinilai antara lain keterampilan diri (keterampilan
personal), keterampilan berfikir rasional, keterampilan sosial, keterampilan
akademik, dan keterampilan vokasional.
TES FORMATIF 1 :
Pilihlah salah satu jawaban berikut ini
dengan cara memberikan tanda silang (X) pada salah satu huruf a, b, c, atau d
yang dianggap paling tepat.
1. Kemampuan untuk mengerti materi pelajaran
termasuk jenjang kemampuan :
a. Pengetahuan
b. Pemahaman
c. Aplikasi
d. Analisis
2. Berikut ini merupakan jenjang kemampuan
yang termasuk dalam domain afektif, kecuali :
a. Menerima
b. Menjawab
c. Mengukur
d. Menilai
3. Isi kurikulum memiliki tiga unsur pokok,
yaitu :
a. Sistematika
b. Logika
c. Etika
d. Estetika
4. Berikut ini merupakan ruang lingkup
evaluasi pembelajaran, khususnya dalam proses pelaksanaan pembelajaran, kecuali
:
a. Kegiatan
b. Guru| 61 Evaluasi Pembelajaran Ruang Lingkup, Karakteristik dan Pendekatan Evaluasi
Pembelajaran
c. Peserta didik
d. Penilaian
5. Kecerdasan peserta didik termasuk ruang
lingkup evaluasi pembelajaran dalam perspektif :
a. Domain hasil belajar
b. Sistem pembelajaran
c. Penilaian berbasis kelas
d. Penilaian proses dan hasil belajar
6. Pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah
peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata pelajaran tertentu
disebut :
a. Standar kompetensi
b. Kompetensi dasar mata pelajaran
c. Kompetensi rumpun mata pelajaran
d. Kompetensi lintas kurikulum
7. Kemampuan peserta didik menguasai ilmu, teknologi
dan kemampuan akademik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi termasuk dalam :
a. Kompetensi dasar mata pelajaran
b. Kompetensi rumpun mata pelajaran
c. Kompetensi tamatan
d. Kompetensi lintas kurikulum
8. Motivasi berprestasi merupakan kecakapan
hidup dalam jenis :
a. Keterampilan diri
b. Keterampilan berpikir rasional
c. Keterampilan berpikir logis
d. Keterampilan akademik
9. Keterampilan berpartisipasi termasuk
keterampilan :
a. Keterampilan diri
b. Keterampilan berpikir rasional
c. Keterampilan berpikir logis
d. Keterampilan sosial62 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 2
10.Berikut ini jenis
keterampilan yang termasuk dalam kecakapan hidup, kecuali :
a. Keterampilan personal
b. Keterampilan berpikir rasional
c. Keterampilan berpikir logis
d. Keterampilan vokasional
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban
Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini dan hitunglah jumlah
jawaban yang benar. Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 1, gunakanlah rumus sebagai berikut :
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = ————————————————— x 100 %
10
Kriteria tingkat penguasaan :
90 – 100 % = Baik Sekali
80 – 89 % = Baik
70 – 79 % = Cukup
< 69 % = Kurang
Jika tingkat penguasaan Anda 80 % atau lebih,
berarti Anda berhasil. BAGUS ! Untuk itu, Anda dapat meneruskan Kegiatan
Belajar 2. Jika masih di bawah 80 %, Anda harus mengulang materi Kegiatan
Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.| 63 Evaluasi Pembelajaran
KARAKTERISTIK, MODEL DAN
PENDEKATAN
EVALUASI PEMBELAJARAN
Pengantar
Dalam proses evaluasi pembelajaran atau penilaian proses dan hasil
belajar, Anda tentu sering menggunakan alat ukur tertentu, baik tes maupun
non-tes. Alat ukur ini mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting dalam
rangka mengetahui keefektifan proses pembelajaran di madrasah. Mengingat begitu
pentingnya suatu alat ukur dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, maka suatu
alat ukur harus memiliki syarat-syarat tertentu sekaligus merupakan
karakteristik alat ukur yang baik. Dalam praktik di madrasah, seringkali guru
membuat alat ukur tanpa mengikuti aturan-aturan tertentu. Ada guru yang membuat
alat ukur (seperti soal-soal ulangan atau ujian akhir semester) yang langsung
mengambil dari buku sumber. Padahal kita tahu banyak buku sumber yang tidak
sesuai dengan silabus yang telah ditetapkan. Apa jadinya bila soal yang
digunakan tidak sesuai dengan materi yang disampaikan. Ada juga guru yang
menggunakan soal-soal lama yang belum diketahui kualitasnya. Hal ini semua
sebagai akibat dari kekurangpahaman guru terhadap suatu alat ukur yang baik. Di
samping itu, untuk melengkapi pengetahuan Anda tentang evaluasi, maka akan
dikemukakan juga beberapa model dan pendekatan evaluasi.
Setelah mempelajari kegiatan belajar 2 ini,
Anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian valid.
2. Menjelaskan pengertian deskriminatif.
3. Menyebutkan ciri-ciri evaluasi yang baik.
4. Menjelaskan model evaluasi black box.
5. Menyebutkan alat evaluasi yang digunakan
dalam model pengukuran.
6. Menjelaskan konsep educational system
model.
7. Menyebutkan tiga langkah pokok model
evaluasi iluminatif.
8. Menjelaskan konsep penilaian acuan
patokan.
9. Menyebutkan jenis penilaian yang cocok
untuk PAP.
10.Menjelaskan konsep penilaian acuan norma.
Kegiatan Belajar 264 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 2
A. Karakteristik Alat
Ukur yang Baik
Evaluasi sangat berguna untuk meningkatkan kualitas proses dan
hasil pembelajaran. Pentingnya evaluasi dalam pembelajaran, dapat dilihat dari
tujuan dan fungsi evaluasi maupun sistem pembelajaran itu sendiri. Evaluasi
tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran, sehingga guru mau tidak mau harus
melakukan evaluasi pembelajaran. Melalui evaluasi, Anda dapat melihat tingkat
kemampuan peserta didik, baik secara kelompok maupun individual. Anda juga
dapat melihat berbagai perkembangan hasil belajar peserta ddik, baik yang yang
menyangkut domain kognitif, afektif maupun psikomotor. Pada akhirnya, guru akan
memperoleh gambaran tentang keefektifan proses pembelajaran. Setelah Anda
memahami pentingnya evaluasi dalam kegiatan pembelajaran di madrasah, tentunya
Anda juga perlu tahu apa karakteristik dari alat ukur yang baik.
Pemahaman tentang alat ukur ini menjadi penting karena dalam
praktik evaluasi atau penilaian di madrasah, pada umumnya guru melakukan proses
pengukuran. Dalam pengukuran tentu harus ada alat ukur (instrumen), baik yang
berbentuk tes maupun nontes. Alat ukur tersebut ada yang baik, ada pula yang
kurang baik. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memenuhi syarat-syarat
atau kaidah-kaidah tertentu, dapat memberikan data yang akurat sesuai dengan
fungsinya, dan hanya mengukur sampel prilaku tertentu. Secara sederhana, Zainal
Arifin (2011 : 69) mengemukakan karakteristik instrumen evaluasi yang baik
adalah “valid, reliabel, relevan, representatif, praktis, deskriminatif,
spesifik dan proporsional”.
1. Valid, artinya suatu alat ukur dapat
dikatakan valid jika betul-betul mengukur apa yang hendak diukur secara tepat.
Misalnya, alat ukur matapelajaran Ilmu Fiqih, maka alat ukur tersebut harus
betul-betul dan hanya mengukur kemampuan peserta didik dalam mempelajari Ilmu
Fiqih, tidak boleh dicampuradukkan dengan materi pelajaran yang lain. Validitas
suatu alat ukur dapat ditinjau dari berbagai segi, antara lain validitas
ramalan (predictive validity), validitas bandingan (concurent
validity), dan validitas isi (content validity), validitas konstruk (construct
validity), dan lain-lain. Penjelasan tentang validitas ini dapat Anda baca
uraian modul berikutnya.
2. Reliabel, artinya suatu alat ukur dapat
dikatakan reliabel atau handal jika ia mempunyai hasil yang taat asas (consistent).
Misalnya, suatu alat ukur diberikan kepada sekelompok peserta didik saat ini,
kemudian diberikan lagi kepada sekelompok peserta didik yang sama pada saat
yang akan datang, dan ternyata hasilnya sama atau mendekati sama, maka dapat
dikatakan alat ukur tersebut mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi.
3. Relevan, artinya alat ukur yang digunakan
harus sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang
telah ditetapkan. Alat | 65 Evaluasi
Pembelajaran Ruang Lingkup, Karakteristik dan
Pendekatan Evaluasi Pembelajaran
ukur juga harus sesuai
dengan domain hasil belajar, seperti domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
Jangan sampai ingin mengukur domain kognitif menggunakan alat ukur non-tes. Hal
ini tentu tidak relevan.
4. Representatif, artinya materi alat ukur
harus betul-betul mewakili dari seluruh materi yang disampaikan. Hal ini dapat
dilakukan bila guru menggunakan silabus sebagai acuan pemilihan materi tes.
Guru juga harus memperhatikan proses seleksi materi, mana materi yang bersifat
aplikatif dan mana yang tidak, mana yang penting dan mana yang tidak.
5. Praktis, artinya mudah digunakan. Jika
alat ukur itu sudah memenuhi syarat tetapi sukar digunakan, berarti tidak
praktis. Kepraktisan ini bukan hanya dilihat dari pembuat alat ukur (guru),
tetapi juga bagi orang lain yang ingin menggunakan alat ukur tersebut.
6. Deskriminatif, artinya adalah alat ukur
itu harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menunjukkan
perbedaan-perbedaan yang sekecil apapun. Semakin baik suatu alat ukur, maka
semakin mampu alat ukur tersebut menunjukkan perbedaan secara teliti. Untuk
mengetahui apakah suatu alat ukur cukup deskriminatif atau tidak, biasanya
didasarkan atas uji daya pembeda alat ukur tersebut.
7. Spesifik, artinya suatu alat ukur disusun
dan digunakan khusus untuk objek yang diukur. Jika alat ukur tersebut
menggunakan tes, maka jawaban tes jangan menimbulkan ambivalensi atau
spekulasi.
8. Proporsional, artinya suatu alat ukur
harus memiliki tingkat kesulitan yang proporsional antara sulit, sedang dan
mudah. Begitu juga ketika menentukan jenis alat ukur, baik tes maupun non-tes.
Karakteristik
Alat Ukur Yang Baik Relevan Represen -tatif Praktis Deskrimi natif Spesifik
Proporsi onal Valid Reliabel
Gambar 2.2
Karakteristik Alat Ukur Yang Baik66 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 2
Dalam buku Succesful Teaching karangan
J.Mursell yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh J. Mursell dan
S.Nasution (tanpa tahun : 23) dikemukakan bahwa ciri-ciri evaluasi yang baik
adalah “evaluasi dan hasil langsung, evaluasi dan transfer, dan evaluasi
langsung dari proses belajar”.
1. Evaluasi dan hasil Langsung.
Dalam proses pembelajaran, guru sering melakukan kegiatan
evaluasi, baik ketika proses pembelajaran sedang berlangsung maupun ketika
sesudah proses pembelajaran selesai. Jika evaluasi diadakan ketika proses
pembelajaran sedang berlangsung, maka guru ingin mengetahui keefektifan dan
kesesuaian strategi pembelajaran dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika
evaluasi dilakukan sesudah proses pembelajaran selesai, berarti guru ingin
mengetahui hasil atau prestasi belajar yang diperoleh peserta didik.
2. Evaluasi dan transfer.
Hal penting yang berkenaan dengan proses belajar adalah
kemungkinan mentransfer hasil yang dipelajari ke dalam situasi yang fungsional.
Dasar pemikiran ini merupakan asas psikologis yang logis dan rasional. Peserta
didik tidak dapat disebut telah menguasai ilmu tajwid (misalnya), jika ia belum
dapat menggunakannya dalam membaca Al-Qur’an. Apabila suatu hasil belajar tidak
dapat ditransfer dan hanya dapat digunakan dalam satu situasi tertentu saja,
maka hasil belajar itu disebut hasil belajar palsu. Sebaliknya, jika suatu
hasil belajar dapat ditransfer kepada penggunaan yang aktual, maka hasil
belajar itu disebut hasil belajar otentik. Jadi, evaluasi yang baik harus
mengukur hasil belajar yang otentik dan kemungkinan dapat ditransfer.
Dalam penelitian sering ditemui hasil-hasil pembelajaran yang
dicapai tampaknya baik, tetapi sebenarnya hasil itu palsu. Peserta didik dapat
mengucapkan kata-kata yang dihafalkan dari buku pelajarannya, tetapi mereka
tidak dapat menggunakannya dalam situasi baru. Penguasaan materi pelajaran
seperti ini tidak lebih dari “penguasaan beo”. Evaluasi yang menekankan pada
hasil-hasil palsu, baik untuk informasi bagi peserta didik maupun untuk tujuan
lain, berarti evaluasi itu palsu. Jika peserta didik hanya memiliki pengetahuan
yang bersifat informatif, belum tentu menjamin pemahaman dan pengertiannya.
Oleh karena itu, penekanan pada pengetahuan yang bersifat informatif tidak akan
menghasilkan pola berpikir yang baik. Ada dua sebab mengapa hasil pembelajaran
yang mengakibatkan dan berhubungan dengan proses transfer menjadi
penting artinya dalam proses evaluasi. Pertama, hasil-hasil itu
menyatakan secara khusus dan sejelas-jelasnya kepada guru mengenai apa yang
sebenarnya terjadi ataupun tidak terjadi, dan sampai dimana pula telah tercapai
hasil belajar yang penuh makna serta otentik sifatnya. Kedua, hasil
belajar sangat erat hubungannya dengan tujuan peserta didik belajar, sehingga
mempunyai efek yang sangat | 67 Evaluasi
Pembelajaran Ruang Lingkup, Karakteristik dan
Pendekatan Evaluasi Pembelajaran
kuat terhadap pembentukan pola dan karakter
belajar yang dilakukan peserta didik. Oleh karena itu, belajar hendaknya
dilakukan untuk mendapatkan hasil-hasil yang dapat ditransfer dan setiap waktu
dapat digunakan menurut keperluannya.
3. Evaluasi langsung dari proses belajar.
Di samping harus mengetahui hasil belajar, Anda juga harus menilai
proses belajar. Hal ini dimaksudkan agar proses belajar dapat diorganisasi
sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Anda dapat
mengetahui proses apa yang dilalui peserta didik dalam mempelajari sesuatu.
Misalnya, apakah peserta didik dalam mempelajari Al-Qur’an cukup sekedar
membaca beberapa ayat Al-Qur’an ataukah ia membaca seluruh ayat Al-Qur’an untuk
memahami dan memecahkan masalah-masalah kehidupan. Apakah dalam praktik ibadah,
peserta didik cukup hanya melatih gerakan-gerakan sholat atau menganalisis
praktik sholat dan mencari hubungannya dengan tingkah laku sehari-hari,
mendiskusikan manfaat sholat dengan teman-temannya, dan mencari situasi-situasi
yang nyata yang dapat menggunakan fungsi sholat itu.
Penelitian tentang proses belajar yang diikuti oleh peserta didik
merupakan suatu hal yang sangat penting. Anda akan mengetahui dimana letak
kesulitan peserta didik, kemudian mencari alternatif bagaimana mengatasi
kesulitan tersebut. Di samping itu, penelitian tentang proses belajar
bermanfaat juga bagi peserta didik itu sendiri. Peserta didik akan melihat
kelemahannya, kemudian berusaha memperbaikinya, dan akhirnya dapat mempertinggi
hasil belajarnya. Meneliti proses belajar seorang anak bukan pekerjaan yang
mudah. Hal ini memerlukan waktu, tenaga, pemikiran, dan pengalaman. Anda dapat
menggunakan suatu metode untuk menilai proses belajar dengan memperhatikan
prinsip konteks, vokalisasi, sosialisasi, individualisasi, dan urutan (squence).
Seorang peserta didik tidak dapat belajar dengan baik, karena ia
tidak menggunakan konteks yang baik. Ia tidak menggunakan bermacam-macam sumber
dan tidak menggunakan situasi-situasi yang konkrit. Peserta didik tidak dapat
belajar dengan baik, karena tidak mempunyai fokus tertentu, misalnya tidak
melihat masalah-masalah pokok yang harus dipecahkannya, atau mungkin pula tidak
sesuai dengan bakat dan minatnya (individualisasi) serta tidak mendiskusikannya
dengan orang lain (sosialisasi). Dalam evaluasi pembelajaran, Anda jangan
terfokus kepada hasil belajar saja, tetapi juga harus memperhatikan transfer
hasil belajar dan proses belajar yang dijalani oleh peserta didik.68 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 2
B. Model-model Evaluasi
Pada tahun 1949, Tyler pernah mengemukakan model evaluasi black
box. Model ini banyak digunakan oleh orang-orang yang melakukan kegiatan
evaluasi. Studi tentang evaluasi belum begitu menarik perhatian orang banyak,
karena kurang memiliki nilai praktis. Baru sekitar tahun 1960-an studi evaluasi
mulai berdiri sendiri menjadi salah satu program studi di perguruan tinggi,
tidak hanya di jenjang sarjana (S.1) dan magister (S.2) tetapi juga pada
jenjang doktor (S.3). Sekitar tahun 1972, model evaluasi mulai berkembang.
Taylor dan Cowley, misalnya, berhasil mengumpulkan berbagai pemikiran tentang
model evaluasi dan menerbitkannya dalam suatu buku. Model evaluasi yang
dikembangkan lebih banyak menggunakan pendekatan positivisme yang berakar pada
teori psikometrik. Dalam model tersebut, pengukuran dan tes masih sangat dominan,
sekalipun tidak lagi diidentikkan dengan evaluasi. Penggunaan disain eksperimen
seperti yang dikemukakan Campbell dan Stanley (1963) menjadi ciri utama dari
model evaluasi. Berkembangnya model evaluasi pada tahun 70-an tersebut diawali
dengan adanya pandangan alternatif dari para expert. Pandangan
alternatif yang dilandasi sebuah paradigma fenomenologi banyak menampilkan
model evaluasi.
Dari sekian banyak model-model evaluasi yang dikemukakan, tes dan
pengukuran tidak lagi menempati posisi yang menentukan. Penggunaannya hanya
untuk tujuan-tujuan tertentu saja, bukan lagi menjadi suatu keharusan, seperti
ketika model pertama ditampilkan. Tes dan pengukuran tidak lagi menjadi
parameter kualitas suatu studi evaluasi yang dilakukan. Perkembangan lain yang
menarik dalam model evaluasi ini adalah adanya suatu upaya untuk bersikap
eklektik dalam penggunaan pendekatan positivisme maupun fenomenologi yang oleh
Patton (1980) disebut paradigm of choice. Walaupun usaha ini tidak
melahirkan model dalam pengertian terbatas tetapi memberikan alternatif baru
dalam melakukan evaluasi.
Dalam studi tentang evaluasi, banyak sekali dijumpai model-model
evaluasi dengan format atau sistematika yang berbeda, sekalipun dalam beberapa
model ada juga yang sama. Misalnya saja, Said Hamid Hasan (2009) mengelompokkan
model evaluasi sebagai berikut :
1. Model evaluasi kuantitatif, yang meliputi
: model Tyler, model teoritik Taylor dan Maguire, model pendekatan
sistem Alkin, model Countenance Stake, model CIPP, model ekonomi mikro.
2. Model evaluasi kualitatif, yang meliputi :
model studi kasus, model iluminatif, dan model responsif| 69 Evaluasi
Pembelajaran Ruang Lingkup, Karakteristik dan
Pendekatan Evaluasi Pembelajaran
Sementara itu, Kaufman dan Thomas dalam
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin AJ (2007 : 24) membedakan model evaluasi
menjadi delapan, yaitu :
1. Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler.
2. Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven.
3. Formatif Sumatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Scriven
4. Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
5. Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
6. CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan.
7. CIPP Evaluation Model, yang dikembangkan oleh Stufflebeam.
8. Discrepancy Model, yang dikembangkan oleh Provus.
Ada juga model evaluasi yang dikelompokkan Nana Sudjana dan
R.Ibrahim (2007 : 234) yang membagi model evaluasi menjadi empat model utama,
yaitu “measurement, congruence, educational system, dan illumination”.
Dari beberapa model evaluasi di atas, beberapa diantaranya akan dikemukakan
secara singkat sebagai berikut :
1. Model Tyler
Nama model ini diambil dari nama pengembangnya yaitu Tyler. Dalam
buku Basic Principles of Curriculum and Instruction, Tyler banyak
mengemukakan ide dan gagasannya tentang evaluasi. Salah satu bab dari buku
tersebut diberinya judul how can the the effectiveness of learning
experience be evaluated ? Model ini dibangun atas dua dasar pemikiran. Pertama,
evaluasi ditujukan kepada tingkah laku peserta didik. Kedua, evaluasi
harus dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum melaksanakan
kegiatan pembelajaran dan sesudah melaksanakan kegiatan pembelajaran (hasil).
Dasar pemikiran yang kedua ini menunjukkan bahwa seorang evaluator harus dapat
menentukan perubahan tingkah laku apa yang terjadi setelah peserta didik
mengikuti pengalaman belajar tertentu, dan menegaskan bahwa perubahan yang
terjadi merupakan perubahan yang disebabkan oleh pembelajaran.
Penggunaan model Tyler memerlukan informasi perubahan tingkah laku
terutama pada saat sebelum dan sesudah terjadinya pembelajaran. Istilah yang
populer dikalangan guru adalah tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test).
Model ini mensyaratkan validitas informasi pada tes akhir. Untuk menjamin
validitas ini maka perlu adanya kontrol dengan menggunakan disain eksperimen.
Model Tyler disebut juga model black box karena model ini sangat
menekankan adanya tes awal dan tes akhir. Dengan demikian, apa yang terjadi
dalam proses tidak perlu diperhatikan. Dimensi proses ini dianggap sebagai
kotak hitam yang menyimpan segala macam teka-teki. 70 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 2
Menurut Tyler, ada tiga langkah pokok yang
harus dilakukan, yaitu :
a. Menentukan tujuan pembelajaran yang akan
dievaluasi.
b. Menentukan situasi dimana peserta didik
memperoleh kesempatan untuk menunjukkan tingkah laku yang berhubungan dengan
tujuan.
c. Menentukan alat evaluasi yang akan
dipergunakan untuk mengukur tingkah laku peserta didik.
2. Model yang Berorientasi pada Tujuan
Sebelum KBK 2004, Anda mungkin pernah mengenal adanya tujuan
pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus. Model evaluasi ini
menggunakan kedua tujuan tersebut sebagai kriteria untuk menentukan
keberhasilan. Evaluasi diartikan sebagai proses pengukuran hinggamana tujuan
pembelajaran telah tercapai. Model ini banyak digunakan oleh guru-guru karena
dianggap lebih praktis untuk menentukan hasil yang diinginkan dengan rumusan
yang dapat diukur. Dengan demikian, terdapat hubungan yang logis antara
kegiatan, hasil dan prosedur pengukuran hasil. Tujuan model ini adalah membantu
Anda merumuskan tujuan dan menjelaskan hubungan antara tujuan dengan kegiatan.
Jika rumusan tujuan pembelajaran dapat diobservasi (observable) dan
dapat diukur (measurable), maka kegiatan evaluasi pembelajaran akan
menjadi lebih praktis dan simpel.
Model ini dapat membantu Anda menjelaskan rencana pelaksanaan
pembelajaran dengan proses pencapaian tujuan. Instrumen yang digunakan
bergantung kepada tujuan yang ingin diukur. Hasil evaluasi akan menggambarkan
tingkat keberhasilan tujuan program pembelajaran berdasarkan kriteria program
khusus. Kelebihan model ini terletak pada hubungan antara tujuan dengan
kegiatan dan menekankan pada peserta didik sebagai aspek penting dalam program
pembelajaran. Kekurangannya adalah memungkinkan terjadinya proses evaluasi
melebihi konsekuensi yang tidak diharapkan.
3. Model Pengukuran
Model pengukuran (measurement model) banyak mengemukakan pemikiran-pemikiran
dari R.Thorndike dan R.L.Ebel. Sesuai dengan namanya, model ini sangat
menitikberatkan pada kegiatan pengukuran. Pengukuran digunakan untuk menentukan
kuantitas suatu sifat (atribute) tertentu yang dimiliki oleh objek,
orang maupun peristiwa, dalam bentuk unit ukuran tertentu. Anda dapat
menggunakan model ini untuk mengungkap perbedaan-perbedaan individual maupun
kelompok dalam hal kemampuan, minat dan sikap. Hasil evaluasi digunakan untuk
keperluan seleksi peserta didik, bimbingan, dan perencanaan pendidikan. Objek
evaluasi dalam model ini adalah tingkah laku peserta didik, mencakup hasil
belajar (kognitif), pembawaan, sikap, minat, | 71 Evaluasi Pembelajaran Ruang Lingkup, Karakteristik dan Pendekatan Evaluasi
Pembelajaran
bakat, dan juga aspek-aspek kepribadian
peserta didik. Untuk itu, instrumen yang digunakan pada umumnya adalah tes
tertulis (paper and pencil test) dalam bentuk tes objektif, yang
cenderung dibakukan. Oleh sebab itu, dalam menganalisis soal sangat
memperhatikan difficulty index dan index of discrimination. Model
ini menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Norma (norm-referenced
assessment).
4. Model Kesesuain (Ralph W.Tyler, John
B.Carrol, and Lee J.Cronbach)
Menurut model ini, evaluasi adalah suatu kegiatan untuk melihat
kesesuaian (congruence) antara tujuan dengan hasil belajar yang telah
dicapai. Hasil evaluasi dapat Anda gunakan untuk menyempurnakan sistem
bimbingan peserta didik dan untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak yang
memerlukan. Objek evaluasi adalah tingkah laku peserta didik, yaitu perubahan
tingkah laku yang diinginkan (intended behaviour) pada akhir kegiatan
pendidikan, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
Teknik evaluasi yang dapat Anda gunakan tidak hanya tes (tulisan, lisan, dan
perbuatan), tetapi juga non-tes (observasi, wawancara, skala sikap, dan
sebagainya). Model evaluasi ini memerlukan informasi perubahan tingkah laku
pada dua tahap, yaitu sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran. Berdasarkan
konsep ini, Anda perlu melakukan pre and post-test. Adapun
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam model evaluasi ini adalah merumuskan
tujuan tingkah laku (behavioural objectives), menentukan situasi dimana
peserta didik dapat memperlihatkan tingkah laku yang akan dievaluasi, menyusun
alat evaluasi, dan menggunakan hasil evaluasi. Oleh sebab itu, model ini
menekankan pada pendekatan penilaian acuan patokan (PAP).
5. Educational System Evaluation Model (Daniel L.Stufflebeam, Michael Scriven,
Robert E.Stake, dan Malcolm M.Provus)
Menurut model ini, evaluasi berarti membandingkan performance dari
berbagai dimensi (tidak hanya dimensi hasil saja) dengan sejumlah kriteria,
baik yang bersifat mutlak/interen maupun relatif/eksteren. Model yang
menekankan sistem sebagai suatu keseluruhan ini sebenarnya merupakan
penggabungan dari beberapa model, sehingga objek evaluasinyapun diambil dari
beberapa model, yaitu (1) model countenance dari Stake, yang meliputi :
keadaan sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung (antecedents), kegiatan
yang terjadi dan saling mempengaruhi (transactions), hasil yang
diperoleh (outcomes), (2) model CIPP dari Stufflebeam, yang meliputi Context,
Input, Process, dan Product, (3) model Scriven yang meliputi instrumental
evaluation and consequential evaluation, (4) model Provus yang
meliputi : design, operation program, interim products, dan terminal
products. Dari keempat model yang 72 | Evaluasi Pembelajaran Modul 2
tergabung dalam educational system model,
akan dijelaskan secara singkat tentang dua model, yaitu model countenance dan
model CIPP.
Model Stake menitikberatkan evaluasi pada dua hal pokok, yaitu description
dan judgement. Setiap hal tersebut terdiri atas tiga dimensi,
seperti telah dijelaskan di atas, yaitu antecedents (context), transaction
(process), dan outcomes (output). Description terdiri atas
dua aspek, yaitu intents (goals) dan observation (effects) atau
yang sebenarnya terjadi. Sedangkan judgement terdiri atas dua aspek,
yaitu standard dan judgement. Dalam model ini, evaluasi dilakukan
dengan membandingkan antara satu program dengan program lain yang dianggap
standar. Stake mengatakan description berbeda dengan judgement atau
menilai. Dalam ketiga dimensi di atas (antecedents, transaction, outcomes),
perbandingan data tidak hanya untuk menentukan apakah ada perbedaan tujuan
dengan keadaan yang sebenarnya tetapi juga dibandingkan dengan standar yang
absolut untuk menilai manfaat program. Menurut Stake, suatu hasil penelitian
tidak dapat diandalkan jika tidak dilakukan evaluasi.
Model CIPP berorientasi kepada suatu keputusan (a decision
oriented evaluation approach structured). Tujuannya membantu kepala
madrasah dan guru di dalam membuat keputusan. Evaluasi diartikan sebagai suatu
proses menggambarkan, memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk
menilai alternatif keputusan. Sesuai dengan nama modelnya, model ini membagi
empat jenis kegiatan evaluasi, yaitu :
a. Context evaluation to serve planning
decision, yaitu konteks evaluasi
untuk membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai
oleh program pembelajaran, dan merumuskan tujuan program pembelajaran.
b. Input evaluation, structuring decision. Kegiatan evaluasi bertujuan untuk membantu
mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang akan
diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur
kerja untuk mencapainya.
c. Process evaluation, to serve implementing
decision. Kegiatan evaluasi ini
bertujuan untuk membantu melaksanakan keputusan. Pertanyaan yang harus Anda
jawab adalah hinggamana suatu rencana telah dilaksanakan, apakah rencana
tersebut sesuai dengan prosedur kerja, dan apa yang harus diperbaiki.
d. Product evaluation, to serve recycling
decision. Kegiatan evaluasi ini
bertujuan untuk membantu keputusan selanjutnya. Pertanyaan yang harus Anda
jawab adalah hasil apa yang telah dicapai dan apa yang dilakukan setelah
program berjalan. | 73 Evaluasi
Pembelajaran Ruang Lingkup, Karakteristik dan
Pendekatan Evaluasi Pembelajaran
Proses evaluasi tidak hanya berakhir dengan
suatu deskripsi mengenai keadaan sistem yang bersangkutan, tetapi harus sampai
pada judgment sebagai simpulan dari hasil evaluasi. Model ini menuntut
agar hasil evaluasi digunakan sebagai input untuk decision making dalam
rangka penyempurnaan sistem secara keseluruhan. Pendekatan yang digunakan
adalah penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP).
6. Illuminative Model (Malcolm Parlett dan Hamilton)
Jika model measurement dan congruence lebih
berorientasi pada evaluasi kuantitatif-terstruktur, maka model ini lebih
menekankan pada evaluasi kualitatif-terbuka (open-ended). Kegiatan
evaluasi dihubungkan dengan learning milieu, dalam konteks madrasah
sebagai lingkungan material dan psiko-sosial, dimana guru dan peserta didik
dapat berinteraksi. Tujuan evaluasi adalah untuk mempelajari secara cermat dan
hati-hati terhadap pelaksanaan sistem pembelajaran, faktor-faktor yang
mempengaruhinya, kelebihan dan kekurangan sistem, dan pengaruh sistem terhadap
pengalaman belajar peserta didik. Hasil evaluasi lebih bersifat deskriptif dan
interpretasi, bukan pengukuran dan prediksi. Model ini lebih banyak menggunakan
judgment. Fungsi evaluasi adalah sebagai input untuk kepentingan
pengambilan keputusan dalam rangka penyesuaian dan penyempurnaan sistem
pembelajaran yang sedang dikembangkan.
Objek evaluasi model ini mencakup latar belakang dan perkembangan
sistem pembelajaran, proses pelaksanaan sistem pembelajaran, hasil belajar
peserta didik, kesukaran-kesukaran yang dialami dari perencanaan sampai dengan
pelaksanaan, termasuk efek samping dari sistem pembelajaran itu sendiri.
Pendekatan yang digunakan lebih menyerupai pendekatan yang diterapkan dalam
bidang antropologi sosial, psikiatri, dan sosiologi. Cara-cara yang digunakan
tidak bersifat standard, melainkan bersifat fleksibel dan selektif.
Berdasarkan tujuan dan pendekatan evaluasi dalam model ini, maka ada tiga fase
evaluasi yang harus Anda tempuh, yaitu : observe, inquiry further, dan seek
to explain.
7. Model Responsif
Sebagaimana model illuminatif, model ini juga menekankan pada
pendekatan kualitatif-naturalistik. Evaluasi tidak diartikan sebagai pengukuran
melainkan pemberian makna atau melukiskan sebuah realitas dari berbagai
perspektif orang-orang yang terlibat, berminat dan berkepentingan dengan
program pembelajaran. Tujuan evaluasi adalah untuk memahami semua komponen
program pembelajaran melalui berbagai sudut pandangan yang berbeda. Sesuai
dengan pendekatan yang digunakan, maka model ini kurang percaya terhadap
hal-hal yang bersifat kuantitatif. Instrumen yang digunakan pada umumnya
mengandalkan observasi langsung maupun tak langsung 74 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 2
dengan interpretasi data yang impresionistik.
Langkah-langkah kegiatan evaluasi meliputi observasi, merekam hasil wawancara,
mengumpulkan data, mengecek pengetahuan awal (preliminary understanding) peserta
didik dan mengembangkan disain atau model. Berdasarkan langkah-langkah ini,
evaluator mencoba responsif terhadap orang-orang yang berkepentingan pada hasil
evaluasi. Hal yang penting dalam model responsif adalah pengumpulan dan
sintesis data.
Kelebihan model ini adalah peka terhadap berbagai pandangan dan
kemampuannya mengakomodasi pendapat yang ambigius serta tidak fokus. Sedangkan
kekurangannya antara lain (1) pembuat keputusan sulit menentukan prioritas atau
penyederhanaan informasi (2) tidak mungkin menampung semua sudut pandangan dari
berbagai kelompok (3) membutuhkan waktu dan tenaga. Evaluator harus dapat
beradaptasi dengan lingkungan yang diamati. Untuk mempelajari lebih jauh
tentang model ini, silahkan Anda membaca buku Stake (1975) atau Lincoln dan Guba
(1985).
Setelah Anda mempelajari berbagai model evaluasi, model mana yang
akan digunakan dalam pembelajaran ? Jawabannya tentu sangat bergantung kepada
tujuan evaluasi yang ditetapkan. Namun demikian, perlu juga Anda pahami bahwa
keberhasilan suatu evaluasi pembelajaran secara keseluruhan bukan hanya
dipengaruhi penggunaan yang tepat pada sebuah model evaluasi melainkan juga
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pertama, tujuan pembelajaran, baik
tujuan pembelajaran umum maupun tujuan pembelajaran khusus (instructional
objective). Seringkali kedua tujuan pembelajaran ini saling bertentangan
satu sama lain dilihat dari kebutuhan madrasah, kurikulum, guru, peserta didik,
lingkungan, dan sebagainya. Bahkan, kadang-kadang guru sendiri mempunyai tujuan
sendiri-sendiri. Semuanya harus dipertimbangkan agar terdapat keseimbangan dan
keserasian.
Kedua, sistem madrasah.
Faktor ini perlu dipertimbangkan dengan matang dan hati-hati karena melibatkan
berbagai komponen yang saling berinteraksi dan ketergantungan. Mengingat
kompleksnya sistem madrasah, maka fungsi madrasah juga menjadi ganda. Di satu
pihak, madrasah ingin mewariskan kebudayaan masa lampau dengan sistem norma,
nilai dan adat yang dianggap terbaik untuk generasi muda. Di pihak lain,
madrasah berkewajiban mempersiapkan peserta didik menghadapi masa depan,
memperoleh keterampilan dan kemampuan untuk berinovasi, bahkan menghasilkan
perubahan. Jadi, madrasah sekaligus bersikap konservatif-radikal serta
reaksioner-progresif. Oleh sebab itu, peranan evaluasi menjadi sangat penting.
Tujuannya adalah untuk melihat dan mempertimbangkan hal-hal apa yang perlu
diberikan di madrasah. Begitu juga bentuk kurikulum dan silabus mata pelajaran
sangat bergantung pada evaluasi yang dilaksanakan | 75 Evaluasi
Pembelajaran Ruang Lingkup, Karakteristik dan
Pendekatan Evaluasi Pembelajaran
oleh guru-guru di madrasah, sehingga timbul
masalah lainnya yaitu teknik evaluasi apa yang akan digunakan untuk mencapai
tujuan itu.
Ketiga, pembinaan guru. Banyak
program pembinaan guru yang belum menyentuh secara langsung tentang evaluasi.
Program pembinaan guru lebih banyak difokuskan kepada pengembangan kurikulum
dan metodologi pembelajaran. Hal ini pula yang menyebabkan perbaikan sistem
evaluasi pembelajaran menjadi kurang efektif. Guru juga sering dihadapkan
dengan beragam kegiatan, seperti membuat persiapan mengajar, mengikuti kegiatan
ekstra kurikuler, penyesuaian diri, dan kegiatan administratif lainnya.
Artinya, bagaimana mungkin kualitas sistem evaluasi pembelajaran di madrasah
dapat ditingkatkan, bila fokus pembinaan guru hanya menyentuh domain-domain
tertentu saja, ditambah lagi dengan kesibukan-kesibukan guru di luar tugas
pokoknya sebagai pengajar.
C. Pendekatan Evaluasi
Pendekatan merupakan sudut pandang seseorang dalam mempelajari
sesuatu. Dengan demikian, pendekatan evaluasi merupakan sudut pandang seseorang
dalam menelaah atau mempelajari evaluasi. Dilihat dari komponen pembelajaran,
pendekatan evaluasi dapat dibagi dua, yaitu pendekatan tradisional dan
pendekatan sistem. Dilihat dari penafsiran hasil evaluasi, pendekatan evaluasi
dibagi menjadi dua, yaitu criterion-referenced evaluation dan norm-referenced
evaluation. Lihat gambar berikut ini.
Pendekatan
Evaluasi Pembelajaran Komponen Pembelajaran Penafsiran Hasi Evaluasi Pendekatan
Tradisional Pendekatan Sistem Criterion-Referenced evaluation
Norm-Referenced Evaluation
Gambar 2.3
Pendekatan Evaluasi Pembelajaran76
| Evaluasi
Pembelajaran Modul 2
1. Pendekatan
tradisional
Pendekatan ini berorientasi kepada praktik evaluasi yang telah
berjalan selama ini di madrasah yang ditujukan kepada perkembangan aspek
intelektual peserta didik. Aspek-aspek keterampilan dan pengembangan sikap
kurang mendapat perhatian yang serius. Peserta didik hanya dituntut untuk
menguasai mata pelajaran. Kegiatan-kegiatan evaluasi juga lebih difokuskan
kepada komponen produk saja, sementara komponen proses cenderung diabaikan.
Hasil kajian Spencer cukup memberikan gambaran betapa pentingnya evaluasi pembelajaran.
Ia mengemukakan sejumlah isi pendidikan yang dapat dijadikan dasar pertimbangan
untuk merumuskan tujuan pendidikan secara komprehensif dan pada gilirannya
menjadi acuan dalam membuat perencanaan evaluasi. Namun demikian, tidak sedikit
guru mengalami kesulitan untuk mengembangkan sistem evaluasi di madrasah karena
bertentangan dengan tradisi yang selama ini sudah berjalan. Misalnya, ada
tradisi bahwa target kuantitas kelulusan setiap madrasah harus di atas 95 %,
begitu juga untuk kenaikan kelas. Ada juga tradisi bahwa dalam mata pelajaran
tertentu nilai peserta didik dalam buku rapot harus minimal enam. Seharusnya,
kebijakan evaluasi lebih menekankan kepada target kualitas yaitu kepentingan
dan kebermaknaan pendidikan bagi anak.
2. Pendekatan sistem
Sistem adalah totalitas dari berbagai komponen yang saling
berhubungan dan ketergantungan. Jika pendekatan sistem dikaitkan dengan
evaluasi, maka pembahasan lebih difokuskan kepada komponen evaluasi, yang
meliputi : komponen kebutuhan dan feasibility, komponen input, komponen
proses, dan komponen produk. Dalam bahasa Stufflebeam disingkat CIPP, yaitu context,
input, process dan pruduct. Komponen-komponen ini harus menjadi
landasan pertimbangan dalam evaluasi pembelajaran secara sistematis. Berbeda
dengan pendekatan tradisional yang hanya menyentuh komponen produk saja, yaitu
perubahan perilaku apa yang terjadi pada peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran. Pendekatan ini tentu tidak salah, hanya tidak sistematis.
Padahal, Anda juga tahu bahwa hasil belajar tidak akan ada bila tidak melalui
proses, dan proses tidak bisa berjalan bila tidak ada masukan dan guru yang
melaksanakan.
Dalam literatur modern tentang evaluasi, terdapat dua pendekatan
yang dapat digunakan untuk menafsirkan hasil evaluasi, yaitu penilaian acuan
patokan (criterion-referenced evaluation) dan penilaian acuan norma (norm-referenced
evaluation). Artinya, setelah Anda memperoleh skor mentah dari setiap
peserta didik, maka langkah selanjutnya adalah mengubah skor mentah menjadi
nilai dengan menggunakan pendekatan tertentu.| 77 Evaluasi Pembelajaran Ruang Lingkup, Karakteristik dan Pendekatan Evaluasi
Pembelajaran
1. Penilaian Acuan
Patokan (PAP)
Pendekatan ini sering juga disebut penilaian norma absolut. Jika Anda
ingin menggunakan pendekatan ini, berarti Anda harus membandingkan hasil yang
diperoleh peserta didik dengan sebuah patokan atau kriteria yang secara absolut
atau mutlak telah ditetapkan oleh guru. Anda juga dapat menggunakan
langkah-langkah tertentu untuk menggunakan PAP, seperti menentukan skor ideal,
mencari rata-rata dan simpangan baku ideal, kemudian menggunakan pedoman
konversi skala nilai. Pendekatan ini cocok digunakan dalam evaluasi atau
penilaian formatif yang berfungsi untuk perbaikan proses pembelajaran. Umumnya,
seorang guru yang menggunakan PAP sudah dapat menyusun pedoman konversi skor
menjadi skor standar sebelum kegiatan evaluasi dimulai. Oleh sebab itu, hasil
pengukuran dari waktu ke waktu dalam kelompok yang sama atau berbeda dapat dipertahankan
keajegannya. PAP dapat menggambarkan prestasi belajar peserta didik secara
objektif apabila alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang standar.
2. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Salah satu perbedaan PAP dengan PAN adalah penggunaan tolak ukur
hasil/skor sebagai pembanding. Pendekatan ini membandingkan skor setiap peserta
didik dengan teman satu kelasnya. Makna nilai dalam bentuk angka maupun
kualifikasi memiliki sifat relatif. Artinya, jika Anda sudah menyusun pedoman
konversi skor untuk suatu kelompok, maka pedoman itu hanya berlaku untuk
kelompok itu saja dan tidak berlaku untuk kelompok yang lain, karena distribusi
skor peserta didik sudah berbeda. Untuk memahami kedua pendekatan evaluasi atau
penilaian tersebut di atas, silahkan Anda membaca modul berikutnya.
LATIHAN
1. Sebutkan lima ciri alat ukur yang baik.
Jelaskan dengan singkat !
2. Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan
“evaluasi dan transfer” ?
3. Coba Anda bandingkan antara measurement
model dengan congruence model dilihat dari segi :
a. Objek evaluasi
b. Instrumen
c. Pendekatan
4. Ada tiga fase evaluasi yang harus ditempuh
dalam model illuminatif, yaitu : observe, inquiry further, dan seek
to explain. Coba Anda jelaskan ketiga fase tersebut dengan singkat !78 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 2
5. Bandingkan antara
pendekatan tradisional dengan pendekatan sistem dalam evaluasi pembelajaran
dilihat dari segi tujuan dan ruang lingkup evaluasi
6. Apa perbedaan antara PAP dengan PAN
dilihat dari segi fungsinya ?
RANGKUMAN
Alat ukur dapat dikatakan baik jika valid,
reliabel, praktis, deskriminatif, relevan, spesifik, representatif, dan
proporsional. Di samping itu, ada juga ciri-ciri evaluasi yang baik yaitu
evaluasi dan hasil langsung, evaluasi dan transfer, dan evaluasi langsung dari
proses belajar. Said Hamid Hasan (1988) mengelompokkan model evaluasi menjadi
dua, yaitu (1) model evaluasi kuantitatif, yang meliputi : model Tyler,
model teoritik Taylor dan Maguire, model pendekatan sistem Alkin, model Countenance
Stake, model CIPP, model ekonomi mikro dan (2) model evaluasi kualitatif,
yang meliputi : model studi kasus, model iluminatif, dan model responsif.
Sementara itu, Kaufman dan Thomas dalam Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin
AJ (2007) membedakan model evaluasi menjadi delapan, yaitu : (1) goal
oriented evaluation model, oleh Tyler (2) goal free evaluation model,
oleh Scriven (3) formatif sumatif evaluation model, oleh Michael Scriven
(4) countenance evaluation model, oleh Stake (5) responsive
evaluation model, oleh Stake (6) CSE-UCLA evaluation model (7) CIPP
evaluation model, oleh Stufflebeam (8) discrepancy model, oleh
Provus. Menurut Nana Sudjana dan R.Ibrahim (2007) ada empat model evaluasi,
yaitu measurement, congruence, educational system, dan illumination. Pendekatan
evaluasi dapat dilihat dari dua segi, yaitu komponen pembelajaran dan
penafsiran hasil evaluasi. Berdasarkan komponen pembelajaran, pendekatan
evaluasi dibagi dua yaitu pendekatan tradisional (hanya komponen produk) dan
pendekatan sistem (semua komponen pembelajaran). Berdasarkan penafsiran hasil
evaluasi, terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu criterion-referenced
evaluation dan norm-referenced evaluation.
TES FORMATIF 2 :
Pilihlah salah satu jawaban berikut ini
dengan cara memberikan tanda silang (X) pada salah satu huruf a, b, c, atau d
yang dianggap paling tepat.
1. Suatu alat ukur yang digunakan untuk
mengukur apa yang hendak diukur merupakan salah satu ciri evaluasi yang disebut
:
a. Reliabel
b. Praktis
c. Valid
d. Relevan| 79 Evaluasi Pembelajaran Ruang Lingkup, Karakteristik dan Pendekatan Evaluasi
Pembelajaran
2. Alat ukur yang dapat
menunjukkan perbedaan-perbedaan sekecil apapun disebut :
a. Spesifik
b. Deskriminatif
c. Representatif
d. Praktis
3. Berikut ini merupakan ciri-ciri evaluasi
yang baik, kecuali :
a. Evaluasi dan hasil langsung
b. Evaluasi dan transfer
c. Evaluasi langsung dari proses belajar
d. Evaluasi tidak langsung
4. Model evaluasi yang menekankan tes awal
dan tes akhir disebut model :
a. Black box
b. Countenance
c. Model pendekatan sistem
d. Model CIPP
5. Instrumen yang digunakan dalam model
pengukuran pada umumnya adalah :
a. Tes tindakan
b. Tes lisan
c. Tes tertulis
d. Tes tindakan dan lisan
6. Membandingkan performance dari
berbagai dimensi dengan sejumlah kriteria adalah konsep model evaluasi :
a. Measurement model
b. Congruence model
c. Illuminative model
d. Educational system model
7. Berikut merupakan tiga langkah pokok model
evaluasi iluminatif, kecuali :
a. observe
b. interview
c. inquiry further
d. seek to explain80 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 2
8. Dalam penilaian acuan
patokan, skor peserta didik dibanding dengan :
a. Skor kelompok
b. Skor mata pelajaran yang serumpun
c. Kriteria
d. Rata-rata kelompok
9. Penilaian acuan patokan sangat cocok untuk
penilaian :
a. Formatif
b. Sumatif
c. Diagnostik
d. Penempatan
10.Dalam penilaian acuan norma, makna nilai
dalam bentuk angka maupun kualifikasi memiliki sifat :
a. Absolut
b. Relatif
c. Mutlak
d. Konstan
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban
Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini dan hitunglah jumlah
jawaban yang benar. Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 2, gunakanlah rumus sebagai berikut :
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = ————————————————— x 100 %
10
Kriteria tingkat penguasaan :
90 – 100 % = Baik Sekali
80 – 89 % = Baik
70 – 79 % = Cukup
< 69 % = Kurang
Jika tingkat penguasaan Anda 80 % atau lebih,
berarti Anda berhasil. BAGUS ! Untuk itu, Anda dapat meneruskan ke modul
2. Jika masih di bawah 80 %, Anda harus mengulang materi Kegiatan Belajar 2,
terutama bagian yang belum dikuasai.| 81 Evaluasi Pembelajaran Ruang Lingkup, Karakteristik dan Pendekatan Evaluasi
Pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal (2011) Evaluasi
Pembelajaran : Prinsip-Teknik-Prosedur, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
Arifin, Zainal (2011) Konsep dan Model
Pengembangan Kurikulum, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S., dan Jabar, C.S.A, (2007) Evaluasi
Program Pendidikan, Cetakan ke-2, Jakarta : Bumi Aksara.
Hasan, S.H., (2009) Evaluasi Kurikulum,
Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
Mursell, J., dan Nasution, S., (tanpa tahun) Mengajar
dengan Sukses, Bandung : Jemmars.
Sudjana, N., dan Ibrahim, R., (2007) Penelitian
dan Penilaian Pendidikan, Cetakan ke-4, Bandung : Sinar Baru Algensindo.82 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 2
MODUL 3
PROSEDUR PENGEMBANGAN
EVALUASI PEMBELAJARAN84 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 2 | 85 Evaluasi
Pembelajaran
PROSEDUR PENGEMBANGAN
EVALUASI PEMBELAJARAN
Pendahuluan
Keberhasilan suatu kegiatan evaluasi akan dipengaruhi pula oleh
keberhasilan evaluator dalam melaksanakan prosedur evaluasi. Prosedur yang
dimaksud adalah langkah-langkah pokok yang harus ditempuh dalam kegiatan
evaluasi. Dalam literatur evaluasi banyak dijumpai prosedur evaluasi sesuai
dengan pandangannya masing-masing. Namun demikian, sekalipun ada perbedaan
langkah, tetapi bukanlah sesuatu yang prinsip, karena prosedur intinya hampir
sama. Dalam buku ini, prosedur pengembangan evaluasi pembelajaran terdiri atas
:
1. Perencanaan evaluasi, yang meliputi :
merumuskan tujuan evaluasi, menyusun kisi-kisi, menulis soal, uji-coba dan
analisis soal, mevisi dan merakit soal.
2. Pelaksanaan evaluasi
3. Pengolahan skor dan penafsiran
4. Pelaporan hasil evaluasi
5. Pemanfaatan hasil evaluasi
Di samping itu, baik buruknya evaluasi ada
ditangan guru sebagai evaluator. Guru harus bertanggungjawab atas pelaksanaan
proses pembelajaran. Artinya, guru harus bertanggung jawab juga tentang proses
dan hasil belajar peserta didik. Tanggung jawab tersebut dapat ditunjukkan
dengan melakukan kegiatan evaluasi yang baik. Hasil evaluasi harus betul-betul
dapat dipertanggungjawabkan dan bermakna bagi semua pihak. Oleh sebab itu, guru
harus mengetahui dan memahami prosedur evaluasi dengan sebaik-baiknya. Berikut
akan dikemukakan prosedur evaluasi berdasarkan langkah demi langkah.
Kompetensi yang harus Anda kuasai setelah mempelajari
modul ini adalah mengetahui dan memahami prosedur pengembangan evaluasi
pembelajaran serta mampu mengaplikasikan langkah-langkah evaluasi dalam
kegiatan pembelajaran. Untuk menguasai kompetensi tersebut di atas, maka dalam
modul ini akan dibagi menjadi dua kegiatan belajar, yaitu Kegiatan Belajar 1
membahas tentang perencanaan dan pelaksanaan evaluasi. Kegiatan Belajar 2
membahas tentang pengolahan, penafsiran dan pelaporan hasil evaluasi.
Anda harus mempelajari modul ini secara seksama sesuai
dengan petunjuk
Modul 386 | Evaluasi Pembelajaran Modul 2
pengerjaan modul,
sehingga Anda betul-betul dapat mempraktikkannya dalam kegiatan pembelajaran
sehari-hari di Madrasah. Anda juga harus sering latihan menggunakan
langkah-langkah evaluasi dalam kegiatan pembelajarn, sehingga Anda dapat
menguasai prosedur evaluasi pembelajaran, baik teori maupun praktik. Ada
beberapa alasan penting mengapa Anda perlu mempelajari modul ini, yaitu :
1. Sebagai guru, Anda tentu akan melaksanakan
evaluasi pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas. Untuk itu, Anda
harus mengetahui dan memahami prosedur pengembangan evaluasi pembelajaran.
2. Kualitas proses dan hasil evaluasi
pembelajaran perlu terus ditingkatkan, sehingga dapat dipertanggungjawabkan ke
berbagai pihak, seperti ke pemerintah, orang tua peserta didik, komite Madrasah
dan Kepala Madrasah. Peningkatan kualitas tersebut dapat Anda lakukan melalui
peningkatan kualitas prosedur evaluasi.
Untuk mempelajari modul ini, sebaiknya Anda ikuti
petunjuk berikut ini :
1. Bacalah modul ini dengan baik, teratur,
dan tidak meloncat-loncat agar Anda memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang
utuh.
2. Catatlah kata-kata atau kalimat yang
kurang dimengerti atau berikan tanda khusus dengan menggunakan stabilo.
Selanjutnya, kata atau kalimat tersebut Anda diskusikan dengan teman atau
langsung ditanyakan kepada tutor.
3. Setelah setiap penggal kegiatan belajar
selesai dibaca, usahakan Anda membuat rangkuman sendiri yang ditulis tangan.
Hal ini dimaksudkan untuk menambah ingatan dari apa yang sudah Anda baca.
4. Kerjakanlah latihan dan tes formatif yang
ada pada bagian akhir setiap kegiatan belajar.
5. Untuk menambah wawasan Anda tentang
prosedur pengembangan evaluasi pembelajaran, bacalah beberapa buku sumber yang
tercantum dalam daftar pustaka.
Semoga Anda berhasil menyelesaikan modul 3
ini dengan baik !| 87 Evaluasi
Pembelajaran
PERENCANAAN DAN
PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN
Pengantar
Dalam melaksanakan suatu kegiatan tentunya harus sesuai dengan apa
yang direncanakan. Hal ini dimaksudkan agar hasil yang diperoleh dapat lebih
maksimal. Namun demikian, banyak juga orang melaksanakan suatu kegiatan tanpa
perencanaan yang jelas, sehingga hasilnyapun kurang maksimal. Oleh sebab itu,
Anda harus dapat membuat perencanaan dengan baik, tidak terkecuali dalam
kegiatan evaluasi. Sesuai dengan topik yang dibahas dalam modul ini, maka
uraian materi berikut akan difokuskan kepada perencanaan dan pelaksanaan
evaluasi pembelajaran.
Secara lebih khusus, setelah mempelajari kegiatan
belajar 1 Anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan tujuan dan kegunaan perencanaan
evaluasi.
2. Menyebutkan dua komponen pokok dalam kisi-kisi.
3. Menjelaskan syarat-syarat kisi-kisi yang baik.
4. Membedakan antara kata kerja umum dengan kata kerja
operasional
5. Menjelaskan manfaat indikator dalam penyusunan
kisi-kisi.
6. Menjelaskan hubungan indikator dengan soal.
7. Menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam
uji-coba soal.
8. Menyebutkan jenis-jenis data yang perlu dikumpulkan
dalam kegiatan evaluasi.
9. Menjelaskan jenis kesalahan dalam pelaksanaan
evaluasi.
A. Perencanaan evaluasi
Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam kegiatan evaluasi
adalah membuat perencanaan. Perencanaan ini penting karena akan mempengaruhi
langkah-langkah selanjutnya, bahkan mempengaruhi keefektifan prosedur evaluasi
secara menyeluruh. W. James Popham (1974 : 159) mengemukakan maksud perencanaan
evaluasi adalah ”to facilitate gathering data, thereby making possible valid
statements about the effect or out comes of the program, practice, or policy
under study”.
Kegiatan Belajar 1
Modul 3
88 |
Evaluasi
Pembelajaran
Sehubungan hal tersebut, Robert H.Davis, dkk. (1974 : 81-82)
mengemukakan tiga kegunaan dari perencanaan evaluasi, yaitu :
1. Evaluation plan helps you to determine
whether or not you have stated your objective in behavioral terms. If the
conditions, behavior or standards or objective have been stated ambiguosly, you
will have difficulty designing a test to measure student achievement.
2. Evaluation plan early in the design
process is that you will be prepared to collect the information you need when
it is available.
3. Evaluation plan is that it provides
sufficient time for test design. To design a good test requires careful
preparation, and the quality of a test usually improves if it can be designed
in a leisurely fashion.
Implikasinya adalah perencanaan evaluasi harus dirumuskan secara
jelas dan spesifik, terurai dan komprehensif, sehingga perencanaan tersebut
bermakna dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya. Berdasarkan perencanaan
evaluasi yang matang inilah, Anda dapat menetapkan tujuan-tujuan tingkah laku (behavioral
objective) atau indikator yang akan dicapai, dapat mempersiapkan
pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan serta dapat menggunakan waktu
yang tepat.
Jika di dalam evaluasi itu jelas-jelas akan menggunakan tes, maka
ada baiknya kita simak pendapat Norman E.Gronlund (1985) tentang
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam perencanaan suatu tes sebagai berikut
:
1. Menentukan tujuan tes (detrermine the
purpose of the test).
2. Mengidentifikasi hasil belajar yang akan
diukur melalui tes (identify the learning outcomes to be measured by the
test).
3. Merumuskan hasil belajar dalam bentuk
perilaku yang spesifik dan dapat diamati (define the learning outcomes in
the terms of specific, observable behavior).
4. Menyusun garis besar materi pelajaran yang
akan diukur melalui tes (outline the subject matter to be measurred by the
test).
5. Menyiapkan suatu tabel yang spesifik atau
kisi-kisi (prepare a table of specifications).
6. Menggunakan tabel spesifik sebagai dasar
untuk persiapan tes (use the table of specifications as basis for preparing
test.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam perencanaan evaluasi, ada beberapa
hal yang harus Anda perhatikan, seperti : tujuan, kisi-kisi, menulis soal,
uji-coba dan analisis soal, revisi dan merakit soal.
Prosedur Pengembangan Evaluasi Pembelajaran
| 89
Evaluasi Pembelajaran
1. Menentukan Tujuan Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi, Anda tentu mempunyai maksud atau
tujuan tertentu. Tujuan evaluasi jangan terlalu umum, karena tidak dapat
menuntun Anda dalam menyusun soal. Misalnya, tujuan evaluasi adalah untuk
mengetahui tingkat pencapaian suatu program pembelajaran atau untuk mengetahui
tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang disampaikan.
Tujuan evaluasi dapat juga dirumuskan untuk mengetahui kesulitan belajar
peserta didik dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, tujuan evaluasi
harus dirumuskan sesuai dengan jenis evaluasi yang akan dilakukan, seperti
formatif, sumatif, diagnostik, penempatan atau seleksi. Dalam penilaian hasil
belajar, tujuan harus memperhatikan domain hasil belajar. Menurut Bloom, dkk.
(1956) hasil belajar dapat dikelompokkan dalam tiga domain, yaitu :
a. Domain kognitif (cognitif domain)
1) Pengetahuan ( knowledge)
2) Pemahaman (comprehension)
3) Aplikasi (aplication)
4) Analisis (analysis)
5) Sintesis (synthesis)
6) Evaluasi (evaluation)
b. Domain afektif (affective domain)
1) Penerimaan (recieving)
2) Respons (responding)
3) Penilaian (valuing)
4) Organisasi (organization)
5) Karakterisasi (characterization by a
value or value-complex)
c. Domain psikomotor (psychomotor domain)
1) Persepsi (perception)
2) Kesiapan melakukan sesuatu pekerjaan (set)
3) Respons terbimbing (guided response)
4) Kemahiran (complex overt response)
5) Adaptasi (adaptation)
6) Orijinasi (origination)
2. Menyusun Kisi-kisi
Penyusunan kisi-kisi dimaksudkan agar materi evaluasi betul-betul
representatif dan relevan dengan materi pelajaran yang sudah diberikan oleh 90 | Evaluasi
Pembelajaran Modul 3
guru kepada peserta didik. Jika materi
evaluasi tidak relevan dengan materi pelajaran yang telah diberikan, maka akan
berakibat hasil evaluasi itu kurang baik. Begitu juga jika materi evaluasi
terlalu banyak dibandingkan dengan materi pelajaran, maka akan berakibat sama.
Untuk melihat apakah materi evaluasi relevan dengan materi pelajaran atau
apakah materi evaluasi terlalu banyak atau kurang, Anda harus menyusun
kisi-kisi (lay-out atau blue-print atau table of
specifications).
Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan
distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang
kemampuan tertentu. Fungsi kisi-kisi adalah sebagai pedoman untuk menulis soal
atau merakit soal menjadi perangkat tes. Jika Anda memiliki kisi-kisi yang
baik, maka Anda akan memperoleh perangkat soal yang relatif sama sekalipun
penulis soalnya berbeda. Dalam konteks penilaian hasil belajar, kisi-kisi
disusun berdasarkan silabus setiap mata pelajaran. Jadi, Anda harus melakukan
analisis silabus terlebih dahulu. Perhatikan langkah-langkah berikut ini :
ANALISIS SILABUS MENYUSUN
KISI-KISI MEMBUAT SOAL MENYUSUN LEMBAR JAWABAN MEMBUAT KUNCI JAWABAN MENYUSUN
PEDOMAN PENYEKORAN
Langkah ke-1:
Langkah ke-2 :
Langkah ke-3 :
Langkah ke-4 :
Langkah ke-5 :
Langkah ke-6 :
Dalam praktiknya, seringkali guru di madrasah membuat soal
langsung dari buku sumber. Hal ini jelas sangat keliru, karena buku sumber
belum tentu sesuai dengan silabus. Kisi-kisi ini menjadi penting dalam perencanaan
| 91 Evaluasi
Pembelajaran Prosedur Pengembangan Evaluasi
Pembelajaran
evaluasi, karena didalamnya terdapat sejumlah
indikator sebagai acuan dalam menulis soal. Kisi-kisi soal yang baik harus
memenuhi persyaratan tertentu, antara lain :
a. Representatif, yaitu harus betul-betul
mewakili isi kurikulum yang akan dievaluasi.
b. Komponen-komponennya harus terurai/rinci,
jelas, dan mudah dipahami.
c. Soalnya dapat dibuat sesuai dengan
indikator dan bentuk soal yang ditetapkan.
Sebenarnya, format kisi-kisi tidak ada yang baku, karena itu
banyak model format yang dikembangkan para pakar evaluasi. Namun demikian,
sekedar untuk memperoleh gambaran, format kisi-kisi dapat dibagi menjadi dua
komponen pokok, yaitu komponen identitas dan komponen matriks. Komponen
identitas ditulis di bagian atas matriks, sedangkan komponen matriks dibuat
dalam bentuk kolom yang sesuai. Komponen identitas meliputi jenis/jenjang
madrasah, jurusan/program studi (bila ada), bidang studi/mata pelajaran, tahun
ajaran dan semester, kurikulum acuan, alokasi waktu, jumlah soal keseluruhan,
dan bentuk soal. Sedangkan komponen matriks terdiri atas kompetensi dasar,
materi, jumlah soal, jenjang kemampuan, indikator, dan nomor urut soal. Contoh
:
KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
Nama Madrasah :
...............................................................
Mata Pelajaran :
...............................................................
Jurusan/Program Studi :
...............................................................
Kurikulum Acuan :
...............................................................
Alokasi Waktu :
...............................................................
Jumlah Soal :
...............................................................
Standar Kompetensi :
...............................................................
No
|
Kompetensi
Dasar
|
Materi
|
Indikator
|
Jenjang
Kemampuan
|
Bentuk Soal
|
Nomor
Soal
|
Salah satu unsur penting
dalam komponen matriks adalah indikator. Indikator adalah rumusan pernyataan
sebagai bentuk ukuran spesifik yang menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar
dengan menggunakan kata kerja operasional (KKO). Perhatikan contoh-contoh berikut
ini :
a. Menyebutkan empat
komponen dalam sistem komputer.
b. Menjelaskan fungsi
monitor dalam pesawat komputer.
c. Membedakan antara hard-ware
dengan soft-ware.
Perhatikan juga
indikator dalam matriks berikut ini :
Mata Pelajaran :
Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
Kelas/Semester : IV/I
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
Mempraktikkan gerak
dasar ke dalam permainan sederhana dan olah raga serta nilai-nilai yang
terkandung didalamnya
|
Mempraktikkan gerak
dasar dalam permainan bola kecil sederhana dengan peraturan yang dimodifikasi
serta nilai kerjasama tim, sportifitas, dan kejujuran
|
1. Melakukan berbagai teknik dasar permainan kasti.
2. Menerapkan kerjasama tim dalam permainan kasti
3. Menyebutkan manfaat permainan kasti terhadap kesehatan tubuh.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar