Minggu, 22 Februari 2015

Adat Perkawinan Natar Watuwitir (Wawi Wotik)

 Adat Perkawinan Natar Watuwitir
(Wawi Wotik)
O
L
E
H

NAMA                        : YOHANES A.ANDALE
NIM                            : 2013. 02. 02. 096
KELAS                       : B

PROGRAM STUDI  PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
IKIP MUHAMMADIYAH MAUMERE
2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan paper ini , yang merupakan salah satu syarat memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Adat, Pada Prodi Pendidikan Kewarganegaraan, IKIP Muhammadiyah Maumere.
Dalam penulisan paper ini , tentunya mendapat begitu banyak bantuan dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan yang berharga ini,  penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada :
1.      Dosen Mata Kuliah Hukum Adat
2.      Narasumber 
-           Bapak Drs. Laurensius Sareng , Analis Bahasa Adat Krowe Iwan (Suku Adat Wodon Tana Rewu)
Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi pembaca, serta penulis dalam hal memenuhi tugas mata kuliah dimaksud, juga seluruh kalangan muda yang hendak mendapatkan informasi adat perkawinan natar watuwitir, Desa Rubit.
                                                                        Maumere,  Januari  2015
                                                                                     Penulis
             Narasumber ,
Drs. Laurensius Sareng                 

    …………………….
Perkawinan adat berdasarkan tradisi suku adat natar watuwitir, terjadi dalam beberapa tahapan yang harus dilalui terlebih dahulu oleh seluruh  pasangan yang hendak melakukan perkawinan / pernikahan .
1.      Tahapan Pengenalan / perkenalan (Pencarian Jodoh)
Tahapan pengenalan dilakukan dalam beberapa cara kebiasaan, baik oleh calon itu sendiri , melalui saudara atau orang terdekat atau orang tua dari si jejaka. Tempat – tempat pencarian calon , biasanya dilakukan di tempat pencarian air, di pasar, di greja atau di tempat hajatan.
Jika pada tahapan ini, telah terjadi kesepakatan antara jejaka dan pemudi idaman maka dilanjutkan dengan tahapan berikutnya yakni Wua taȁ diri mipin.

2.      Wua taȁ diri mipin
Tahapan / proses ini merupakan suatu penentuan dilanjutkan atau tidaknya hubungan antara kedua calon melalui pertanda mimpi. Proses ini diawali dengan diserahkannya sirih pinang dari delegasi pihak lelaki kepada keluarga pihak perempuan. Sirih pinang ini disimbolkan untuk memberikan kesempatan kepada keluarga pihak perempuan agar mendengarkan /memperoleh informasi melalui mimpi , jika mimpi itu adalah baik maka dilanjutkan pada proses berikutnya. Namun  jika buruk , maka hubungan itu dibatalkan, tetapi juga dapat dilaksanakan upacara tolak balah atas mimpi buruk tersebut jika kedua belah pihak menginginkan hubungan itu dilanjutkan, yang dikenal dengan upacara silih dengan menyediakan kurban pergantian. Jika hal ini telah ditunaikan oleh pihak lelaki maka tahapan berikutnya adalah  Poto wua taȁ.
   
3.      Poto wua taȁ
Tahapan ini dapat dikenal sebagai proses pertunangan. Pihak lelaki membawa dan menyerahkan sirih pinang kepada keluarga pihak perempuan sebagai simbol ikatan antara kedua calon mempelai. Pada tahapan ini, secara implisid dapat diartikan sebagai suatu akhir dari pencarian jodoh oleh si jejaka dengan menetapkan si perempuan sebagai pasangan yang akan dijadikan pendamping hidupnya.
Dalam proses / tahapan ini , digambarkan dalam sebuah ungkapan adat : “wuat mai lema lepo, pla wain nian poa. taȁt mai ŕawit woga, herong me lero tawa”1
 
4.      Pembicaraan belis
Proses ini dilakukan oleh delegasi kedua belah pihak, yaitu pihak ina ama (perempuan) dan pihak me pu (laki - laki).
Dalam proses ini, harus juga melalui beberapa ceremoni sebelum pembicaraan belis, Yakni ;

1ungkapan ini sebagai simbol lamaran yang disampaikan pihak laki-laki telah diterima oleh keluarga juga si perempuan, yang mana pada tahap ini dapat juga disebut sebagai masa pertunangan dalam dunia modern.

 pertama ,dalam hal menyebut nama si gadis, pihak me pu (laki - laki) harus membayar tanda penghargaan atas nama si gadis dengan sebutan  bahar atang naran. Nilai dari bahar atang naran ini berupa 1 ekor kuda / emas / gading, tergantung pada kemampuan ataupun strata sosial dari pihak-pihak yang bersangkutan.
Kedua ,  pembicaraan belis. Pada proses ini antara delegasi kedua belah pihak dapat melakukan tawar menawar yang berakhir pada kesepakatan oleh pihak ina ama (perempuan) melalui tradisi ungkapan adat “Ẻa laẽ - laẽ , Ẻa daÄ  ribang nopok. Tinu ala – ala, tinu daÄ  koli tokar ” 2 yang dimaknai sebagai persetujuan tentang proses pembayaran belis yang akan dilangsungkan sepanjang hidup kedua calon mempelai , sehingga pada saat proses penyerahan belis oleh pihak me pu (laki-laki) , pihak ina ama (perempuan) tidak akan menuntut kekurangan besaran belis yang dibawa. Artinya belis ini akan dibayarkan selama hidup berumah tangga kedua calon mempelai melalui acara-acara keluarga ataupun hajatan tertentu.
Nilai belis yang menjadi tuntutan pihak ina ama biasanya berupa : kuda, sarung dan baju, emas dan uang dengan masing-masing besaran per nilai belis berbeda sesuai tuntutan pihak ina ama.


2 belis / bayaran tidak ditunaikan langsung pada saat itu, tapi berlanjut pada kehidupan rumah tangga kedua mempelai, yang mana biasanya melalui topo tete / panggilan keluarga, pada suatu hajatan atau acara tertentu

5.      Kesepakatan waktu
Kesepakatan waktu ini merupakan penentuan waktu pelaksanaan pernikahan adat, penentuan waktu ini berkisar antara 6 bulan sampai 1 tahun.  Waktu yang telah disepakati ini , harus menjadi keputusan yang  diterima dan dipatuhi kedua belah pihak. Jika terjadi halangan , maka pihak yang berhalangan harus melaporkan kepada pihak yang lainnya, namun jika hal ini diabaikan maka terjadi / timbul sanksi berupa denda.
Pihak laki-laki / me pu yang melanggar , didenda membayar 1 ekor kuda
Pihak perempuan / ina ama yang melanggar, didenda membayar wawi pare (babi & beras)

6.      Penyerahan belis
Penyerahan belis biasanya dilakukan pada hari kawin adat (wawi wotik), sebelum ritual kawin adat ini dilakukan.

7.      Kawin adat
Proses kawin/nikah adat, dilakukan melalui sebuah ritual adat wawi wotik.upacara ini berlangsung dengan beberapa ceremonial yang harus dilalui,
a.       epa pare hoban , ceremoni ini merupakan ritual sesaji yang dilakukan oleh pihak ina ama (perempuan) kepada arwah nenek moyang  dengan meminta penguatan dari pihak me pu (laki-laki) yang turut menumpangkan tangan di atas bahan sesaji yang telah disediakan dengan disertai belis yang besarannya tidak ditentukan. Biasanya penyerahan belis oleh pihak me pu berupa uang yang berkisar antara Rp 500.000 sampai Rp 1.000.000, atau nilai lainnya tergantung pada pihak me pu
b.      ole robak wawi, ceremoni ini merupakan simbol penguatan dari pihak me pu kepada pihak ina ama , dalam upacara penikaman babi yang hatinya akan digunakan untuk ritual wawi wotik. Dalam ceremoni ini pihak me pu juga harus membayar belis berupa bahar  / seng hoang, sebagai simbol bahwa telah menguatkan atau turut serta menyucikan tombak yang akan digunakan oleh pihak ina ama untuk menikam babi yang telah disiapkan.
Setelah penikaman, hati babi dipisahkan dan dilakukan pemeriksaan oleh pihak me pu. Jika saat pemeriksaan didapati hati babi itu terluka atau terdapat tanda khusus yang dimana sangat dipercayai bahwa jika hal itu terjadi maka akan ada gangguan yang merintangi rumah tangga kedua mempelai, sehingga harus dilakukan silih / diganti dengan dengan kurban babi yang baru , dengan tidak lagi melakukan pemeriksaan.
c.       wawi wotik , ini merupakan ritual kawin adat, dipimpin oleh seorang tetua adat yang fasih dalam ritual ini.
Kedua mempelai mengambil tempat dengan didampingi Ä ä  Ẁine. Sebelum  ritual dimulai didahului dengan saling menyerahkan sarung/kain  oleh   Ä ä  gete kepada Ẁine gete yang dibalas dengan sejumlah uang , disertai dengan ara benu yang ditutup dengan logon kuku raka. Berikutnya dilanjutkan dengan penyuapan wawi ẁaten  sebagai simbol peresmian pernikahan secara adat yang diikuti dengan doa dan pesan secara adat oleh tetua adat pemimpin ritual.
Berikut syair – syair adat yang dilantunkan oleh tetua adat dalam ritual wawi wotik :
1.      Syair 3  untuk kedua mempelai pada pembukaan untuk wotik wawi ẁaten.
Ämi bati api baä  nora wawi api
Äu dadi duä giït meti lepo
Ämi perang prangan baä  nora ara prangan
Äu dadi moä n mangan plangan woga1
babi pengikat telah disembelih, engkau menjadi ibu penghuni suku dan marga. nasi restu telah ditanak terhidang, jadilah engkau bapa pengawal rumpun.
gea sai wawi api, ara prangan
jaji wain nora laïn
minu sai tua gahu supa
dena supa Ĺihan noran lalan2
santaplah hati babi pengikat dan nasi restu, terikatlah kamu dalam janji suami isti. teguklah tuak penguat smpah, sumpah perkawinan berahir di hari abadi.
3 terjemahan bebas ntuk semua syair adat dalam tulisan ini

2.      Syair untuk pengantin wanita
3.      Syair ntuk pengantin pria
duä … himo sai moä n
dena laïn  gapu gahu, dena men muli mut
laïn baït ganu plea ganu klegang
men belar ganu roho ganu tolen
duä … terimalah moä n (nama pria)
jadikan suami erat melekat
dapatkan anak penghangat kasih
jadikan suamimu bagai tuba beracun
anak pekat kasat bagai ubi hutan

moä n …  himo sai duä
dena wain gapu gahu, dena men muli mut
wain baït ganu plea ganu klegang
men belar ganu roho ganu tolen
moä n … terimalah duä (nama wanita)
jadikan istri erat melekat
dapatkan anak penghangat kasih
jadikan istrimu bagai tuba beracun
anak pekat kasat bagai ubi hutan
Mora daä  blupur neti tiỏ
Sape gahaar godo korak
daä  blewut gu belung
sape kokak gu loar
bawalah hingga tua bertopang tongkat
sampai rangkak beralaskan tempurung
hingga lapuk termakan waktu
sampai hancur bersama raga

Mora daä  blupur neti tiỏ
Sape gahaar godo korak
daä  blewut gu belung
sape kokak gu loar
bawalah hingga tua bertopang tongkat
sampai rangkak beralaskan tempurung
hingga lapuk termakan waktu
sampai hancur bersama raga
Ma sai duä
Äu dadi duä giït baä deri lepo
Ma huủ beli sai ata wungun
Ma kobor beli sai ata kuat
Pergilah dua
Engkau jadi ibu penghuni suku dan marga
Pergi dan junjunglah suku
Taat dan setialah pada marga

Plipong kenan sai ganu wio
Ganu wio plipong ëpan
abong sai ganu jago
ganu jago abong wohon
lindungi seperti wio
seperti wio pelindung setia
rawatlah seperti jago
seperti jago perawat kampong
Ma sai
Äu duä giït baä deri lepo
Ämi diat äu nora oni koli
oni koli kau karang méran
ma moni beli sai ata ẁisung
pergilah
engkau ibu penghuni suku dan marga
kami sertakan berkas besar sapu lidi
lidi lontar kuat lagi tangguh
sapu singkir sampah pelataran suku

Ma sai
Äu moan mangän prangan woga
Ämi diat  äu nora poron dolé
Ämi dokang  äu nora taka jawa
Ma gopi sai ŕoin
Pergilah
Engkau ayah pengawal suku marga
Kami berikan engkau sebilah pedang
Kami sertakan engkau sebuah tofa
Pergi bukalah kebun
Ma moni jok  moni jeka
Moni tipar wina nan
ẁisng lopa pulu watu utur
ma orok beli sai ata wangar
wangar lopa klorot dapak apar
sapu tolak dan hempaskan
tolak tuntun keluar  pagar
agar halaman tidak ditumbuhi  rumput berduri
pergi bersihkan  pelataran  suku
pelataran bersih rapi hulu hilir
Gopi higut naha genang herit
Ẻrit naha genang raï
Plaru bakut réta raï
Huü buluk ‘wara berat
Hugu buluk télan gahar
Bukalah kebun hulu sampai hilir
Kaki bukit berakhir di puncak
Tebas belukar di puncak bukit
Junjungan rendah ditindih berat
Menunduk rendah, menengadah tinggi
Ma du beli sai ata unu
Ma hening beli sai ata api
Ma raït beli ata bihan
Ma moru beli ata teman
Pergi pasanglah tungku
Pergi pasang  api bara menyala
Pergi jahitkanlah yang sobek
Pergilah tennkanlah agar tertutup

Niat ‘wau lero wawa
api naha bara, damar naha nilo
utat blain du bui, wair gahu gera nawang
api doü sorong sereng
api laïn taïn lopa morun
doü men kokon lopa mara
 dikala senja hari
pasanglah lampu dan api dapur
makanan dan minuman tersaji menanti
hidangkan untuk suami tersayang
sajikan untuk anak terkasih
Niat ‘wau äu lau main
Äu naha mai degu lewu
Wair naha mai hading ata
Ma gou lau wutun
Mai naha diat wain
Ma bata réta tana maran
Mai naha dokang men
Engkau pulang saat senja
Masukan kayu di bawah kolong rumah
Air tersandar di atap
Pergi cari rejeki di ujung barat
Datang serahkan paa istri
Pergi mengambil hasil di darat
Datang bahagiakan anak tersayang
Äu duä giït deri lepo
Lopa ‘lohor human lema human
Lopa ma guman mai guman
Lopa hilo uman gebi robong
Lopa tipang human kle bleler
Engkau ibu mahkota suku
Jangan keluar masuk tak terijin
Jangan  pergi malam  pulang  malam
Jangan mengintip dari balik dinding
Jangan memandang dari balik pintu


Gou lopa gawi ata duén
Bata lopa poär hoat
Lopa higu ata ubun tobong
Lopa bupu ata wuan mitan
Mencari jangan melewati batas
Mengambil jangan melompati pagar
Jangan petik pucuk puntung
Janga petik buah terlarang

Gou lopa gawi ata duén
Bata lopa poär hoat
Lopa higu ata ubun tobong
Lopa bupu ata wuan mitan
Mencari jangan melewati batas
Mengambil jangan melompati pagar
Jangan petik pucuk puntung
Janga petik buah terlarang
Lopa rega ata tewun ruin
Ata tewun ruin
Äu kama niä  baler balong               
Rumpun tebu terikat janganlah dibongkar
Rumpun tebu yang terikat
Engkau hanya memandang  lalu  baliklah  pulang

Lopa roä ata muün tukén
ata muün tukén
Äu kama niä  baler balong
Pisang tertongkat janganlah ditebang
Pisang yang bertongkat
Engkau hanya memandang  lalu  baliklah  pulang
Masik ata téti au kelik blerin
Ata karng miu waïn gatar
Ïa di äu naha diri éö meti
Plina éö rena
Biarpun bujukan datang menghadang tangan
Rayuan tiba menghampiri kaki
Itupun jangan didengar atau dibawa
Timbanglah seolah tak mendengar

Masik ata téti au kelik blerin
Ata karng miu waïn gatar
Ïa di äu naha diri éö meti
Plina éö rena
Biarpun bujukan datang menghadang tangan
Rayuan tiba menghampiri kaki
Itupun jangan didengar atau dibawa
Timbanglah seolah tak mendengar
Raïk äu diri meti plina hala
Ödi belung leü laï n
Loar leü mén
Ha ïa loar
Jika didengar salah pertimbangan
Lepaskan suami
Tinggalkan anak
Seperti itu janganlah terjadi


Raïk äu diri meti plina hala
Ödi belung leü laï n
Loar leü mén
Ha ïa loar
Jika didengar salah pertimbangan
Lepaskan istri
Tinggalkan anak
Seperti itu janganlah terjadi
Ia gu ata weta
Ina äu ata duä gete
Ina naha deri lepo
Geté äu ata duän mén
Gahar  äu ata moan pun
sehingga dijuluki orang
engkau ibu wanita terhormat
engkau turunan keluarga besar
engkau dari marga derajat tinggi
Ia gu ata weta
Ina äu ata duä gete
Ina naha deri lepo
Geté äu ata duän mén
Gahar  äu ata moan pun
Sehingga dijuluki orang
Engkau ayah pria terpandang
engkau turunan keluarga besar
engkau dari marga derajat tinggi

4.      Syair untuk kedua pengantin sebagai penutup
Miu ruam , duä mole moan
Plipong wiïn sai ganu wio
Ganu wio plipong epan
abong wiïn sai ganu jago
ganu jago abong wohon

kalian berdua, duä maupun moan
saling melindungi bagai wio
bagai wio pelindung yang taat
saling menjaga bagai jago
bagai jago penjaga setia




luät rema rua
raïk norak hulir ha upung ,hala eön  demen
loning poi utat e’o blain, wair e’o gahu
ia di naha
tutur glepu wiïn doi – doi
ganu hepun glepu wawa papan unén
harang blebo wiïn mawe-mawe
ganu hewon blebo reta tua wutun

esok maupun lusa
jika khilaf dan terlanjur, sa;ah ataupun benar
atau tidak terhidangnya makanan
itupun harus
bicaralah halus pelan penuh damai
bagai suara nyamuk di balik tempurung
tegurlah sayup lembut penuh kasih
bagai suara kumbang di pucuk lontar

ia na tilu riwun lopa diri rena
mata ngasung lopa iléng ïta
agar seribu telinga tidak mendengar
sejuta mata tak sempat melihat

raïk tilu riwun diri rena
ata to lora miu wi hoöt
to togo nora waïn
mata ngasung iléng ita
ata ae lora miu wi klepak
hae tepar nora liman
poi ïta tora meang

bila seribu telinga sempat mendengar
ditertawakan orang penuh sinis
tertawa diiringi hentakan kaki
sejuta ata sempat melihat
diteriaki orang penuh ejek
teriak diringi tepuk tangan
kita hanya mendulang malu

miu ruam duä mole moän
ami no beli miu nora liär tion
nang beli nora rang bélan
buta sai ganu wunga wair
hori sai ganu lado gegar


kalian berdua duä dan moan
kami berikan petuah penuh makna
kami serah serta nasehat berarti
bungkus rapi bagai pembungkus air
masukan rapat bagai lado gegar

duë guman naha huk
deri leron naha near
huk tubuk naha ganu riï
near bepa naha ganu bogin
tidur malam harus teringat
berada di siang harus terbayang
teringat menusuk bagai alang – alang
mekar terbayang bagai rumput semak

diri sai meti pita
plina sai nadar rang
ia gu ata weta geté miu ata duä mén
berat miu ata moan pun
                                dengarlah dan bawalah selalu
                        timbang dan peganglah petuah
                        sehingga dijuluki kamu wanita terhormat
                        dipandang kamu turunan terpandang
d.      Tama ola uneng, ini merupakan tahaan ritual kawin adat yang terakhir. Kedua mempelai akan masuk dalam kamar sakral (kamar pengantin) yang telah dipersiapkan , yang akan dilakukan penjagaan oleh Ä ä  Ẅine semalam suntuk.

Syair tama ola uneng
Lor wawa wunu tana
Lanan réta plutun hukang
Akar tumbuh menembus tanah
Rambat ke atas menutup tongga

Ia na
Ubut naha lebuk
Bakut naha plia
Puhun naha jiro – jaro
Klekot naha paga liga
Wuat naha tawa nété matan
Sehingga
Pucuk harus mekar berkembang
Dahanpun harus berjurai
Bunganya harus harum semerbak
Cabang buah harus berhimpitan
Buahnya harus tumbuh semua

Ma bua buri sai ganu wetan
Ma gaé teto sai ganu atong
Ia na teri léü etin benun
Ëra léü nété oan noran
Lahir sebarkan bagai jewawut
Peliharalah terjejer bagai ubi hutan
Agar menempati seluruh penjuru
Berdiri di seluruh pelosok
  
Guk ami
Métén kenan ganu wunu pauk kenan ganu noan
Lédu mai dena song
Lédu song ganu duru muhun mitan
Mapa mai tena kadang
Mapa kadang hapang aman
Agar kami
Jadikan tempat berharap
Datang untuk bertopang
Datang topang bagai jago berjurai panjang
Datang untuk bersandar
Datang sandar harapkan mahkota suku

8.      Setelah ritual nikah adat dilaksanakan, kedua mempelai mengikuti pemberkatan nikah secara Katolik.

Ritual adat ini adalah hal terutama yang harus dilalui oleh setiap masyarakat dalam suku yang hidup di natar Watuwitir , sebelum pemberkatan nikah secara agama di Gereja. Tradisi ini perlu dilestarikan karena dalam berbagai tahapannya , selalu mengandung arti ataupun makna yang mendalam tentang suatu  kehidupan baru berumah tangga, dimana perlu selalu diperhatikan bukan hanya sebagai suami dan istri tetapi juga tentang hubungan dengan sesame yang harus ditata sebaik mungkin.