(Wawi Wotik)
O
L
E
H
NAMA : YOHANES A.ANDALE
NIM : 2013. 02. 02. 096
KELAS : B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
IKIP MUHAMMADIYAH MAUMERE
2015
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan paper ini , yang merupakan salah satu
syarat memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Adat, Pada Prodi Pendidikan Kewarganegaraan,
IKIP Muhammadiyah Maumere.
Dalam
penulisan paper ini , tentunya mendapat begitu banyak bantuan dari berbagai
pihak. Sehingga pada kesempatan yang berharga ini, penulis mengucapkan limpah terima kasih
kepada :
1. Dosen Mata Kuliah Hukum Adat
2. Narasumber
-
Bapak Drs. Laurensius Sareng , Analis Bahasa
Adat Krowe Iwan (Suku Adat Wodon Tana Rewu)
Semoga
paper ini dapat bermanfaat bagi pembaca, serta penulis dalam hal memenuhi tugas mata kuliah dimaksud,
juga seluruh kalangan muda yang hendak mendapatkan informasi adat perkawinan
natar watuwitir, Desa Rubit.
Maumere, Januari
2015
Penulis
Narasumber ,
Drs.
Laurensius Sareng
…………………….
Perkawinan adat berdasarkan tradisi suku adat natar
watuwitir, terjadi dalam beberapa tahapan yang harus dilalui terlebih dahulu
oleh seluruh pasangan yang hendak
melakukan perkawinan / pernikahan .
1. Tahapan Pengenalan / perkenalan (Pencarian Jodoh)
Tahapan pengenalan dilakukan dalam beberapa cara
kebiasaan, baik oleh calon itu sendiri , melalui saudara atau orang terdekat
atau orang tua dari si jejaka. Tempat – tempat pencarian calon , biasanya
dilakukan di tempat pencarian air, di pasar, di greja atau di tempat hajatan.
Jika pada tahapan ini, telah terjadi kesepakatan
antara jejaka dan pemudi idaman maka dilanjutkan dengan tahapan berikutnya
yakni Wua taȁ diri mipin.
2. Wua taȁ diri mipin
Tahapan / proses ini merupakan suatu penentuan
dilanjutkan atau tidaknya hubungan antara kedua calon melalui pertanda mimpi.
Proses ini diawali dengan diserahkannya sirih pinang dari delegasi pihak lelaki
kepada keluarga pihak perempuan. Sirih pinang ini disimbolkan untuk memberikan
kesempatan kepada keluarga pihak perempuan agar mendengarkan /memperoleh
informasi melalui mimpi , jika mimpi itu adalah baik maka dilanjutkan pada
proses berikutnya. Namun jika buruk ,
maka hubungan itu dibatalkan, tetapi juga dapat dilaksanakan upacara tolak
balah atas mimpi buruk tersebut jika kedua belah pihak menginginkan hubungan
itu dilanjutkan, yang dikenal dengan upacara silih dengan menyediakan kurban
pergantian. Jika hal ini telah ditunaikan oleh pihak lelaki maka tahapan
berikutnya adalah Poto wua taȁ.
3. Poto wua taȁ
Tahapan ini dapat dikenal sebagai proses
pertunangan. Pihak lelaki membawa dan menyerahkan sirih pinang kepada keluarga
pihak perempuan sebagai simbol ikatan antara kedua calon mempelai. Pada tahapan
ini, secara implisid dapat diartikan sebagai suatu akhir dari pencarian jodoh
oleh si jejaka dengan menetapkan si perempuan sebagai pasangan yang akan
dijadikan pendamping hidupnya.
Dalam proses / tahapan ini , digambarkan dalam
sebuah ungkapan adat : “wuat mai lema
lepo, pla wain nian poa. taȁt mai ŕawit woga, herong me lero tawa”1
4. Pembicaraan belis
Proses ini dilakukan oleh delegasi kedua belah
pihak, yaitu pihak ina ama
(perempuan) dan pihak me pu (laki -
laki).
Dalam proses ini, harus juga melalui beberapa
ceremoni sebelum pembicaraan belis, Yakni ;
1ungkapan
ini sebagai simbol lamaran yang disampaikan pihak laki-laki telah diterima
oleh keluarga juga si perempuan, yang mana pada tahap ini dapat juga disebut
sebagai masa pertunangan dalam dunia modern.
|
pertama ,dalam hal menyebut nama si
gadis, pihak me pu (laki - laki)
harus membayar tanda penghargaan atas nama si gadis dengan sebutan bahar
atang naran. Nilai dari bahar atang
naran ini berupa 1 ekor kuda / emas / gading, tergantung pada kemampuan
ataupun strata sosial dari pihak-pihak yang bersangkutan.
Kedua , pembicaraan
belis. Pada proses ini antara delegasi kedua belah pihak dapat melakukan tawar
menawar yang berakhir pada kesepakatan oleh pihak ina ama (perempuan) melalui tradisi ungkapan adat “Ẻa laẽ - laẽ , Ẻa
daÄ ribang nopok. Tinu ala – ala, tinu
daÄ koli tokar ” 2 yang
dimaknai sebagai persetujuan tentang proses pembayaran belis yang akan
dilangsungkan sepanjang hidup kedua calon mempelai , sehingga pada saat proses
penyerahan belis oleh pihak me pu (laki-laki) , pihak ina ama (perempuan) tidak
akan menuntut kekurangan besaran belis yang dibawa. Artinya belis ini akan
dibayarkan selama hidup berumah tangga kedua calon mempelai melalui acara-acara
keluarga ataupun hajatan tertentu.
Nilai belis yang menjadi tuntutan pihak ina ama
biasanya berupa : kuda, sarung dan baju, emas dan uang dengan masing-masing
besaran per nilai belis berbeda sesuai tuntutan pihak ina ama.
2
belis / bayaran tidak
ditunaikan langsung pada saat itu, tapi berlanjut pada kehidupan rumah tangga
kedua mempelai, yang mana biasanya melalui topo tete / panggilan keluarga, pada suatu hajatan atau acara
tertentu
|
5. Kesepakatan waktu
Kesepakatan waktu ini merupakan penentuan waktu
pelaksanaan pernikahan adat, penentuan waktu ini berkisar antara 6 bulan sampai
1 tahun. Waktu yang telah disepakati ini
, harus menjadi keputusan yang diterima
dan dipatuhi kedua belah pihak. Jika terjadi halangan , maka pihak yang
berhalangan harus melaporkan kepada pihak yang lainnya, namun jika hal ini
diabaikan maka terjadi / timbul sanksi berupa denda.
Pihak laki-laki / me pu yang melanggar , didenda
membayar 1 ekor kuda
Pihak perempuan / ina ama yang melanggar, didenda
membayar wawi pare (babi & beras)
6. Penyerahan belis
Penyerahan belis biasanya dilakukan pada hari kawin
adat (wawi wotik), sebelum ritual
kawin adat ini dilakukan.
7. Kawin adat
Proses kawin/nikah adat, dilakukan melalui sebuah
ritual adat wawi wotik.upacara ini
berlangsung dengan beberapa ceremonial yang harus dilalui,
a.
epa pare hoban ,
ceremoni ini merupakan ritual sesaji yang dilakukan oleh pihak ina ama
(perempuan) kepada arwah nenek moyang dengan
meminta penguatan dari pihak me pu (laki-laki) yang turut menumpangkan tangan di atas bahan sesaji yang telah
disediakan dengan disertai belis yang besarannya tidak ditentukan. Biasanya
penyerahan belis oleh pihak me pu berupa uang yang berkisar antara Rp 500.000
sampai Rp 1.000.000, atau nilai lainnya tergantung pada pihak me pu
b.
ole robak wawi, ceremoni
ini merupakan simbol penguatan dari pihak me pu kepada pihak ina ama , dalam
upacara penikaman babi yang hatinya akan digunakan untuk ritual wawi wotik.
Dalam ceremoni ini pihak me pu juga harus membayar belis berupa bahar / seng hoang, sebagai simbol bahwa telah
menguatkan atau turut serta menyucikan tombak yang akan digunakan oleh pihak
ina ama untuk menikam babi yang telah disiapkan.
Setelah
penikaman, hati babi dipisahkan dan dilakukan pemeriksaan oleh pihak me pu.
Jika saat pemeriksaan didapati hati babi itu terluka atau terdapat tanda khusus
yang dimana sangat dipercayai bahwa jika hal itu terjadi maka akan ada gangguan
yang merintangi rumah tangga kedua mempelai, sehingga harus dilakukan silih /
diganti dengan dengan kurban babi yang baru , dengan tidak lagi melakukan
pemeriksaan.
c.
wawi wotik ,
ini merupakan ritual kawin adat, dipimpin oleh seorang tetua adat yang fasih
dalam ritual ini.
Kedua
mempelai mengambil tempat dengan didampingi Ä
ä Ẁine. Sebelum ritual dimulai didahului dengan saling
menyerahkan sarung/kain oleh Ä ä gete kepada Ẁine gete yang dibalas dengan sejumlah uang , disertai dengan ara benu yang ditutup dengan logon kuku raka. Berikutnya dilanjutkan
dengan penyuapan wawi ẁaten sebagai simbol peresmian pernikahan secara
adat yang diikuti dengan doa dan pesan secara adat oleh tetua adat pemimpin
ritual.
Berikut
syair – syair adat yang dilantunkan oleh tetua adat dalam ritual wawi wotik :
1.
Syair 3 untuk kedua mempelai pada pembukaan untuk wotik wawi ẁaten.
Ämi bati api baä
nora wawi api
Äu dadi duä giït meti lepo
Ämi perang prangan baä nora ara prangan
Äu dadi moä n mangan plangan woga1
babi pengikat telah
disembelih, engkau menjadi ibu penghuni suku dan marga. nasi restu telah
ditanak terhidang, jadilah engkau bapa pengawal rumpun.
gea sai wawi api, ara prangan
jaji wain nora laïn
minu sai tua gahu supa
dena supa Ĺihan noran lalan2
santaplah hati babi
pengikat dan nasi restu, terikatlah kamu dalam janji suami isti. teguklah tuak
penguat smpah, sumpah perkawinan berahir di hari abadi.
3
terjemahan bebas ntuk
semua syair adat dalam tulisan ini
|
2.
Syair untuk
pengantin wanita
|
3.
Syair ntuk
pengantin pria
|
duä
… himo sai moä n
dena
laïn gapu gahu, dena men muli mut
laïn
baït ganu plea ganu klegang
men
belar ganu roho ganu tolen
duä … terimalah moä n (nama pria)
jadikan suami erat melekat
dapatkan anak penghangat kasih
jadikan suamimu bagai tuba
beracun
anak pekat kasat bagai ubi hutan
|
moä n … himo sai duä
dena wain gapu gahu, dena men
muli mut
wain baït ganu plea ganu klegang
men belar ganu roho ganu tolen
moä n … terimalah duä (nama
wanita)
jadikan istri erat melekat
dapatkan anak penghangat kasih
jadikan istrimu bagai tuba
beracun
anak pekat kasat bagai ubi hutan
|
Mora
daä blupur neti tiỏ
Sape
gahaar godo korak
daä blewut gu belung
sape
kokak gu loar
bawalah hingga tua bertopang
tongkat
sampai rangkak beralaskan
tempurung
hingga lapuk termakan waktu
sampai hancur bersama raga
|
Mora
daä blupur neti tiỏ
Sape
gahaar godo korak
daä blewut gu belung
sape
kokak gu loar
bawalah hingga tua bertopang
tongkat
sampai rangkak beralaskan
tempurung
hingga lapuk termakan waktu
sampai hancur bersama raga
|
Ma
sai duä
Äu
dadi duä giït baä deri lepo
Ma
huủ beli sai ata wungun
Ma
kobor beli sai ata kuat
Pergilah dua
Engkau jadi ibu penghuni suku dan
marga
Pergi dan junjunglah suku
Taat dan setialah pada marga
|
Plipong
kenan sai ganu wio
Ganu
wio plipong ëpan
abong
sai ganu jago
ganu
jago abong wohon
lindungi seperti wio
seperti wio pelindung setia
rawatlah seperti jago
seperti jago perawat kampong
|
Ma
sai
Äu
duä giït baä deri lepo
Ämi
diat äu nora oni koli
oni
koli kau karang méran
ma
moni beli sai ata ẁisung
pergilah
engkau ibu
penghuni suku dan marga
kami sertakan
berkas besar sapu lidi
lidi lontar
kuat lagi tangguh
sapu singkir
sampah pelataran suku
|
Ma
sai
Äu
moan mangän prangan woga
Ämi
diat äu nora poron dolé
Ämi
dokang äu nora taka jawa
Ma
gopi sai ŕoin
Pergilah
Engkau ayah pengawal suku marga
Kami berikan engkau sebilah
pedang
Kami sertakan engkau sebuah tofa
Pergi bukalah kebun
|
Ma
moni jok moni jeka
Moni
tipar wina nan
ẁisng
lopa pulu watu utur
ma
orok beli sai ata wangar
wangar
lopa klorot dapak apar
sapu tolak dan hempaskan
tolak tuntun keluar pagar
agar halaman tidak ditumbuhi rumput berduri
pergi bersihkan pelataran
suku
pelataran bersih rapi hulu hilir
|
Gopi
higut naha genang herit
Ẻrit
naha genang raï
Plaru
bakut réta raï
Huü
buluk ‘wara berat
Hugu
buluk télan gahar
Bukalah kebun hulu sampai hilir
Kaki bukit berakhir di puncak
Tebas belukar di puncak bukit
Junjungan rendah ditindih berat
Menunduk rendah, menengadah
tinggi
|
Ma
du beli sai ata unu
Ma
hening beli sai ata api
Ma
raït beli ata bihan
Ma
moru beli ata teman
Pergi pasanglah tungku
Pergi pasang api bara menyala
Pergi jahitkanlah yang sobek
Pergilah tennkanlah agar tertutup
|
|
Niat
‘wau lero wawa
api
naha bara, damar naha nilo
utat
blain du bui, wair gahu gera nawang
api
doü sorong sereng
api
laïn taïn lopa morun
doü
men kokon lopa mara
dikala
senja hari
pasanglah lampu dan api dapur
makanan dan minuman tersaji
menanti
hidangkan untuk suami tersayang
sajikan untuk anak terkasih
|
Niat
‘wau äu lau main
Äu
naha mai degu lewu
Wair
naha mai hading ata
Ma
gou lau wutun
Mai
naha diat wain
Ma
bata réta tana maran
Mai
naha dokang men
Engkau pulang saat senja
Masukan kayu di bawah kolong
rumah
Air tersandar di atap
Pergi cari rejeki di ujung barat
Datang serahkan paa istri
Pergi mengambil hasil di darat
Datang bahagiakan anak tersayang
|
Äu
duä giït deri lepo
Lopa
‘lohor human lema human
Lopa
ma guman mai guman
Lopa
hilo uman gebi robong
Lopa
tipang human kle bleler
Engkau ibu mahkota suku
Jangan keluar masuk tak terijin
Jangan pergi malam
pulang malam
Jangan mengintip dari balik
dinding
Jangan memandang dari balik pintu
|
|
Gou
lopa gawi ata duén
Bata
lopa poär hoat
Lopa
higu ata ubun tobong
Lopa
bupu ata wuan mitan
Mencari jangan melewati batas
Mengambil jangan melompati pagar
Jangan petik pucuk puntung
Janga petik buah terlarang
|
Gou
lopa gawi ata duén
Bata
lopa poär hoat
Lopa
higu ata ubun tobong
Lopa
bupu ata wuan mitan
Mencari jangan melewati batas
Mengambil jangan melompati pagar
Jangan petik pucuk puntung
Janga petik buah terlarang
|
Lopa
rega ata tewun ruin
Ata
tewun ruin
Äu kama niä
baler balong
Rumpun tebu terikat
janganlah dibongkar
Rumpun tebu yang
terikat
Engkau hanya
memandang lalu baliklah
pulang
|
Lopa
roä ata muün tukén
ata
muün tukén
Äu
kama niä baler balong
Pisang tertongkat janganlah
ditebang
Pisang yang bertongkat
Engkau hanya memandang lalu
baliklah pulang
|
Masik
ata téti au kelik blerin
Ata
karng miu waïn gatar
Ïa
di äu naha diri éö meti
Plina
éö rena
Biarpun bujukan datang menghadang
tangan
Rayuan tiba menghampiri kaki
Itupun jangan didengar atau
dibawa
Timbanglah seolah tak mendengar
|
Masik
ata téti au kelik blerin
Ata
karng miu waïn gatar
Ïa
di äu naha diri éö meti
Plina
éö rena
Biarpun bujukan datang menghadang
tangan
Rayuan tiba menghampiri kaki
Itupun jangan didengar atau
dibawa
Timbanglah seolah tak mendengar
|
Raïk
äu diri meti plina hala
Ödi
belung leü laï n
Loar
leü mén
Ha
ïa loar
Jika didengar salah pertimbangan
Lepaskan suami
Tinggalkan anak
Seperti itu janganlah terjadi
|
Raïk
äu diri meti plina hala
Ödi
belung leü laï n
Loar
leü mén
Ha
ïa loar
Jika didengar salah pertimbangan
Lepaskan istri
Tinggalkan anak
Seperti itu janganlah terjadi
|
Ia
gu ata weta
Ina
äu ata duä gete
Ina
naha deri lepo
Geté
äu ata duän mén
Gahar äu ata moan pun
sehingga dijuluki orang
engkau ibu wanita terhormat
engkau turunan keluarga besar
engkau dari marga derajat tinggi
|
Ia
gu ata weta
Ina
äu ata duä gete
Ina
naha deri lepo
Geté
äu ata duän mén
Gahar äu ata moan pun
Sehingga dijuluki orang
Engkau ayah pria terpandang
engkau turunan keluarga besar
engkau dari marga derajat tinggi
|
4.
Syair untuk
kedua pengantin sebagai penutup
Miu ruam , duä mole moan
Plipong wiïn sai ganu wio
Ganu wio plipong epan
abong wiïn sai ganu jago
ganu jago abong wohon
kalian berdua, duä
maupun moan
saling melindungi bagai
wio
bagai wio pelindung
yang taat
saling menjaga bagai
jago
bagai jago penjaga
setia
luät rema rua
raïk norak hulir ha upung ,hala eön demen
loning poi utat e’o blain, wair e’o gahu
ia di naha
tutur glepu wiïn doi – doi
ganu hepun glepu wawa papan unén
harang blebo wiïn mawe-mawe
ganu hewon blebo reta tua wutun
esok maupun lusa
jika khilaf dan
terlanjur, sa;ah ataupun benar
atau tidak terhidangnya
makanan
itupun harus
bicaralah halus pelan
penuh damai
bagai suara nyamuk di
balik tempurung
tegurlah sayup lembut
penuh kasih
bagai suara kumbang di
pucuk lontar
ia na tilu riwun lopa diri rena
mata ngasung lopa iléng ïta
agar seribu telinga
tidak mendengar
sejuta mata tak sempat
melihat
raïk tilu riwun diri rena
ata to lora miu wi hoöt
to togo nora waïn
mata ngasung iléng ita
ata ae lora miu wi klepak
hae tepar nora liman
poi ïta tora meang
bila seribu telinga
sempat mendengar
ditertawakan orang
penuh sinis
tertawa diiringi
hentakan kaki
sejuta ata sempat
melihat
diteriaki orang penuh
ejek
teriak diringi tepuk
tangan
kita hanya mendulang
malu
miu ruam duä mole moän
ami no beli miu nora liär tion
nang beli nora rang bélan
buta sai ganu wunga wair
hori sai ganu lado gegar
kalian berdua duä dan
moan
kami berikan petuah
penuh makna
kami serah serta
nasehat berarti
bungkus rapi bagai
pembungkus air
masukan rapat bagai
lado gegar
duë guman naha huk
deri leron naha near
huk tubuk naha ganu riï
near bepa naha ganu bogin
tidur malam harus
teringat
berada di siang harus
terbayang
teringat menusuk bagai
alang – alang
mekar terbayang bagai
rumput semak
diri sai meti pita
plina sai nadar rang
ia gu ata weta geté miu ata duä mén
berat
miu ata moan pun
dengarlah dan bawalah selalu
timbang dan peganglah
petuah
sehingga dijuluki kamu
wanita terhormat
dipandang kamu turunan
terpandang
d.
Tama ola uneng, ini
merupakan tahaan ritual kawin adat yang terakhir. Kedua mempelai akan masuk
dalam kamar sakral (kamar pengantin) yang telah dipersiapkan , yang akan
dilakukan penjagaan oleh Ä ä Ẅine semalam suntuk.
Syair tama ola uneng
Lor wawa wunu
tana
Lanan réta
plutun hukang
Akar tumbuh menembus tanah
Rambat ke atas menutup tongga
Ia na
Ubut naha lebuk
Bakut naha plia
Puhun naha jiro
– jaro
Klekot naha paga
liga
Wuat naha tawa
nété matan
Sehingga
Pucuk harus mekar berkembang
Dahanpun harus berjurai
Bunganya harus harum semerbak
Cabang buah harus berhimpitan
Buahnya harus tumbuh semua
Ma bua buri sai
ganu wetan
Ma gaé teto sai
ganu atong
Ia na teri léü
etin benun
Ëra léü nété oan
noran
Lahir sebarkan bagai jewawut
Peliharalah terjejer bagai ubi hutan
Agar menempati seluruh penjuru
Berdiri di seluruh pelosok
Guk ami
Métén kenan ganu
wunu pauk kenan ganu noan
Lédu mai dena
song
Lédu song ganu
duru muhun mitan
Mapa mai tena
kadang
Mapa kadang
hapang aman
Agar kami
Jadikan tempat berharap
Datang untuk bertopang
Datang topang bagai jago berjurai panjang
Datang untuk bersandar
Datang sandar harapkan mahkota suku
8. Setelah ritual nikah adat dilaksanakan, kedua
mempelai mengikuti pemberkatan nikah secara Katolik.
Ritual adat ini adalah
hal terutama yang harus dilalui oleh setiap masyarakat dalam suku yang hidup di
natar Watuwitir , sebelum pemberkatan nikah secara agama di Gereja. Tradisi ini
perlu dilestarikan karena dalam berbagai tahapannya , selalu mengandung arti
ataupun makna yang mendalam tentang suatu
kehidupan baru berumah tangga, dimana perlu selalu diperhatikan bukan
hanya sebagai suami dan istri tetapi juga tentang hubungan dengan sesame yang
harus ditata sebaik mungkin.